Humaniora.id, Jakarta – Mari kita cermati bacaan yang biasa digunakan untuk kirim doa atau tahil dalam ajaran ahlussunah wal jama’ah an nahdliyah (Aswaja NU). Ya kita kirim doa hadiah suratul fatikah untuk Kanjeng Nabi, keluarga, sahabat dan para waliyullah serta orang-orang sholeh. Siapapun yang terbiasa melantunkan doa tersebut tidak sedikitpun terbesit adanya nasab palsu dari keluarga Nabi, terutama nasab yang sengaja dicangkokkan oleh klan Ba’alawi ke ahlul bait beliau. Yaitu orang-orang yang mengaku keturunan atau cucunya Kanjeng Nabi.
Keluarga Nabi ya ahlul bait Nabi Muhammad SAW, yaitu orang-orang yang membersamai Kanjeng Nabi. Diantaranya istri-istri beliau, anak keturunan beliau, dua cucu Nabi (Hasan dan Husain), satu menantu Nabi yaitu Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Kemudian mereka sanak keluarga dan sahabat yang membersamai beliau. Atau orang-orang yang berada di lingkungan terdekat dan tentu sezaman dengan Kanjeng Nabi.
Tak terbesit sedikitpun penulis mengirimkan doa khusus untuk habaib yang jelas-jelas mengaku cucu Rasulullah. Sejak awal penulis tidak percaya kalau habib di Indonesia itu keturunan Kanjeng Nabi. Karena tidak semua klan Ba’alawi itu sholeh, banyak oknumnya. Hadiah fathikah penulis ditujukan pada orang-orang sholeh, siapapun dia. Ya maaf saja, kalau di otak penulis tidak ada doa untuk para pencangkok nasab yaitu habib Ba’alawi.
Sudah bertahun-tahun ajaran amaliyah NU terutama tahlil ya kirim doa dengan bacaan suratul fatikah. Habis sholat fardhu kita warga nahdliyyin khususnya dan pemeluk Islam pada umunya sering berdoa dan kirim hadiah Al- fatihah untuk Kanjeng Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan tabi’in. Harapan, kita kelak di yaumil akhir mendapatkan syafaat dari Kanjeng Nabi Muhammad SAW karena kedekatan beliau dengan Allah SWT.
Berikut bacaannya, “ila hadrotin nabiyyil Mustofa, Muhammad shollalloohu ‘alaihi wassalam, wa ‘ala alihi wa shohbihi wa salam, wa ‘ala jamiil anbiyak wal mursalin, wa ‘ala jamiil awliyaai was sholikin, wa ‘ala jamiil muslimin wal muslimat, wal mukminin wal mu’minat, min awwalihin wal akhirin Rabbanaghfir lahum warhamhum wa’fu anhum watajawas anhum wa adkhilhum jannata bil hisab, lahumul fatihah (membaca surat Al- fatihah).
Jadi maaf kalau penulis selama ini berdoa dan kirim hadiah suratul fatikah tidak pernah terbesit sedikitpun kalau klan Ba’alawi itu keturunan Nabi. Maaf-maaf saja, karena mereka belum memberikan bukti nyata, berupa kitab sezaman dengan mereka yang keturunan Nabi dan hasil tes DNA. Biarpun mereka para habib habibah koar-koar kalau mereka cucu Nabi ya biarin saja, itu mulut-mulutnya sendiri. Tetapi kuping yang mendengarkan tidak tambah simpati malah menjadi yakin kalau para habaib itu klan yang haplogroup G yaitu keturunan Yahudi khazar.
Yang sudah kirim doa dan tawasul kepada Kanjeng Nabi, keluarga, sahabat dan sanak keluarga beliau ya lanjutkan saja. Kalau tidak bisa memakai bahasa Arab ya bisa memakai terjemahannya.
Bacaan kirim doa yang biasa diucapkan dalam bahasa arab bila diterjemahkan sebagai berikut : “kepada junjungan Nabi yang terpilih, Sayyidina Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya, dan kepada seluruh nabi dan rasul dan kepada seluruh wali dan orang-orang saleh, dan kepada seluruh muslim dan muslimat laki-laki dan perempuan, dari awal hingga akhir. Ya Tuhan kami ampunilah mereka, maafkanlah mereka dan masukkanlah mereka ke surga tanpa hisab.”
Tujuannya untuk tawasul atau sebagai perantara, bahwa syafaat beliaulah yang bisa menyelamatkan kita dari siksa api neraka karena manusia biasa tempat salah dan dosa. Dalam perspektif tasawuf, tawasul adalah pengakuan betapa rendahnya kita sebagai hamba di depan Allah SWT.
Jangan sampai tawasul kita kepada Kanjeng Nabi dan ahlul baitnya salah alamat, bukannya dapat syafaat malah kita tidak ketemu Kanjeng Nabi kelak di akhirat.
Padahal ketika masih hidup di dunia ini selalu bersholawat atas Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, waliyullah serta orang-orang sholeh.
Sekarang kita kembalikan kepada siapa kita bertawasul. Jangan sampai perantara kita adalah orang yang salah. Orang yang berpakaian ala Nabi memakai udeng-udeng kepala, kemudian mengaku cucu Nabi tapi takut tes DNA. Wah bisa berape nasib kita di yaumil akhir, jangankan diberi syafaat beliau, ketemu saja tidak bisa, apalagi mau minta syafaat.
Marilah kita melakukan amaliyah NU dengan cerdas dan waras. Kirimkanlah doa ke ahlul bait yang benar-benar ada nasabnya Kanjeng Nabi. Yaitu mereka yang memiliki Haplogroupnya J1.
Nurul Azizah penulis buku Muslimat NU Militan Untuk NKRI