Jakarta, humaniora.id – Tanggal 20 April 2023 Taman Mini Indonesia Indah (TMII) genap berusia 48 tahun. Gagasan pembangunan suatu miniatur yang memuat kelengkapan Indonesia dengan segala isinya ini dicetuskan oleh Ibu Tien Soeharto.
Melalui miniatur ini diharapkan dapat membangkitkan rasa bangga dan rasa cinta tanah air pada seluruh bangsa Indonesia.
Proyek Miniatur Indonesia “Indonesia Indah” dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita (YHK) didukung secara gotong royong oleh masyarakat dan pemerintah daerah.
TMII dibangun tahun 1972 dan diresmikan pada tanggal 20 April 1975. Berbagai aspek kekayaan alam dan budaya Indonesia sampai pemanfaatan teknologi modern diperagakan di areal seluas 163 hektar.
Jauh sebelum Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan lahir, TMII telah melakukan aktifitas sebagaimana amanah yang tersirat dalam Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan. Hingga saat ini belum ada bandingnya di dunia terhadap prestasi yang telah dicapai oleh Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dalam upaya perlindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan kebudayaan Indonesia.
Sebelum diambil alih pengelolaanya oleh Sekretaris Negara (sekneg) dan diserahkan kepada PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko pada April 2021, beragam atraksi kesenian dan kearifan lokal nusantara telah digali, dipentaskan, diseminarkan dan dipublisikan kepada masyarakat luas oleh TMII.
Hal ini dapat terlaksana berkat kerja keras Badan Pengelola TMII dibawah binaan YHK. Didukung para seniman, budayawan, pemerintah daerah dari mulai tingkat dusun, desa, kabupaten/kota hingga provinsi. Sebuah kerjasama yang terjalin dengan sangat baik, terencana, terukur, kontiniu dan konsisten selama bertahun-tahun.
Badan Pengelola TMII dengan berbekal SDM yang memiliki latar belakang dan pengalaman dibidang budaya, produksi seni, pemasaran dan kehumasan, mewadahi dan membingkai aspirasi masyarakat budaya, dengan kemasan Acara Pekan Budaya, Pentas Duta Seni Daerah, Pentas Paket Acara Khusus, Festival, Lomba dan Parade Budaya serta beragam kegiatan budaya lainnya.
Sebelum diambil alih oleh Sekretariat Negara (Sekneg), TMII hanya hidup dari pengelolaan tiket masuk pengunjung serta hasil penyewaan gedung dan belum pernah dianggarkan dan didanai oleh APBN. Meski peran TMII adalah melaksanakan kewajiban negara dalam pelestarian kebudayaan.
Berbekal loyalitas karyawan dan dukungan moral dari para pemerhati budaya, TMII tidak pernah mati gaya dalam mengemban visi dan misinya. Meskipun TMII juga berfungsi sebagai tempat wisata, Badan Pengelola TMII tidak pernah dibebani untuk setor uang kepada Yayasan Harapan Kita sebagai hasil usaha. Bahkan sebaliknya YHK terkadang memberikan subsidi untuk renovasi sarana dan prasarana fisik. Semua uang masuk yang diperoleh Badan Pengelola TMII kala itu hanya dipergunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan budaya dan sebagian untuk merenovasi bangunan, meski hasilnya jauh dari cukup.
Taman Mini Kini
Diusianya yang ke 48 tahun TMII kini memiliki wajah baru, menejemen baru, semangat baru dengan modal Rp. 1,1 trilyun dari Pemerintah Pusat. Optimisme saya sandarkan kepada menejeman baru untuk mengemban amanah ke depan. Prestasi dan capaian yang telah dihasilkan para pendahulu dalam perjuangan panjang yang penuh keringat dan airmata hendaknya digunakan sebagai pijakan untuk melakukan inovasi kedepan.
TMII tidak sekedar fisik bangunan yang indah, namun di dalamnya penuh makna spritual. Dimulai dari pintu gerbang utama berhiaskan Kalamakara, yang bermakna bahwa masuk area TMII adalah memasuki lorong waktu.
Hal ini mengingatkan kepada kita semua bahwa hidup ini hanya sementara dan bila kita tidak hati-hati apalagi sembrono dalam bertindak, maka akan dimakan oleh Bathara Kala yang menguasai waktu.
TMII berisi sejarah kejayaan masa lalu, prestasi masa kini dan impian masa depan maka dalam pengelolaan perlu bekerjasama dengan seluruh lapisan masyarakat. TMII tidak sekedar tempat wisata yang targetnya “cuan” maka jangan jadi rebutan.
TMII adalah sarana menjaga peradaban bangsa. Ia adalah labolatorium budaya terbesar yang tiada bandingya di dunia. Mengelola TMII perlu kearifan dan bekal pengetahuan budaya yang luas, selain menejemen pengelolaan.
TMII kini riwayatmu tergantung pada pengelola dengan wajah baru, yang akan membuat cerita baru dengan semangat baru. Semoga amanah.
“Taman Miniku, Taman Minimu, Taman Mini Kita Semua.”
Suryandoro, adalah Mantan Humas dan Manajer Informasi TMII.
Comments 2