Humaniora.id – Iwan Burnani dan Teater Bengkel – Iwan Burnani Toni: “Saya ikut Rendra, dari Mastodon… Bag 9
T: Siapa aja tuh yang masih tersisa ?
Masih banyak yang yunior-yunior. Mereka mengganti peran yang di tinggalkan. Ada Dahlan Rabu Pahing, Bambang Isworo, Udin Syah. Tapi kami sendiri sempat ribut, karena ada yang tidak terima saya mimpin latihan. Ya saya di suruh mimpin gimana ? Kami sempat berantem..lu halang-halangin gue .., sampai begitu loh saya. Saya kan juga keras.
Baru kemudian Mas Willy datang, entah dari mana. “Sudah, sudah, tidak ada lagi yang ribut ,kita mau pentas. Ini nanti kita bisa di penjara, kalau tidak jadi pentas. Uang sudah kita ambil soalnya,” demikian Mas Willy. Saya lalu bilang: “Mas tolong Mas, Mas Willy di sini dulu deh.” “Oke, kamu sudah casting siapa saja? ”Kamu sudah latih?
Akhirnya kami latihan lagi di pimpin Mas Willy. Mbak Sunarti menjadi penata musik. Penata lampu dan set Mas Rudjito yang datang dari Jakarta. Dari Mastodon, tata lampu selalu Mas Rudjito.Nah di situ Mas Willy bilang ke saya: “Kamu punya bakat menjadi sutradara. Kamu memiliki bakat memimpin”. “Wah saya hanya mencoba saja Mas. Kostum bagaimana Mas.” Kostum pakai pakaian pesilat, pakai ini..ini..ini …Kamu catat iwan. Kita main. Berangkat.
T: Berapa bulan latihannya keseluruhannya semenjak ditinggalkan para senior itu?
Sekitar 4 bulan. Wah menurutku pertunjukan Lingkaran Kapur Putih itu pertunjukan paling jelek. Jelek menurut aku ya. Mas Willy mainnya juga tak bisa total, karena ada masalah-masalah itu.
T: Tahun 1977 masih memainkan Sekda (Sekretaris Daerah) kan ?
Ya. Sekda main di Teater Arena TIM tahun 1977. Mas Willy bermain sebagai Sekretaris Daerah. Ini sekali lagi kritik soal pemerintahan. Saya waktu itu tidak turut main. Hanya menjadi asisten sutradara. (Pementasan ini menurut rencana di pentaskan pada 18-20 Mei 1977.
Namun jadwal di undur menjadi tanggal 27-29 Juli 1977 sebab Rendra selama bulan Mei masih terlibat syuting film: Terminal Cinta)
T: Nah, tahun 1978, Rendra baca puisi di TIM dilempari bom amoniak. Setelah itu pentasnya di larang lagi. Betul?
Ya. Setelah itu Rendra masuk penjara. Saat itu Mas Willy sudah akrab dengan Hariman Siregar..,
Iwan Burnani kemudian menceritakan bagaiman suasana kehidupan anggota Bengkel Teater tahun 1978 setelah Rendra masuk penjara di Jakarta. Mereka tetap bertahan hidup di Yogja.
T: Selama Mas Willy di penjara di Jakarta, pentas dilarang lalu bagaimana Bengkel Teater di Yogya?
Saya sendiri di Yogya tetap aktif. Saya sendiri lalu membikin pertunjukan dengan Sawung Jabo, tidak bawa nama Bengkel. Latihan-latihan di Bengkel tetap kami adakan. Kita aktif melatih mahasiswa-mahasiswa yang datang. Dari ASTI (Akademi Seni Tari Indonesia), AMI (Akademi Musik Indonesia), Universitas, Gajah Mada, kumpul jadi satu minta kami latih.
Oke, saat itu saya dan Jabo melatih. Para mahasiswa itu lalu mengasih uang ke saya dan Sawung Jabo. Saat itu kami sudah berat untuk uang makan. Kami sudah tak punya uang makan, hutang juga sudah tak boleh. Nah, kalau mahasiswa datang latihan – kami suka di jajanin makanan.
