humaniora.id – Jakarta, Minggu, 22/10/2023, Musim kemarau panjang yang sedang melanda sejumlah daerah-teristimewa wilayah Jabodetabek plus- telah ‘dibidik‘ dalam sebuah sajak karya Penyair dan Sastrawan Pulo Lasman Simanjuntak.
Sajak berjudul KEMARAU MEMBAKAR SAJAKKU dalam 28 larik dan 5 bait ini ditulis oleh Penyair Pulo Lasman Simanjuntak mempergunakan metafora-metafora dan imaji yang sangat liar, betapa kemarau itu telah ‘menyiksa’ batin seorang pujangga.
Dalam suhu yang hampir 40 derajat celsius-nyaris membuat jiwa kekeringan-sajak tersebut dapat ikut merasakan betapa.makin panasnya suhu di bumi ini. Cuaca memang sangat ekstrem!
Namun, sajak ini tak mau ikut bersungut, ia tetap.mau berdoa semoga hujan deras segera datang dari ketebalan awan di seberang lautan.
Penyair Pulo Lasman Simanjuntak yang jebolan Sekolah Tinggi Publisistik (STP-Jakarta ) karya sajaknya pertama kali dimuat di Harian Umum KOMPAS pada bln Juli 1977 berjudul IBUNDA.
Kemudian dalam kurun waktu tahun 1980 sampai tahun 2023 karya puisinya telah dimuat disejumlah media cetak (koran, suratkabar mingguan, dan majalah) serta ditayangkan diberbagai media online (website) di Indonesia dan Malaysia.
Karya puisi Penyair Pulo Lasman Simanjuntak telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal dan 25 buku antologi puisi bersama para penyair seluruh Indonesia.
Sering.diundang membaca puisi di Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta.
Kontak person 08561827332 (WA)
Email : pulo_lasman@yahoo.com
Medsos :
IG—Lasman Simanjuntak
Facebook–Bro
Youtube–Lasman TV .
Berikut di bawah ini sajak KEMARAU MEMBAKAR SAJAKKU.
Selamat membaca.
Sajak
KEMARAU MEMBAKAR SAJAKKU
sungguh,
kemarau telah membakar sajakku
cuaca ganas
merayap-rayap
di atas pohon meranggas
daunnya sudah rontok
mengeluarkan semburan gas berapi
bahkan lidah kemarau yang keji
nyaris melahap
ratusan ikan
dalam kolam kekeringan
berjalan perlahan
pasti berkeringat
karena matahari
sudah lelah berteriak-teriak
menyanyikan mantera awan
dari seberang lautan
tak lagi berombak
sungguh
kemarau telah membakar sajakku
suhu udara panas sudah menyiksa
sekujur tubuh tanpa disiram air tanah
keruh
berbau busuk
sunyi hanya mengalirkan darah beku
mengerikan
mematikan
mengejar hujan buatan
Jakarta, Minggu, 22 Oktober 2023