humaniora.id – Musik bisa menimbulkan beragam dampak psikologis. Musik yang indah dapat merelaksasi jiwa-jiwa yang kering. Membentuk variabel mencapai kebahagiaan.
Di kalangan tasawuf menekankan pentingnya musik (sama’) sebagai media yang bisa mempengaruhi hati. Musik dapat menyebabkan seseorang berekstase dengan Tuhan. Menghantarkan dzikir (mengingat Allah).
Bagi para sufi musik bahkan dapat digunakan untuk menerangkan hal yang metafisik. Musik seperti usaha menggapai kebijaksanaan yang imajinatif.
Demikian pula dalam perspektif kebangsaan, musik dapat menjadi identitas bangsa yang sangat penting.Tidak ada satu bangsa pun yang tidak memiliki musik.
Di sejumlah negara musik dianggap sebagai pengetahuan wajib. Bukan sekedar hiburan. Semua negara menggunakan musik sebagai suatu cara membangun nasionalisme. Tidak ada satu negara pun yang tidak memiliki lagu kebangsaan.
“Musik adalah ekspresi budaya bersifat universal dan multi dimensional. Karya musik dapat merepresentasikan nilai-nilai luhur kemanusiaan, serta memiliki peran strategis dalam pembangunan Nasional,” ujar Ketua Umum KSBN (Komite Seni Budaya Nusantara), Mayor Jenderal TNI (Purn.) Drs. Hendardji Soepandji, S.H.
Hal ini beliau sampaikan saat memberi sambutan pada acara ‘Festival Musik Tradisi dan Orkestra Musik Nusantara’ yang digelar di Taman Fatahillah, Kota Tua Jakarta, Kamis (09/03/2023) lalu.
Acara tersebut digelar oleh Dewan Pimpinan Pusat Komite Seni Budaya Nusantara (DPP KSBN), dalam rangka memperingati Hari Musik Nasional (HMN).
“HMN diselenggarakan tidak sekedar sebagai acara seremonial, tapi untuk mengangkat harkat martabat dan kehormatan bangsa di forum nasional dan internasional lewat musik,” tegas Hendardji Soepandji.
Festival Musik Tradisi dan Orkestra Musik Nusantara dalam rangka memperingati Hari Musik Nasional (HMN) ini dibuka oleh Ketua MPR-RI, Dr. H. Bambang Soesatyo, S.E., M.B.A.
Turut hadir di acara ini antara lain, Pj. Gubernur DKI Jakarta, Drs. Heru Budi Hartono, M.M., Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Dr. Drs. H. Mohammad Fadil Imran, M.Si, Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Budaya dan Pariwisata, H. Marullah Matali, Lc., M.Ag, serta Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana.
Hadir juga Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio, S.I.P., M.M, Dewan Pengawas KSBN, Prof. Dr. Ir. Budi Susilo Soepandji, C.E.S., D.E.A., dan Dr. H. Rahmat Shah, serta para undangan lainnya.
Festival Musik Tradisi dan Orkestra Musik Nusantara berlangsung sepanjang hari, dari sejak pagi pukul 09.00 WIB hingga malam hari. Melibatkan para seniman yang datang dari 12 provinsi dari mulai ujung timur Indonesia Merauke, hingga Provinsi Aceh, ujung barat Indonesia.
Acara juga diisi dengan berbagai pertunjukan seni budaya, pergelaran orkestra musik, talk show, fashion show Batik Betawi, workshop seni, pameran, serta bazaar bertemakan Nusantara.
Menampilkan grup musik Kolintang senior, dan grup musik Kolintang milenial. Ditampilkan juga musik tradisi bergenre Keroncong, Gambang Kromong (Betawi), Angklung, Gamelan, penampilan permainan gitar Sape dari 5 provinsi di Kalimantan, dan musik etnik lainnya.
Puncak peringatan Hari Musik Nasional pada malam harinya digelar konser musik tradisi dan orkestra musik Nusantara, mewakili musik asli dari 38 provinsi di Indonesia.
“Perjuangan ini merupakan bentuk perjuangan seluruh musik tradisi bangsa Indonesia. Sebagai upaya antara lain dalam rangka mempercepat proses agar alat musik Kolintang asal Indonesia segera diakui sebagai ‘Warisan Budaya tak Benda’ di Badan PBB,” kata Hendardji Soepandji.
Hendardji menegaskan berbagai karya musik dan atau lagu-lagu daerah, serta berbagai kearifan lokal dapat menjadi perekat dan memperkuat karakter bangsa.
“Pentingnya memahami filosofi dari lagu-lagu yang telah diciptakan oleh para pejuang yang telah menggetarkan semangat perjuangan dan nasionalisme,” ujarnya.
Tahun 1918 Ki Hajar Dewantara sudah memikirkan kapan bangsa Indonesia memiliki lagu kebangsaan. Maka hal ini ditanggapi Wage Rudolf Supratman, yang kemudian di tahun 1924 beliau mulai mengaransemen lagu Indonesia Raya.
Wage Rudolf Supratman, adalah seorang guru, wartawan, violinis, dan komponis Hindia Belanda yang menciptakan lagu kebangsaan Indonesia, “Indonesia Raya”.
Selanjutnya tanggal tanggal 9 Maret 2013 sesuai Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2013,
ditetapkan sebagai peringatan Hari Musik Nasional yang merupakan hari kelahiran Wage Rudolf Soepratman.
“Semoga daya magis Festival Musik Tradisi dan Orkestra Musik Nusantara dapat menjadi komplemen akal sehat yang menghasilkan masyarakat berkepribadian luhur. Jayalah negeriku, jayalah bangsaku untuk Indonesia Raya,” ungkap Hendardji Soepandji menutup./