humaniora.id – Sebelumnya saya mengucapkan selamat hari raya idul fitri 1445 H, mohon maaf lahir dan batin. Banyak ide untuk menulis tapi masih dalam suasana lebaran jadi kurang konsen. Dengan alasan baru berlebaran dengan sanak famili yang berada di luar kota. Setelah kembali ke rumah rasanya ingin segera eksekusi ide-ide menulis. Baik tentang saksi-saksi yang diajukan oleh pasangan calon presiden cawapres baik dari 01 maupun 03 yang ada di Mahkamah Konstitusi (MK), dalam pengajuan gugatan Perselisihan Hasil Pemilu (PHPU) presiden dan wakil presiden.
Ide-ide tersebut hilang begitu saja setelah mengetahui Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua membunuh Danramil Aradide, Letda Inf Oktavianus Sogalrey pada hari Rabu, 10 April 2024 petang. Saat umat Islam seluruh dunia baru merayakan hari kemenangan Idul Fitri 1445 H.
Saya memperoleh video kiriman dari teman-teman di WhatsApp, dalam video viral tersebut saat hari naas bagi Letda Inf Oktavianus yang berkendara sendirian pada ruas jalan yang sepi, tiba-tiba beliau ditembak secara beruntun dari sekelompok anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) atau orang sering menyebut juga sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua. Tembakan berasal dari anggota KKB yang merupakan pasukan OPM ternyata direkam oleh mereka sendiri kemudian menjadi viral.
Biadab sekali KKB OPM yang melakukan penembakan. Setelah Danramil Aradide tersebut terjatuh dari kendaraan roda dua, kemudian korban dibacok dengan senjata tajam. Saya tidak tega melihat video tersebut. Sangat-sangat tidak berperikemanusiaan. Manusia dibantai bagaikan hewan liar yang ditembak mati kemudian dibacok-bacok dengan senjata tajam. Biadabnya lagi mereka merekam kejadian ini untuk diviralkan.
Anak buah di Koramil 1703/04 Aradide bersama TNI Polri yang bertugas di daerah tersebut memang mencari korban. Karena sejak meninggalkan Markas Koramil Rabu (10/4) petang, tidak ada kabar sedikitpun tentang keberadaannya.
Menurut harian Pos Kupang yang saya baca, jenazah Danramil Aradide Letda Inf Oktavianus ditemukan hari Kamis (11/4). Jenazah ditemukan warga setelah seharian dicari oleh anak buahnya. Saya juga melihat video yang sangat mencekam ketika TNI Polri berusaha mengambil jenazah Danramil Aradide.
Saya mengikuti video-video pengambilan jenazah Danramil Aradide Letda Inf Oktavianus di platform medsos Tik Tok. Korban dievakuasi, dan dilakukan upacara penghormatan terakhir dan jenazah diantarkan ke pihak keluarga untuk dimakamkan.
Melihat kejadian yang menyayat hati, tidak kuasa untuk menahan air mata kesedihan yang mendalam. Seorang Danramil masih menjalankan tugas dibunuh dengan sadis oleh kelompok OPM KKB Papua.
Papua sangat mencekam, beberapa video yang saya bagikan ke media sosial bagaimana para prajurit TNI berjuang hidup atau mati melawan kelompok sparatis yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan membentuk OPM.
Para prajurit TNI terus membawa senjata untuk aktivitas apapun, termasuk sholat berjamaah yang dijaga oleh teman-temannya dengan senjata yang siap ditembakkan pada kelompok KKB yang datang menyerang.
Semua prajurit TNI dan Polri siap mempertaruhkan nyawa demi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemandangan yang memilukan bagi siapa saja yang melihat.
Mereka para prajurit bersenjata naik turun pegunungan untuk mengejar para sparatis KKB yang bersembunyi di semak belukar. Sangat membahayakan ditembak atau tertembak.
Pasti orang tua, istri dan anak prajurit TNI dan Polri yang bertugas di Papua berdebar-debar hatinya menunggu kabar dari para personil TNI yang bertugas di daerah persembunyian OPM KKB. Ada yang sudah bertugas 9 bulan atau lebih. Keluarga yang ditinggal berharap cemas dan terus berdoa untuk keselamatan para prajurit.
Sampai kapan KKB ada di Papua? Ini pertanyaan yang sering muncul, tentunya ditujukan kepada pemerintah. Dengan harapan pemerintah segera mengambil langkah tegas pemberantasan kelompok kriminal bersenjata tersebut.
Memang kenyataan bahwa KKB yang dulu dikenal sebagai Organisasi Papua Merdeka (OPM) sulit diberantas dan tetap eksis. Ya karena ada yang memasok senjata dan mendanai gerakan mereka. Tentunya ada pihak-pihak yang menginginkan Papua merdeka dan lepas dari Indonesia. Padahal KKB Papua sudah ditetapkan sebagai kelompok teroris sejak tahun 2021.
Gerakan sparatis KKB dengan menggunakan kekerasan dan senjata api mematikan melalui aksi perusakan hingga pembunuhan. Para korban berjatuhan bukan hanya dari warga setempat maupun pendatang, namun juga dari prajurit TNI dan Polri.
Marilah kita semua berdoa agar pemerintah bisa menumpas habis para sparatis KKB OPM yang terus membuat teror dan rasa takut bagi warga Papua. Semoga pimpinan TNI Polri dan Menteri Pertahanan bisa mengambil keputusan yang tepat agar sparatisme di Papua segera berakhir.
Memang penulis akui kelompok sparatis KKB OPM sulit di berantas karena suka berpindah-pindah tempat, suka menyamar dan ada yang melindungi.
Sebagai rakyat hanya bisa berdoa dan berharap semoga pemerintah segera mungkin mengambil langkah untuk menumpas kelompok OPM KKB. Semoga … aamiin.
Nurul Azizah penulis buku Muslimat NU Militan Untuk NKRI.