humaniora.id – Film Indonesia karya anak bangsa semakin bagus, baik dari segi kualitas sinematik, keaktoran, maupun ceritanya. Peningkatan juga terlihat dari ide dan kreativitas tema film.
Film yang diangkat dari cerita novel juga turut memberi warna bagi pertumbuhan film Indonesia. Terbukti banyak film adaptasi novel begitu digemari penonton.
Beberapa film booming penonton yang diadaptasi dari novel best seller setidaknya memberi kesaksian tentang suksesnya sejumlah film bermula dari karya sastra.
Bulan Ramadan tahun ini, kembali para penyuka film dimanjakan karya sinema dengan cerita menyentuh; “Kartu Pos Wini : Surat Beralamat Surga”.
Film terbitan Sinemata Production ini telah dirilis dengan acara nonton bareng di Bioskop XXI Plasa Senayan, Jakarta, Sabtu (01/03/2023).
Film tersebut tayang di bioskop seluruh tanah air, mulai Kamis, 6 April 2023 mendatang.
Film “Kartu Pos Wini : Surat Beralamat Surga” diadaptasi dari novel dengan judul sama karya Ruwie Meyta dan disutradarai Tarmizi Abka.
Selain Tarmizi Abka sebagai sutradara, di bidang artistik ada Aris Muda dan Saskia Desti (Screenplay), Michael Mukhaya (Director of Photography), Zhi Chen (Music Director), Adi Dholenk (Art Director), dan Arya Jagaddita (Editor).
Didukung sejumlah aktor muda berkarakter, antara lian; Denira Wiraguna, Fajar Rezky, Ferly Putra, Soraya Rasyid, dan pemeran cilik Keiko Ananta, serta beberapa pemain lainnya.
“Kartu Pos Wini : Surat Beralamat Surga” ceritanya menarik. Selain isu tentang penyakit kanker, juga romansa, kisah cinta tentang hubungan sahabat pena.
Frasa sahabat pena seakan ingin mengembalikan ingatan cerita masa lalu remaja-remaja era 1980-1990-an. Walau kondisi kekinian juga mewarnai bahasa gambar film ini. Paling menonjol adalah scenes tertentu yang menonjolkan produk sponsor PT. Pos Indonesia yang menyediakan infrastruktur dan sistem aplikasi layanan jasa modern.
Namun setidaknya ada momen-momen indah dan mengharukan dalam cuplikan nostalgia era 1980-1990-an. Sisi lain dari daya tarik “Kartu Pos Wini : Surat Beralamat Surga” ini adalah keinginan pembuat film yang juga mengangkat cerita penyakit kanker.
Film ini menjadi semacam literasi bagaimana menjadi keluarga, sahabat dan kerabat memperlakukan penderita kanker.
Film Rasa Novel
Pertumbuhan industri perfilman Indonesia memang memiliki sejarahnya sendiri. Pada masa awal industri perfilman Indonesia banyak diisi para seniman teater yang menjadi kreator film.
Tak heran jika kemudian karya-karya sinema seperti alih wahana dari kerangka estetika seni pertunjukan menjadi film. Sehingga karya-karya film tertentu masih sangat kuat pengaruh seni teaternya, ketimbang film sebagai media ungkap melalui bahasa gambar.
Sama halnya menonton “Kartu Pos Wini : Surat Beralamat Surga” ini, yang masih kuat pengaruh novelnya (sajian kalimat). Kejadian atau peristiwa dalam runtutan waktu disampaikan secara naratif dan verbal.
Aktor seakan dipaksa berdialog panjang-panjang tanpa passing dan kehilangan sense. Sehingga film kehilangan esensi sebagai sarana penyampaian cita rasa estetis melalui bahasa gambar; gambar hidup.
Menggunakan takarir; sulih teks bahasa Indonesia di film ini juga sesuatu tak lazim. Sebab filmnya menggunakan bahasa Indonesia dengan penonton orang Indonesia.
Ringkasan Cerita
“Kartu Pos Wini : Surat Beralamat Surga” merupakan kisah tentang cewek milenial yang termakan idealisme dan kekerasan hatinya. Termasuk terobsesi punya cita-cita sebagai staf kantor pos.
Cerita unik ini ditulis Ruwi Meyta, penulis asal Yogyakarta yang dimuat di kanal digital KanyaID. Tidak sekadar tentang cita-cita, tapi lanjutan cerita setelah si tokoh utama – Ruth Dewayani – jadi staf kantor pos yang jauh lebih menarik.
Perjumpaan dengan penyandang leukemia, yaitu seorang anak bernama Wini semakin menguatkan keinginan Ruth menjadi penolong si anak. Cerita makin intens ketika sahabat pena Ruth memberi hadiah kejutan meluluskan proposal pengobatan Wini ke Amsterdam, Belanda.
Gandeng PT. Pos dan YKI
Untuk memproduksi film ini, Sinemata Productions menggandeng PT. Pos Indonesia dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI). Kedua lembaga ini menurut Produser Aris Muda, memiliki jaringan cabang di seluruh Indonesia.
PT Pos Indonesia (Persero) mendukung film ini dengan harapan Pos Indonesia kembali lebih dikenal generasi muda masa kini atau milenial.
“Satu-satunya cara winning the heart share (memenangkan hati) masyarakat ialah melalui seni dan budaya. Film merupakan sarana yang tepat untuk mewujudkan hal ini,” kata Direktur Utama PT Pos Indonesia, Faizal Rochmad Djoemadi.
Yayasan Kanker Indonesia (YKI) juga mengapresiasi kehadiran film ini. Pihak YKI mengharapkan film ini bisa membantu meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap penyakit kanker dan pencegahannya.
“Kepedulian kita dengan memberikan dukungan dan perhatian terhadap penyakit kanker, diantaranya melalui film,” kata Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo./*