Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp humaniora.id
Humaniora.id – Karya Puisi WS Rendra | Acara berlangsung khidmat dan benar-benar mengalir.
Hadir dan Mengalir dalam Karya Puisi WS Rendra
Di awali sambutan dari Iwan Burnani dan sekaligus sebagai pemandu acara, di lanjutkan dengan pembacaan doa, di pimpin oleh Eddie Karsito. Doa-doa terpanjat untuk WS Rendra, Ken Zuraida, dan para teman-teman Bengkel Teater yang telah meninggal dunia.
Berturut-turut puisi di bacakan oleh Tio Pakusadewo, Yahya Rudy, Vonny Anggraini, Widi Dwinanda, Eddie Karsito, dan Jose Rizal Manua. Namun sebelum pembacaan puisi, Iwan bercerita bagaimana Karya Puisi WS Rendra tersebut tercipta dari perjalanan hidup seorang Rendra.
Paman Doblang, bercerita tentang perenungannya selama dalam jeruji besi. Di bacakan dengan lantang oleh Tio Pakusadewo. Rendra selalu berpikir bagaimana cara menyejahterakan rakyat Indonesia, ia begitu prihatin dan berani membela keadilan, tercermin dalam Sajak Orang-Orang Miskin yang dibacakan oleh Yahya Rudy.
Kangen di tuturkan dengan manis oleh Vonny Anggraini. Iwan kembali menyampaikan kesannya terhadap Rendra, bahwa dia adalah seorang guru, mengajarkan bagaimana daya, hidup, dan cipta kedisiplinan. Selalu bergerak beraktivitas, tiada menyerah dan mempertahankan tradisi. Menurut Iwan kembali, bahwa di sisi sifat Rendra yang humoris, ia pun bisa marah apabila di kritik usai pementasan.
Iwan Burnani membacakan puisi Tuhan Aku Cinta Padamu dan Karya Puisi WS Rendra tersebut tercipta ketika Rendra di rawat dan harus cuci darah. Di lanjutkan dengan Gadis dan Majikan oleh Widi Dwinanda, Eddie Karsito membaca Sajak Yoki Tobing untuk Widuri, Jose Rizal Manua dengan Serenada Biru, di lanjutkan dengan pembacaan Sajak untukmu Fatimah oleh Jose bersahutan dengan Vonny
Acara di tutup dengan pemutaran film Bunga Semerah Darah
Film arahan Iwan Burnani diangkat dari karya Rendra pada 1950, saat ia masih SMP dan mendapatkan penghargaan. Dengan mengubah format naskah yang awalnya pertunjukan teater menjadi naskah film. Hingga dialog pun di rombak dan ada beberapa peran tambahan.
Jika pada 1950 merebak pandemi TBC maka saat sekarang Covid-19. Syuting film di lakukan di panggung layaknya berteater dan separuhnya di luar ruangan layaknya syuting film. Bisa di katakan suatu terobosan baru dalam genre perfilman Indonesia, teater film.
Dengan dibintangi oleh beberapa artis ternama seperti, Tio Pakusadewo, Maudy Koesnaedi, Vonny Anggraini, Asrul Dahlan, Eddie Karsito, Joind Bayuwinanda, Widi Dwinanda. Hasil karya Iwan Burnani ini di tampilkan juga di ajang bergengsi Borobudur Writers and Cultural Festival atau BWCF, akhir November 2022.
Narima Beryl Ivana – Berbagai sumber
Sumber : MEDIA SENI-BUDAYA SEMESTA SENI NOMOR 28 l DESEMBER 2022
Comments 1