humaniora.id – Saat ini masyarakat dibuat tak berdaya dengan langkanya beras di pasaran. Hampir semua pedagang di pasar kehabisan stok. Ketika ada pembeli mencari beras, jawab penjual: “berasnya kosong.” Drama apalagi yang dimainkan oleh pemerintah pasca pengumuman hasil pilpres 2024 secara quick count (hitung cepat).
Selama ini masyarakat percaya pada hasil quick count karena semua televisi menyiarkan proses hitung. Tapi bagi penulis tidak, banyak kejanggalan yang terjadi dalam proses hitung cepat. Satu jam setelah pemungutan suara selesai quick count sudah menunjukkan hasil paslon 01 sudah menunjukkan hasil 24 %, 02 unggul 58 % sementara 03 paling buncit 17%, pemilu presiden yang penuh rekayasa.
Kami menerima apapun hasil pilpres 2024 asalkan pemilu dilaksanakan secara jujur dan adil. Jangan sampai pemilu yang menggunakan hak suara rakyat sudah didesain dan direncanakan oleh sekelompok orang yang memiliki power di negeri ini untuk memenangkan salah satu paslon.
Kenyataan di lapangan Presiden Joko Widodo ikut cawe-cawe dan bergerak secara all out untuk memenangkan paslon 02 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Jokowi sejak awal telah mendesain dan merancang untuk memenangkan paslon capres cawapres nomor urut 02 karena mempertahankan kekuasaan.
Bansos berupa beras dan bantuan tunai dikucurkan untuk melaksanakan aksi memenangkan paslon 02. Tentunya bansos menggunakan anggaran APBN, artinya uang yang diberikan ke rakyat berupa beras dan uang tunai itu berasal dari APBN ya uang rakyat dikembalikan ke rakyat sebagai akal licik untuk memenangkan paslon 02. Survei dibuat yang seakan-akan dimenangkan oleh 02. Semua bekerja secara terstruktur, sistematis dan masif (TSM) dengan menabrak etika dan moral. Contohnya ya kasus diloloskannya Gibran sebagai cawapres padahal dari segi umur belum boleh. Makamah Konstitusi (MK) dengan beraninya menggunakan lembaga kehormatan para penegak hukum untuk melanggar konstitusi. Lolosnya Gibran adalah contoh produk gagal dari MK.
Jokowi terus memainkan drama demi drama untuk melanggengkan kekuasaan. Bagaimana caranya agar Gibran masuk bursa cawapres mendampingi Prabowo.
Kampanye sudah berlalu, coblos capres cawapres juga sudah dilaksanakan. Quick count sudah diumumkan walau menyesatkan dan membuat orang terkaget-kaget dengan hasil yang tidak sebanding. Pasti ada permainan curang dan culas dibalik menangnya paslon 02. Kuncinya ada di pembagian bansos. Orang awam yang suka dikasih beras dan sembako tentu manut saja untuk pilih 02 apalagi ada embel-embel amplop berisi uang tunai, pasti pepatah “maju tak gentar membela yang bayar.”
Sekarang ini hampir satu mingggu lebih setelah pencoblosan 14 Februari 2024, terjadi kelangkaan beras. Makanan pokok satu ini benar-benar membuat ibu-ibu stres.
Di beberapa supermarket dan minimarket sudah tidak ada beras, dan menghilang.
Antrian beras dari bulog tidak merata di semua daerah. Kalaupun ada hanya boleh membeli Rp 5 kg dengan harga terjangkau.
Penulis juga seorang ibu, dengan adanya kelangkaan beras sempat panik. Tapi pikiran harus terkendali dan tetap fokus akan drama-drama yang terus dimainkan oleh pemerintah. Untuk itu harga berapapun penulis bayar. Tidak usah panik, ini pasti drama yang akan terus dimainkan oleh pemerintah.
Dalam kondisi kekurangan beras mengapa presiden Jokowi tidak bagi-bagi bansos lagi. Kemana bansos yang selama ini diimpikan masyarakat kecil.
Menurut penulis, kondisi kelangkaan beras memang disengaja oleh pihak yang menang pilpres secara hitung cepat. Agar rakyat Indonesia terus memburu beras dan berfikir bagaimana bisa mendapatkan beras walaupun berdesakan dengan warga lain.
Mereka akan melupakan hasil penghitungan suara di pilpres 2024. Nanti kalau sudah diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) baru dikeluarkan cadangan beras untuk rakyat.
Penulis juga hunting beras, bukan saja untuk dimasak, tapi terus mencari informasi “ada apa dibalik langka dan mahalnya harga beras.”
Harga sampai hari Selasa, 27/2/2024 di Semarang sudah mencapai Rp 16.500/kg bahkan terus naik hingga Rp 17.000 an untuk beras kualitas sedang.
Tanpa sengaja penulis mendapatkan beras dari Bulog kerja sama dengan Badan Pangan Nasional yaitu beras yang memang digunakan untuk cadangan pemerintah. Beras tersebut dikemas dalam sak 5 kg yang didistribusikan oleh Perum Bulog jl. Jendral Gatot Subroto no 49 Jakarta Selatan 12950. Ada alamat websitenya yaitu WWW.BULOG.CO.ID
Harga beras untuk Jawa, Lampung, Sumsel, Bali, NTB, Sulawesi dijual dengan harga Rp 10.900/kg. Sumatera (kecuali Lampung dan Sumsel), NTT, Kalimantan Rp 11.500/kg, Maluku dan Papua Rp 11.800
Menurut informasi dari pedagang di pasar beras tersebut belum dikeluarkan, masih ada di gudang penyimpanan. Bahkan jumlahnya berton-ton.
Apakah ini bentuk kecurangan atau drama yang dimainkan oleh pemerintah kerja sama dengan Bulog. Agar di masyarakat timbul kepanikan hingga waktu yang diinginkan oleh sutradara pembuat drama ‘langkanya beras,’ dan rakyat pun berebut beras.
Rakyat sudah mulai melupakan apa itu hasil penghitungan suara di pilpres 2024. Mereka sibuk cari beras Bulog yang terkadang dijual dengan harga Rp 14.000/kg oleh penjual yang sudah mengambil beras di Bulog dengan jumlah besar.
Benar-benar drama yang menarik perhatian warga. Sedikit saja yang sadar akan permainan kotor pemerintah dan Bulog.
Penulis yakin nanti pasca pengumuman pemenang pilpres 2024, harga beras mulai normal kembali, karena beras Bulog yang disembunyikan mulai dikeluarkan.
Itulah drama yang dimainkan oleh pemerintah dan Bulog pasca pencoblosan hingga pengumuman pemenang pilpres 2024.
Untuk itu bagi warga masyarakat yang cerdas selalu waspada terhadap pengalihan isu beras langka dan mahal, jangan terkecoh siasat jahat pemerintah dan Bulog. Pantau terus penghitungan suara sampai pengumuman pemenang pilpres 2024 yang diumumkan oleh KPU pada tanggal 20 Maret 2024.
Nurul Azizah penulis buku Muslimat NU Militan Untuk NKRI