Suatu hari tiba-tiba Bambang Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Kristen Satyawacana, datang ke Bengkel. Dia yang punya minyak terkenal Kutus-Kutus sekarang….
T: Servasius Bambang Pranoto pemilik PT Kutus Kutus Herbal?
Betul. Saya memanggilnya Bambang KPL saat itu. Nah Bambang itu bilang ke saya: “Wan, bikin pertunjukan di UKSW mau nggak ?” “Boleh, uangnya ada gak? ” “Ga ada”. “Transport ada?” “Ada” “Akomodasi ada ?” “Ada.” “Konsumsi ada ?” “Ada” “Ok,” saya langsung bilang ke Bambang.
Saya kemudian latihan sama Sawung Jabo dan mahasiswa-mahasiwa yang kami latih itu. Saya bikin gerak, Jabo bikin musik bersama grupnya. “Bo, bikin ini Bo..lagunya gini..trus gini..gini. Jabo bikin. Kisah perjalanan awan bagaikan seorang anak manusia.
Nah begitu mau pentas, seminggu lagi, tiba-tiba ,Bambang KPL datang dan bilang: “Ora sido (tidak jadi) Wan.”. “Wah aku udah latihan,” jawab saya. “Ya tidak bisa, duitnya untuk transport rombongan dari Yogya ternyata gak ada ,” kata Bambang. Aku jawab: “Ga ah, aku tetap aja”. Bambang mengulang lagi: “Loh betul-betul kami tak ada ada duitnya”
T: Terus gimana?
Nah. Saat itu saya kemudian tanya ke mahasiswa-mahasiwa yang kami latih: “Udah dapat uang kiriman belum ?” “Ada mas,” kata mereka. “Bantingan mau ngga ? Kita sewa colt, kita berangkat pentas,”saya tanya mereka. Ternyata mereka mau. Seru.
Pas saat itu musisi Australia Suzan Piper, pacar Sawung Jabo juga datang ke Yogya. Saya langsung mengajak Susan. “Susan ikut main ya” aku bilang. Lalu kemudian juga datang Emha Ainun Nadjib ke Bengkel, dia saya ajak juga ke Salatiga. “Ikut, kamu bagian ngomong, kamu kan pintar ngomong.
Kamu yang ladenin diskusinya mahasiswa di sana,”kata saya ke Emha.
T: Di Salatiga bagaimana mainnya?
Ya di panggung aku sampai improvisasi mempermasalahkan mengapa Mas Willy di penjara.
Nah saat melihat ruangan pentas besar dan mahasiswa yang menonton banyak, saya bilang ke Jabo bahwa aku akan bikin adegan turun ngamen “Bo, mainkan lagu: Di situ ada Bunga, lalu nanti aku turun ke penonton bawa topi caping minta uang. Dan ternyata wowww duitnya dapat banyak sekali. Duitnya lebih banyak dari yang Bambang kasih.
T: Ha..ha lalu duitnya untuk apa?
Untuk beli celana lagi. Saya kan waktu itu kemana-mana dengan Jabo memakai sarung. Orang bilang anak-anak Bengkel Teater nyentrik. Rambut panjang dan sarungan. Padahal aku gak punya stok celana. Celana yang ada sudah aku jual di Pasar Bering Hardjo untuk kebutuhan makan. Tinggal celana pendek dan sarung.
Lha, bukan nyentrik ini. Langsung kemudian sampai di Yogya saya beli lagi celana di Bering Hardjo. Celana bekas.
T: Pertunjukannya hanya di Salatiga?
Setelah dari Salatiga, kami di tanggap di UGM dan kemudian di Universitas Erlangga Surabaya. Nah ke Surabaya sampai Suzan Piper ikut juga. Kami gak nyangka bisa sampai ke Surabaya. Saya saat itu bilang ke Jabo: “Ini rombongan banyak banget ya Bo, gila..kayak rombongan sirkus aja kita nih ya.”
Dari situlah kata sirkus kemudian di tambahkan ke Barok jadinya Sirkus Barok. Karena rombongannya sudah kayak pemain sirkus. Demikian Iwan Burnani dan Teater Bengkel
Baca juga : Iwan Burnani Toni: “Saya ikut Rendra, dari Mastodon… Bag 8
Comments 3