Pemadaman listrik total atau blackout yang terjadi di Sumatera mencerminkan kondisi kelistrikan nasional yang sangat memprihatinkan.
Hal itu disampaikan oleh Wakil Ketua Dewan Pembina Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB), R Haidar Alwi.
Blackout terjadi karena adanya gangguan yang disebabkan oleh sambaran petir pada jaringan SUTET 150 kV Langsa-Idi (Aceh) dan SUTET 275 kV Lubuk Linggau-Lahat (Sumsel) dalam rentang waktu 3-5 Juni 2024.
Akibat gangguan pada kedua SUTET tersebut tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di Aceh dan Sumatera Selatan tapi juga berdampak di provinsi lain hingga sebagian besar wilayah pulau Sumatera.
“Kejadian blackout di Sumatra merupakan keprihatinan nasional, mencerminkan kinerja PLN yang tidak mau belajar dari kejadian- kejadian sebelumnya,” kata R Haidar Alwi, Selasa (11/6/2024) malam.
R Haidar Alwi menjelaskan bahwa data menunjukkan rata-rata 40 persen gangguan pelayanan jaringan transmisi PLN disebabkan oleh sambaran petir.
Berbagai upaya telah dilakukan PLN untuk mengatasi masalah petir, mempertahankan keberlangsungan penyaluran tenaga listrik dan meningkatkan keandalan jaringan transmisinya.
Mulai dari perbaikan pentanahan kaki tower, pemasangan Arrester (LA), pemasangan Early Streamer Emission (ESE), pemasangan direct grounding, unbalance circuit dan lain sebagainya
“Namun sampai saat ini belum membuahkan hasil yang signifikan. Ini tentunya suatu kerugian bagi PLN itu sendiri dan terutama masyarakat yang terdampak. Bayangkan berapa triliun Rupiah kerugian ekonomi akibat blackout PLN,” jelas R Haidar Alwi yang juga alumni S1 dan S2 Teknik Elektro ITB.
Pada tahun 2014, sambungnya, ITB berhasil menemukan teknologi proteksi petir jaringan transmisi tegangan tinggi i-GSW (Isolated Ground Shield Wire). Berhasil terbukti, ITB mengajukan Paten pada tahun 2015, Patent Granted pada tahun 2019.
Menurutnya, teknologi ini merupakan invensi, temuan anak bangsa yang berkualitas, bahkan dapat menjadi kelas dunia, sederhana, mudah dipasang, tidak harus padam dan 100% TKDN, semua komponen dari dalam negeri.
“Bukti keberhasilan teknologi proteksi petir ITB dapat dilihat di jaringan transmisi tegangan tinggi PLN Wilayah Bangka-Belitung, transmisi Bolok-Maulafa Kupang (PLN Wilayah NTT), crossing sungai Mahakam (Samarinda, Kaltim) dan lain-lain. Dampak penggunaan paten cukup tinggi, industri pariwisata meningkat, industri timah bekerja penuh, kegiatan keseharian dan ekonomi masyarakat tidak terganggu,” papar R Haidar Alwi.
Akan tetapi, menurutnya, penerapan teknologi i-GSW ini mendapat hambatan serius, tidak dihargai PLN. PLN Sumatera di tahun 2020 memasang sendiri lebih dari 4.000 tower transmisi di area Sumatera dengan penamaan lain IGWS, PLT dan lain-lain yang mengikuti Paten i-GSW.
Pada awalnya PLN berhasil baik dapat meningkatkan keandalan sistem Sumatera. Namun tidak lama, satu persatu gagal, kembali terjadi banyak gangguan dan terbukti dengan kejadian blackout Sumatera.
R Haidar Alwi menegaskan, masalah pemadaman listrik karena petir, seharusnya tidak terjadi lagi karena sebenarnya ITB telah berhasil menemukan teknologinya. PLN dapat melakukan langkah strategis menghargai inovasi anak bangsa, menerima, menerapkan dan mengembangkan teknologinya.
“Teknologi Paten i-GSW ini merupakan terobosan teknologi nasional yang bahkan mampu merubah paradigma proteksi petir dunia. PLN sebagai BUMN besar seharusnya dapat bekerjasama dengan ITB, melakukan penelitian, pengembangan dan penerapan invensi teknologi, seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Cipta Kerja,” pungkas R Haidar Alwi yang juga lulusan kursus Schenectady New York, Amerika Serikat.