JAKARTA, humaniora.id – Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo mengajak para generasi muda untuk turut berkontribusi dalam meningkatkan literasi politik bangsa. Mengingat jumlah pemilih pemula dalam Pemilu 2024 diprediksi mencapai sekitar 117 juta pemilih, atau sekitar 57,3 persen dari total jumlah pemilih nasional. Sehingga masa depan bangsa dan negara akan sangat ditentukan oleh arah dan pilihan politik generasi muda bangsa yang baru pertama kali menggunakan hak suaranya.
“Secara umum dari perspektif kependudukan, komposisi demografi Indonesia saat ini sudah didominasi generasi muda. Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah pemuda pada akhir tahun 2022 tercatat sekitar 65,82 juta jiwa atau setara 24 persen dari total populasi penduduk Indonesia. Artinya, suara generasi muda akan sangat menentukan hasil Pemilu 2024, sekaligus menentukan masa depan Indonesia,” ujar Bamsoet usai menerima Majelis Nasional Pembentukan GENZI (Gerakan Generasi Z Indonesia), di Jakarta, Kamis (12/10/23).
Majelis Nasional Pembentukan GENZI yang hadir antara lain, Aqila Zenobia (GENZI Jakarta), Teuku Muhammad Yafi R (GENZI Aceh), Kevin Aulia Nizar (GENZI Jawa Barat), Nazhiva al Kalysha Rizky (GENZI Jakarta), Nandana Athalla (GENZI Jakarta), Savika Maharani (GENZI Jakarta), Muhammad Rafli (GENZI Jakarta), Roodrigo Axell (GENZI Jakarta), Kendell Omar (GENZI Jakarta), Tiara Noor (GENZI Jakarta), serta Rodridgo Axelle (GENZI Jakarta).
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, hasil survei Aksara Research and Consulting pada akhir tahun 2022 lalu memperkirakan antusiasme generasi muda untuk berpartisipasi dalam Pemilu 2024 cukup tinggi, mencapai 70,7 persen, dan hanya 5,1 persen yang diperkirakan tidak akan menggunakan hak pilihnya. Namun di sisi lain, sekitar 24,2 persen koresponden masih belum menentukan sikap.
“Jumlah massa mengambang yang cukup tinggi tersebut akan sangat tergantung pada dinamika politik ke depan. Sekaligus menunjukan bahwa masih banyak pemilih mula yang membutuhkan literasi politik yang memadai, agar mempunyai kesadaran dan pemahaman dalam menentukan pilihan politik,” jelas Bamsoet.
Ketua Dewan Pembina Depinas SOKSI dan Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini menerangkan, tingginya antusiasme generasi muda untuk berpartisipasi pada Pemilu 2024, disisi lainnya juga tidak serta merta berbanding lurus dengan minat mereka untuk tergabung dengan partai politik.
Hal tersebut tercermin dari hasil survei bahwa hanya 13,6 persen pemuda yang menyatakan tertarik bergabung dengan partai politik, dan hanya 1,1 persen yang sudah benar-benar berafiliasi dengan partai politik. Mengindikasikan masih kuatnya perspektif atau stigma negatif generasi muda dalam memaknai eksistensi partai politik.
“Kondisi tersebut juga mengindikasikan belum optimalnya peran partai politik dalam melaksanakan pendidikan politik kepada generasi muda. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para partai politik agar jangan hanya memandang keterlibatan pemuda pada Pemilu sekedar dikaitkan dengan dorongan untuk meningkatkan partisipasi politik. Maupun memandang generasi muda hanya sebagai obyek untuk menghimpun suara. Partai politik harus melihat generasi muda sebagai bagian dari solusi untuk mewujudkan Pemilu yang berkualitas,” pungkas Bamsoet. (*)