Yogyakarta , humaniora .id. Repertoar teater “The Jongos” akan digelar di auditorium Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Sabtu (10/8) pukul 19.30 WIB. Pentas ini merupakan hasil kolaborasi tiga aktor senior Yogya dengan sastrawan, aktivis demokrasi, musisi dan tokoh LSM. Mereka adalah aktor Joko Kamto dan Novi Budianto, Eko Winardi. Juga sastrawan Indra Tranggono (penulis naskah), Isti Nugroho (sutradara), Azied Dewa, Toto Raharjo (penata musik), Wardono (penata cahaya), Vincensius Dwimawan (penata artistik), Gita Gilang (penata rias) dan Simon Hate.
Pementasan ini hasil kerjasama Dapoer Seni Djogja, Yayasan Budaya Guntur 49 Jakarta, Fakultas Seni Pertunjukan Jurusan Teater ISI Yogyakarta, Sekolah Anak Alam (Salam) dan Dinas Kebudayaan DIY.
“Seluruh pendukung drama ini memiliki jam terbang pengalaman yang tinggi. Mereka rata-rata sudah berkesenian lebih dari 30 sampai 40 tahun, secara konsisten” ujar Toto Rahardjo, pimpinan Dapoer Seni Djogja. Toto menyebut aktor Joko Kamto dan Novi Budianto yang berteater sejak tahun 1970-an, bersama Teater Dipo, Dinasti, Gandrik, Komunitas Pak Kanjeng dan Perdikan. Sementara Eko Winardi, yang berteater sejak tahun 1980-an pernah bergabung dengan Teater Dinasti, Sanggarbambu, Perdikan dan lainnya.
“Kekuatan keaktoran mereka, akan dihadirkan secara total dalam The Jongos”.
Indra Tranggono mengatakan pementasan “The Jongos” berangkat dari keprihatinan atas persoalan politik di negeri ini, di mana politik dinasti, nepotisme dan praktik mengakali konstitusi oleh penguasa telah merusak demokrasi. Penyimpangan itu didukung oligarki (elite politik, pengusaha besar dan militer).
“Kami berharap pementasan The Jongos bisa turut menggugah kesadaran publik untuk semakin seirus membela demokrasi,” ujar Indra.
Sutradara Isti Nugroho mengatakan, drama ini digarap dengan gaya tragedi-komedi. Suasana dramatik tragedi dan komedi silih berganti hadir di dalam alur cerita dan rangkaian adegan. Ada seriusnya. Ada juga humornya.
“Selain itu, kami memilih format teater mikro. Yaitu teater yang ringkas, padat dan esensial,”ucap Isti.
Drama ini berkisah tentang Tuan Hakim yang diteror rasa bersalah karena ia telah melakukan penyimpangan hukum, etika dan moral terkait kontestasi tampuk kepemimpinan nasional. Ia akhirnya sadar, dirinya tak lebih dari jongos kekuasaan yang didikte oligarki.
`Aktor Eko Winardi menandai pentas “The Jongos” sebagai kebangkitan kembali genre teater terlibat atas persoalan sosial-politik yang mulai surut sejak era Reformasi 1998. ***