humaniora.id – Indrayanto Kurniawan, M.Sn., CFD, akhirnya terpilih sebagai Ketua Umum KFT (Karyawan Film dan Televisi) Indonesia Periode Tahun 2024-2028, pada Kongres XV KFT 2024.
Pemilihan ketua organisasi profesi insan perfilman yang sudah berusia 60 tahun ini berlangsung di Gedung Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI) Kuningan Jakarta, Kamis (05/12/2024).
Sutradara dan produser alumni IKJ (Institut Kesenian Jakarta) ini memperoleh dukungan 146 suara dari 203 kertas suara yang sah. Mengungguli calon lain Budi Sumarno, CFDoc, CFMIP, yang mendapatkan 55 suara. Sementara dua suara dinyatakan tidak sah.
“Semoga amanah dan dapat membawa KFT Indonesia beradaptasi di era digitalisasi seperti sekarang,” ujar Indrayanto Kurniawan, kepada humaniora.id, di Jakarta, Jum’at (06/12/2024).
Teknologi, lanjut Indrayanto, mengubah industri film global. Menghadirkan tantangan dan peluang bagi pembuat film, studio, dan penonton. Dari produksi, distribusi hingga pemasaran dan konsumsi.
“Era digital telah membentuk ulang cara film dibuat, ditonton, dan dibagikan di seluruh dunia. Hal ini yang kita cermati,” tegasnya.
Tahap awal ini, Indrayanto Kurniawan akan melakukan konsolidasi ke internal KFT untuk merumuskan berbagai hal. Termasuk pentingnya transparansi sistem tata kelola administrasi dan keuangan organisasi. Menyusun data keanggotaan secara digital, dari anggota sejak tahun 1964 – hingga sekarang.
“Digitalisasi ini memungkinkan organisasi mengelola data secara efisien melalui penyimpanan data digital dan analisis data otomatis. Ini dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat,” ujar sineas kelahiran Tebing Tinggi Sumatera Utara, 7 Mei 1972 ini.
Indrayanto berjanji akan meningkatkan kompetensi anggota agar dapat berdaya saing melalui berbagai pelatihan dan pembinaan. Mengembangkan potensi anggota dalam memajukan industri film dan televisi untuk kesejahteraan anggota.
Melalui kepemimpinannya, secara eksternal KFT Indonesia terus mendorong terbentuknya ekosistem yang baik, akuntabel dan standar kerja berdasarkan kompetensi di dalam industri Film dan Televisi.
Pihaknya juga akan menjalin kolaborasi dengan asosiasi profesi, komunitas film, lembaga pendidikan film dan TV (SMK dan Perguruan Tinggi), perusahaan film dan televisi, serta Pemerintah dalam rangka produksi film TV berdasar kompetensi.
“Kami turut mendorong memperkuat revisi UU No 33 Tahun 2009 tentang Perfilman. Mendorong dan mengembangkan Korda (Koordinator Daerah) KFT yang sudah terbentuk di dalam produksi film yang berbasis kebudayaan,” tekadnya.
Atas mandat yang diberikan sebagai Ketua Umum KFT (Karyawan Film dan Televisi) Indonesia Periode Tahun 2024-2028, Indrayanto Kurniawan menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, khususnya anggota KFT Indonesia.
“Saya juga mengucapkan terima kasih kepada 6 Divisi; Divisi Penyutradaraan, Divisi Tata Kamera, Divisi Tata Artistik, Divisi Penulisan Skenario, Divisi Tata Suara, dan Divisi Editing yang solid mendukung di dalam pencalonan Caketum pada Kongres KFT Ke XV Tahun 2024,” ujarnya.
Indrayanto Kurniawan memulai debut penyutradaraannya lewat film serial “Cintaku di Kampus Biru.” Ia menyutradarai dan memproduseri banyak film, baik film bioskop maupun film televisi.
Salah satu karyanya “Dari Jendela SMP” seri televisi, sempat menobatkan dia sebagai Unggulan Sutradara Terpuji Serial Televisi di Festival Film Bandung 2020.
KFT Indonesia sempat mengalami masa keemasan, dimana organisasi ini berhak merekomendasikan anggota kepada pihak perusahaan film. Hal ini dikuatkan dengan peraturan dari Departeman Penerangan, bahwa produksi film tidak akan berjalan jika tidak ada rekomendasi dari KFT.
Tahun 1975 hingga tahun 1987 ada Peraturan SK 71, di mana para importir film wajib memproduksi film nasional. Dengan komitmen para pekerjanya atau kru produksinya dari anggota KFT.
KFT Indonesia didirikan di Jakarta, tanggal 22 Maret 1964. Pengurus KFT untuk yang pertama kali, Ketua Umum terpilih adalah Sumardjono (Tahun 1964-1978). Sekretaris dan Bendahara (R. Sutrisno), Ketua Departemen Film (MD Alif) dan Ketua Departemen Televisi (H.M.E Zainudin).
Selanjutnya yang menjabat sebagai Ketua Umum adalah Misbach Yusa Biran (1978 s/d 1984 – 1987 s/d 1991), Fritz G. Schadt (1984 s/d 1987), Sophan Sophian (1991 s/d 1995) Slamet Rahardjo (1995 s/d 2003), Enison Sinaro (2003 s/d 2007) dan Adityawarman (2007).
Setelah itu Ketua Umum KFT dijabat oleh Berty Lidya (2009-2014), Febryan Adithya, S.E., M.Sn (2015-2019), Gunawan Paggaru (2019 – 2024), dan Indrayanto Kurniawan, M.Sn., CFD (2024 – 2028).
KFT dalam sejarahnya memiliki kontribusi besar terhadap upaya menumbuhkan dan memajukan perfilman Indonesia. Sebagai organisasi filmmaker KFT banyak mencetuskan ide dan gagasan, memprakarsai, memberi inspirasi dan ikut mendukung berbagai aktivitas kehidupan perfilman Indonesia.
Para tokohnya banyak menjadi pemimpin, pemikir dan figur inovatif bagi perfilman secara nyata. Terselenggaranya Festival Film Indonesia (FFI) adalah salah satu bukti nyata keikut sertaan orang penting KFT./***