humaniora.id – Selasa sora (3/12) hujan tak henti-henti, sepulang kerja sudah hampir Maqrib, saya membuka HP ternyata banyak tayangan pendakwah kondang dan juga pejabat negara sebagai utusan khusus bidang kerukunan beragama, pak Miftah mengisi ceramah di sebuah pengajian di Magelang Jawa Tengah, disela-sela kerumunan jama’ah ada seorang penjual es teh manis yang menawarkan dagangannya.
Penjual tersebut berusaha mendekati podium, sontak saja para jama’ah berteriak “borong-borong.” Pak Miftah tidak begitu dengar, terus dibisikkan oleh orang di sebelahnya “borong.” Mendengar kata itu pak Miftah berceletuk dan cengengesan “apanya? Bosoane? Bosoan itu apa?, “tanya pak Miftah dalam bahasa Jawa.
“Disuruh borong dagangannya,” kata pria yang ada di sebelah pak Miftah.
Pak Miftah lalu bertanya kepada penjual es teh dengan nada kasar dan cenderung merendahkan orang miskin di depan jamaah “oh borong, es tehmu masih banyak enggak? Oh masih? Yaudah sana jual GOBLOK!!, ” kata Pak Miftah sambil tertawa lebar dan lepas mengajak orang yang di samping kanan kiri dan belakang untuk tertawa pula.
Saya pribadi melihat video itu sangat sedih. Sangat menyakitkan saat melihat video yang beredar tentang pak Miftah dan ada beberapa ustad bahkan ada pula “Habib” yang berada di atas panggung suci agama. Biasanya orang yang berada di panggung pengajian atau di depan itu orang alim ulama dan pejabat penting. Mengapa mereka semua ikut tertawa terbahak-bahak pada waktu atau setelah pak Miftah ngegoblokin penjual es teh manis dan beberapa minuman air mineral kemasan.
Setahu saya Baginda Nabi Muhammad SAW tidak pernah mempermalukan orang di depan sesama muslim banyak pula. Beliau tidak pernah menghina umatnya. Beliau dikenal sebagai sosok yang sabar, penyantun, pemaaf dan lemah lembut. Terus kalau pak Miftah yang dikenal seorang pendakwah kondang dan seorang pejabat negara memberi contoh yang jelek kepada jama’ah terus materi dakwahnya itu meniru Kanjeng Nabi atau bukan?
Sepertinya Tuhan telah menunjukkan kepada kita semua siapa saja ulama atau orang yang mengaku ulama yang harus kita ikuti. Kita harus seleksi kepada siapa kita mengaji, jangan asal saja memilih pendakwah, asal kondang tapi tanpa isi.
Saya mendapatkan info dari teman, pedagang es teh manis itu bernama Sonhaji orang Magelang Jawa Tengah. Barusan tangan kanan kena kecelakaan pas blandong (potong) kayu. Sekarang jualan es teh manis ngasong untuk mengadu keberuntungan. Barusan pak Sonhaji juga kehilangan sepeda motor. Apa tidak nyesek hatinya mendengar ejekan kasar dari pak Miftah. Tentunya tertawa terbahak-bahak dari para hadirin.
Semoga Allah ganti semua yang lebih baik dari sebelumnya.
Kepada pak Sonhaji pedagang es teh manis tetaplah berusaha walaupun melelahkan, bagaimanapun hasilnya yang penting sudah berusaha. Percayalah rencana Allah itu lebih baik, teruslah berusaha dan berikhtiar. Insyaallah engkau mendapatkan rejeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
Kabarnya pak Sonhaji mendapatkan rejeki berupa hadiah umroh di awal bulan Ramadhan 1446 H dari orang baik. Orang baik itu berbicara langsung di Tik Tok @essenah_alam.
Alhamdulillah hidup itu indah, bukan karena kita punya segalanya, tapi karena kita mensyukuri apa adanya.
Nurul Azizah penulis buku Muslimat NU Militan Untuk NKRI