“Peluang Kolaborasi Blue Economy dan Pentingnya Memperhatikan Warisan Budaya Bawah Laut: Diskusi Bersama Forum Kajian Indonesia-Amerika”
Humaniora.id, -Pada tanggal 21 Agustus 2024, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta menjadi tuan rumah diskusi penting yang diadakan oleh Forum Kajian Indonesia-Amerika, dengan topik utama “Preserving Underwater Cultural Heritage” (Melestarikan Warisan Budaya Bawah Laut). Diskusi ini dihadiri oleh akademisi, peneliti, dan kelompok masyarakat yang memiliki minat dalam studi lintas disiplin mengenai hubungan Indonesia-Amerika, termasuk bidang pariwisata dan ekonomi biru (blue economy).
Dr. Jennifer McKinnon, seorang profesor kajian maritim di East Carolina University (ECU), Amerika Serikat, menjadi pembicara utama dalam diskusi tersebut. Dalam presentasinya, Dr. McKinnon menekankan pentingnya pelestarian warisan budaya bawah laut, yang mencakup artefak bersejarah, kapal karam, dan situs-situs arkeologis yang terendam air. Menurutnya, warisan ini tidak hanya memiliki nilai historis dan budaya, tetapi juga berpotensi menjadi aset penting dalam pengembangan ekonomi biru melalui pariwisata dan penelitian.
USS Houston: Simbol Warisan Budaya Bawah Laut
Salah satu contoh nyata dari pentingnya pelestarian warisan budaya bawah laut yang diangkat oleh Dr. McKinnon adalah USS Houston, sebuah kapal penjelajah kelas Northampton yang tenggelam di Laut Sunda selama Perang Dunia II. Kapal ini memiliki nilai sejarah yang tinggi, baik bagi Amerika Serikat maupun Indonesia. USS Houston dijuluki “Galloping Ghost of the Java Coast” karena keberaniannya dalam menghadapi serangan musuh sebelum akhirnya tenggelam.
Menurut Dr. McKinnon, situs USS Houston adalah salah satu warisan bawah laut yang penting untuk dipertahankan. Selain menjadi monumen sejarah perang, situs ini juga memiliki potensi untuk dijadikan objek pariwisata yang menarik minat wisatawan internasional. Namun, situs-situs seperti ini rentan terhadap ancaman dari perubahan iklim, pencurian artefak, dan aktivitas manusia lainnya, sehingga diperlukan upaya bersama untuk melestarikannya.
Urgensi Pelestarian Warisan Budaya Bawah Laut
Warisan budaya bawah laut merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah manusia yang seringkali terabaikan. Kajian mengenai pelestarian warisan ini menjadi semakin penting di tengah meningkatnya ancaman terhadap situs-situs bersejarah di bawah air. Dalam diskusi tersebut, Dr. McKinnon menekankan bahwa pelestarian warisan budaya bawah laut membutuhkan kolaborasi lintas negara dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, komunitas lokal, dan sektor swasta.
Ia juga menggarisbawahi bahwa konservasi warisan bawah laut harus didukung oleh kebijakan yang jelas dan pendanaan jangka panjang. Tanpa dukungan ini, upaya pelestarian hanya akan menjadi langkah sementara yang tidak berdampak signifikan. Dr. McKinnon mengajak semua pihak untuk bekerja sama dalam menjaga warisan ini agar dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
Kolaborasi AS dan Indonesia dalam Konservasi Bawah Laut
Dalam diskusi ini, peluang kolaborasi antara Amerika Serikat dan Indonesia dalam pelestarian warisan bawah laut menjadi sorotan. Dr. McKinnon menekankan bahwa kerja sama internasional sangat penting untuk memastikan keberhasilan pelestarian situs-situs bersejarah di bawah air, termasuk USS Houston. “Pelestarian ini bukan hanya tanggung jawab Amerika Serikat sebagai pemilik kapal, tetapi juga membutuhkan kerja sama erat dengan Indonesia,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pelestarian, keterlibatan masyarakat lokal sangat diperlukan. Melalui arkeologi komunikasi, yang melibatkan masyarakat dalam proses penelitian dan pelestarian, situs-situs bawah laut dapat dijaga dengan lebih baik.
Kesimpulan: Mengintegrasikan Warisan Budaya dan Blue Economy
Diskusi yang diadakan oleh Forum Kajian Indonesia-Amerika ini tidak hanya membahas pentingnya pelestarian warisan budaya bawah laut, tetapi juga menyoroti potensi ekonomi yang bisa dihasilkan melalui pengembangan pariwisata dan blue economy. Warisan bawah laut seperti USS Houston dapat menjadi magnet bagi wisatawan dan peneliti dari seluruh dunia, jika dikelola dengan baik.
Dengan kolaborasi yang kuat antara Amerika Serikat dan Indonesia, serta keterlibatan aktif dari masyarakat lokal, pelestarian warisan budaya bawah laut diharapkan dapat memberikan manfaat yang berkelanjutan, baik dari segi sejarah, budaya, maupun ekonomi.
Diskusi ini dihadiri oleh sejumlah anggota Forum Kajian Indonesia-Amerika, termasuk Yanuardi Syukur, Ade Purwanto, Sofyardi Rahmat, dan lainnya, yang juga memberikan pandangan mereka tentang pentingnya edukasi publik, proteksi hukum, dan dampak geopolitik dari pelestarian situs-situs bersejarah di bawah air.
Dalam penutupannya, Dr. McKinnon kembali menekankan bahwa pelestarian warisan budaya bawah laut adalah tanggung jawab bersama yang membutuhkan komitmen jangka panjang. Ia berharap diskusi ini dapat menjadi awal dari kolaborasi yang lebih erat antara Indonesia dan Amerika Serikat dalam upaya melindungi dan mempromosikan warisan budaya maritim yang berharga.