humaniora.id – Jogjakarta kaya akan beragam budaya. Salah satunya adalah kirab budaya ngarak siwur yang digelar di Kapanewon/Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul.
Kirab budaya ngarak siwur ini merupakan ritual atau rangkaian acara menjelang upacara nguras enceh di Makam Raja-raja Imogiri, Jumat 28 Juli 2023.
Kegiatan ini selalu dilaksanakan menjelang upacara nguras enceh (gentong) yang jatuh pada pasaran Kliwon saat bulan Suro.
Karena itu, jika pasaran Kliwon jatuh pada hari Jumat, kirab digelar di hari Kamis Wage, yang pada tahun ini jatuh pada tanggal 27 Juli 2023.
Siwur merupakan gayung yang terdiri dari tiga bagian, yaitu tempurung kelapa, tangkai dari sebilah kayu, dan kancing atau pengait. Siwur ini digunakan untuk menguras enceh (gentong) di Makam Raja Imogiri.
Gentong sendiri biasanya digunakan untuk wudhu jika ada orang yang ingin berziarah di Makam Raja Imogiri. Setiap Suro, enceh selalu dikuras dengan menggunakan siwur.
Kirab budaya ngarak siwur yang ke 22 ini direncanakan akan dimulai dari Kapanewon/Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul. Selanjutnya peserta yang mengenakan pakaian adat Jawa melakukan kirab dengan mengarak 8 gunungan yang berisi hasil bumi dan tandu berisi siwur atau gayung.
Delapan gunungan ini melambangkan 8 kelurahan yang ada di Kecamatan Imogiri. Selain dari unsur warga, kirab ini juga melibatkan abdi dalam juru kunci Surakarta, abdi dalem juru kunci Puralaya, dan 12 Bregada.
Terdapat empat prosesi dalam pelaksanaan kirab ini yakni start di Kapanewon/Kecamatan Imogiri, dilanjutkan dengan pengambilan siwur (gayung) di ndalem bupati juru kunci Surakarta (Kanjengan Kulon).
Setelah itu, kegiatan berlanjut di kabupaten juru kunci Puroloyo (Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat), dan terakhir serah terima siwur di Terminal Pajimatan.