humaniora.id – Alhamdulillah penulis sudah datang berziarah ke makam Simbah KH. Abdul Wahab Chasbullah di Tambak Beras Jombang Jawa Timur. Saat itu hari Sabtu, 4 November 2023 penulis bersama rombongan jamaah pengajian majelis dzikir dan shalawat Al Fadhilah Semarang pimpinan DR. KH. Iman Fadhilah berziarah ke para muassis Nahdlatul Ulama (NU).
Rombongan dari Semarang langsung menuju kawasan makam Gus Dur (KH. Abdurrahman Wahid Presiden RI ke 4). Makam yang berada di area Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur ini terdapat makam Gus Dur, makam kakeknya Pendiri Organisasi Islam NU sekaligus pendiri pesantren Tebuireng yaitu Syaikh KH. Hasyim Asy’ari. Makam ayah Gus Dur yaitu KH. Wahid Hasyim, ada juga makam adiknya KH Sholahuddin Wahid dan sejumlah makam keluarga lainnya.
Karena padatnya acara rombongan hanya berziarah ke makam, tidak berkunjung ke Museum Islam Nasional Hasyim Asy’ari atau sering disebut Islam Nusantara, juga berada di area Pesantren. Rombongan hanya foto-foto di area museum, mungkin lain kali penulis akan berkunjung lagi ke makam Gus Dur sekalian masuk ke museum, karena di dalamnya terdapat berbagai macam pengetahuan tentang Islam Nusantara.
Selanjutnya rombongan sebanyak 150 jama’ah ini berziarah ke makam KH. Abdul Wahab Chasbullah yang berada di Makam Pahlawan Nasional di Tambak Beras Jombang.
Begitu masuk di area makam ada tulisan “KH. Abdul Wahab Chasbullah Inspirator, Pendiri dan Penggerak Nahdlatul Ulama.”
Tiba-tiba pak Iman mendekati penulis dan berkata, “Kiai Wahab Chasbullah inilah inspirator berdirinya NU, tetapi beliau tidak mau mendirikan sendiri, maka beliau datang ke gurunya bersama KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Bisri Syansuri,” jelas pak Iman.
Tiga Kiai Jombang disebut Pendiri Nahdlatul Ulama, karena KH. Hasyim Asy’ari, KH. Abdul Wahab Chasbullah dan KH. Bisri Syansuri berperan banyak diawal pembentukan NU. Mereka juga pimpinan tertinggi NU waktu itu.
KH. Hasyim Asy’ari adalah pimpinan tertinggi pertama sebagai Rais Akbar. Disusul Rais Aam kedua KH. Wahab Chasbullah dan Rais Aam ketiga Kiai Bisri Syansuri.
Begitu dapat bisikan dari pak Iman kalau KH. Abdul Wahab Chasbullah sebagai inspirator, pendiri dan penggerak NU, maka penulis pun mencari-cari dokumentasi yang ada di area makam pahlawan KH Abdul Wahab Chasbullah, beliau lahir pada tanggal 31 Maret 1888 di Jombang. Putra pasangan KH. Hasbullah Said yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Tambakberas Jombang, bersama istrinya Nyai Latifah.
KH. Wahab menjadi penggerak forum diskusi antar ulama, baik di ruang lingkup NU, Muhammadiyah dan organisasi lainnya.
Kiai Wahab seorang religius muda yang mengenyam pendidikan di berbagai pondok pesantren dan lembaga pendidikan lainnya. Pernah mondok di Pesantren Langitan Tuban, Pesantren Mojosari Nganjuk, Pesantren Tawangsari Sepanjang, hingga berguru pada Syaikhona Raden Muhammad Kholil Bangkalan Madura, juga mencari ilmu di Pesantren Tebuireng di bawah pimpinan Syaikh KH. Hasyim Asy’ari.
Makam KH. Abdul Wahab Chasbullah begitu teduh dan asri, tenang berada di sisi makamnya. Bernuansa hijau, ada bendera Merah Putih dan tulisan yang bahwa beliau seorang Pahlawan Nasional.
Selain salah satu pendiri NU, beliau juga mempunyai sudut pandang yang modern. Beliau berdakwah dengan mendirikan surat kabar yang diberi nama ‘Harian Umum Soeara Nahdlatul Oelama atau Soeara NO dan Berita Nahdlatul Ulama.
Di dinding yang ada di sekitar makam diterangkan bahwa bersama Kiai Hasyim Asy’ari dan beberapa tokoh pesantren mendirikan Nahdlatul Ulama atau Kebangkitan Ulama pada tahun 1926. Beliau juga berperan pembentukan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi).
Kiai Wahab merancang adanya resolusi Jihad untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Bersama Kiai Hasyim Asy’ari Jombang, Kiai Abbas dari Cirebon mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari serangan Tentara Sekutu yang dipimpin oleh Gubernur Jendral Inggris dan tentara Belanda yang berusaha menguasai Kota Surabaya.
Selain itu beliau juga pendiri Lembaga Kursus yang diberi nama Tashwirul Afkar pada tahun 1914. Tahun 1916 Kiai Wahab mendirikan Organisasi Pemuda Islam yang diberi nama Nahdhatul Wathan.
Kiai Wahab Chasbullah menciptakan kelompok diskusi Tashwirul Afkar di Surabaya. Tempat ini dijadikan ajang komunikasi dan tukar informasi antar tokoh Nasional, baik tokoh muda atau tua. Bahkan organisasi NU yang ada dijadikan berdirinya Gerakan Pemuda Ansor. Untuk menyemangati semua tokoh-tokoh pesantren, Kiai Abdul Wahab Chasbullah menciptakan lagu “Yahlal Wathan” yang banyak dilantunkan oleh warga Nahdliyyin sampai saat ini.
Bagi penulis, KH. Abdul Wahab Chasbullah benar-benar menjadi inspirator, pendiri dan penggerak Nahdlatul Ulama. Penulis saat berziarah ke makam beliau, ada rasa kekaguman yang mendalam pada sosok Kiai Wahab Hasbullah. Sampai-sampai penulis mendekat lama di makam beliau sambil mengabadikan momen tersebut. Beliau wafat tanggal 29 Desember 1971 pada usia 83 tahun. para Muassis NU benar-benar menjadi kekasih Allah, waliyullah, husnul khatimah, makamnya menjadi roudhoh min riyadhil jannah aamiin.
Nilai-nilai perjuangan membela NU dan NKRI sangat kuat sekali. Semoga keteladanan Kiai Wahab Chasbullah dan muassis NU lainnya bisa menjadi inspirator bagi kalangan pemuda-pemudi Nahdliyyin, untuk terus berkiprah di NU dan ikut menjaga tegaknya NKRI di bumi Pertiwi.
Nurul Azizah, adalah penulis buku Muslimat NU Militan Untuk NKRI