humaniora.id – Mekhit Sang Mat Piso dari Yogyakarta kembali meneror di tahun ini. Peristiwa itu terjadi pada, Selasa, (15/8/23) malam di Hall Taman Budaya Yogyakarta dalam rangka merayakan 51 tahun Teater Alam.
Teater Alam menggelar pentas Opera Ikan Asin, dari naskah The Threepeny Opera karya Bertholt Berch yang diadaptasi Nano Riantiarno. Pementasan kali ini disutradarai Puntung CM Pudjadi dibantu Astrada Rony AN dan Bambang KSR.
Ratusan penonton terpukau dengan akting para aktor teater Alam. Lakon Opera Ikan Asin di tangan Puntung menjadi sajian menarik karena dukungan aktor-aktris kawakan seperti Meritz Hindra dan Anastasia, yang memiliki bekal akting memadai. Adegan per adegan dibikin menarik. Ditunjang penciptaan lagu-lagu baru berbagai genre, gerak tari, dan cerita yang unik.
Beberapa aktor besar Teater Alam turun gunung dalam pertunjukkan semalam, antara lain Meritz Hindra satu-satu pendirinya Teater Alam yang masih hidup memerankan Mekhit atau Mat Piso. Hadjar Pamadhi (Sersan Polisi), Oka Swastika Mahendra (Picum Natasasmita Juragan Joeselormis), Nunung Rieta (pemeran Polly Natasasmita Picum), Jack Sophian (Komisaris Polisi Kartomarmo).
Juga Eddy Subroto (Plit), Gea Mitha (Lusi Kartomarmo), Agus Sumaryadi (Pengemis), Anto Aziz (pengemis), Guridno (pengemis), Yanz Haryo Darmista (Jolly), Jamilan Afandi (Jack), Dicky Fahrudin (Gurdi), Junior F. Leonz Kambey (Panjul). Baku Nindra (Boe), Rolly Toudell (Anang), Rayhan Rasyidi Chaniago (Sinyo), Daiva Faiz Anggara (Nur), N. Pristiani Dewi (Yeyen dan penari), Dyah Wulandari Adiningsih (Betty dan penari). Susan KD (Leni dan penari), Hana (Emi), Retno Widiati (penari)Nayla Kasmine (penari), Erlina Santi Rahmadani (penari), Anggita X Safitri (penari), Amarra Primananda (penari), Bunga Seouli (penari) didukung actor lainnya yang jumlahnya sekitar 70 orang.
Dikisahkan, telah terjadi lagi perampokan oleh Kelompok Mat Piso yang dipimpin oleh Padjoel. Kali ini, rumah sekaligus toko baju milik pengusaha terkenal, Rony AN menjadi korban perampokan kelompok bandit Mat Piso yang dipimpin oleh Panjoel. Perampokan itu dilakukan pada pukul 23.47 WIB. Kepolisian berusaha menangkap kembali Makhit alias Mat Piso. Segala upaya dilakukan namun sayangnya semua telah gagal. Menurut Martomarma, Komisaris dari Kepolisian Yogya, Mekhit alias Mat Piso berhasil kabur lagi dengan cara menyamar dikeramaian kota ketika pawai sedang diadakan. Begitulah penutupnya. Lagi! Satu rumah ludes habis dirampok ole Jollj dan kelompok Mat Piso.
Opera Ikan Asin persembahan Teater Alam dalam usia 51 tahun. Naskah aslinya bukan pemilik naskah yang luar biasa. Ia merupakan karya yang disadur dari lakon The Beggars Opera karya John Gay dan musik JC Pepusch (pentas tahun 1728 di London). Lalu turun ke karya Die Dreigroschenoper atau The Treepenny Opera karya Bertolt Bercht dengan komposisi musik Krt Weill (pentas pertama di Theater am Schffbauuerdam Berlin 1928.
Jika kemudian naskah itu menjadi “Opera Ikan Asin” tak lain berkat kegeniusan Nano Riantiarno alias Nano. Ia adalah aktor, penulis, sutradara, wartawan dan pendiri Teater Koma pada tahun 1977. Oleh Nano, setting London sekitar abad ke 19, dipindahkan ke Batavia pada abad ke 20, zaman Hindia Belanda. Cerita tentang si Raja Bandit, Mekhit alias Mat Piso. Aktivitas hari hari adalah merampok dan mencuri dengan bantuan anak buah. Ia juga dikenal playboy yang kerap mengunjungi tempat pelacuran.
Walau Bandit, namun Mekhit alias Mat Piso berhasil merebut hati wanita cantik bernama Poli Picum. Ia adalah anak tunggal Natasasmita Picum. Mekhit dan Poli menikah lagi diam-diam. Tak terima anaknya menikah apalagi dengan bandit, Natasasmita Picum pun mengatur strategi agar Mekhit ditangkap dan gantung. Mekhit berhasil ditangkap. Tapi karena hubungan baik dengan Kartamarma, Asisten Kepala Polisi, ia berhasil melarikan diri dari penjara.
Natasasmita Pitjoem meradang. Ia mengancam Kartamarma akan membuat kekacauan saat upacara penobatan gubernur jenderal. Pasukan pengemis akan dikerahkan untuk berdemonstrasi. Mekhit pun kembali ditangkap. Ia akan digantung tepat pada saat upacara penobatan. Tapi saat tali siap menjerat lehernya, datang surat keputusan dari Gubernur Jenderal.
Sutradara senior Teater Alam, Puntung CM Pudjadi mengatakan, dirinya tidak kebebanan naskah klasik serta nama besar Bertold Brecht. Karena tujuannya hanya membuat sajian pertunjukkan yang bisa dipahami penonton.
Teater Alam sudah sangat terkenal dengan kelompok teater yang sering mengangkat karya-karya klasik seperti Oedipus, Promotheus, Macbeth, dan lain-lain. Tetapi jangan lupa, Teater Alam juga piawai meracik lakon yang mengocok pert, seperti: Obrok Owok owok, Ebrek Ewek ewek, Dokter Gadungan, Pinangan, dan lain-lain.
Teater Alam didirikan 4 Januari 1972 oleh Azwar AN setelah pamit dari Bengkel Teater Rendra. Azwar mendirikan Teater Alam bersama Yoyok Aryo, Merit Hindra, Ganti SWinarno, Hendra Cipta, dan Abdul Kadir. Jejak jejak Teater Alam telah tertapak jelas di jalan panjang Teater Modern Indonesia. Tahun 1972 di TIM, Teater Alam mementaskan Ketika Bumi Tak Beredar, karya Frans Rahardjo. Tahun yang sama, mementaskan Si Bakhil, terjemahan Nur Sutan Iskandar dari karya Molliere.
Tahun 1973, mementaskan Dance and Pantomime di Seni Sono. Pentas selanjutnya Di Atas Langit Ada Langit, Malam Pengantin di Bukit Kera, Si Bakhil. Tahun demi tahun berlalu dengan jejak karya tiada putus.
Nah, salah satu pentas besar Teater Alam adalah Trilogi Oedipus karya Sophocles selama sembilan jam, dimulai pukul 20.00 dan selesai pukul 05.00 pagi pada tahun 1999. Pentas tersebut merupakan monumen bagi Teater Alam. Juga jagad teater Indonesia. Sepeninggal Azwar AN, Teater Alam sekarang dipimpin Ir Erna “Nana” Azmita AN. (RIG)