Minggu, Juni 4, 2023, 10:47
  • Advertising
  • Shop
  • Press Rilis Media
  • Contact
  • Login
Humaniora.id
Advertisement
  • Home
  • Seni Budaya
  • Edukasi
  • Entertainment
    • Film
    • Musik
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Pariwisata
  • Berita & Peristiwa
    • Ekonomi Bisnis
    • Hukum
    • Humaniora
    • Berita Dunia
No Result
View All Result
Humaniora.id
  • Home
  • Seni Budaya
  • Edukasi
  • Entertainment
    • Film
    • Musik
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Pariwisata
  • Berita & Peristiwa
    • Ekonomi Bisnis
    • Hukum
    • Humaniora
    • Berita Dunia
No Result
View All Result
Humaniora.id
No Result
View All Result
Home Entertainment Film

Film “Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari” Upaya Daerah Menghidupkan Dunia Film Dari Pinggiran

Eddie Karsito by Eddie Karsito
Desember 27, 2022
in Film
2
Film “Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari”
21
SHARES
419
VIEWS
Share on FacebookShare on WhatsAppShare on Twitter
Dengarkan berita ini

humaniora.id – Peradaban dan interpretasi agama selalu berkembang dari waktu ke waktu. Secara normatif; historis agama dan budaya (an-sich) telah mengawal dan membimbing manusia. Meski transfigurasi global di berbagai negara membuat keberadaan dan nilainya bergeser dan mendapat tantangan baru.

Namun selalu terjadi dialog antara tatanan nilai agama yang menjadi cita-cita religius dengan tata nilai budaya lokal.

Lakon dari sisi sejarah, sosiologis, dan antrapologis dalam perspektif agama inilah yang kemudian diketengahkan dalam format film semi dokumenter berjudul ‘Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.

Film tersebut resmi telah di rilis melalui acara nonton bareng di Gedung Bioskop Pusat Perfilman Haji Umar Ismail (PPHUI), Kuningan Jakarta Selatan, Senin (26/12/2022).

Film produksi Expressa Pariwara Media Production ini disutradarai Ensadi Joko Santoso dan Zulkifli Anwar. Cerita dan skenarionya disusun Irfan Wijaya.

Melibatkan para aktor senior antara lain; Billy Boedjanger, Asrul Dahlan, Afrizal Anoda, dan aktor lainnya. Diperkuat para pemain lokal yang merupakan putra daerah asli Kalimantan Selatan.

Film ini tidak saja menempatkan keterkaitan historis kesejarahan Islam di Nusantara (bertarikh 1700 Masehi), namun juga menggambarkan sisi penting transformasi intelektual Islam yang bertolak dari nilai-nilai universalisme Islam.

Film dengan tagline “Matahari Dari Bumi Banjar” ini merepresentasikan pertautan dialektis kreatif antara nilai universal agama (Islam) dengan budaya lokal (Banjar Kalimantan Selatan).

Melalui sosok Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, cerita film ini mengetengahkan corak ajaran Islam dalam kesatuan spiritual dan keterkaitan historis.

Al Banjari memang seorang ulama multi disiplin dari tanah Banjar dengan kefaqihannya mencakup berbagai tatanan dan tuntunan Fiqh maupun pengajaran ilmu Tasawuf.

Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, mampu mencerahkan masyarakat Banjar dari kurangnya literasi keagamaan berbahasa Melayu saat itu. Keahlian Ilmu Astronomi (Ilmu Falak) menjadi hal penting jejak rekam sejarah ilmu pengetahuan yang dimiliki Syekh Arsyad diluar ilmu keagamaan.

Karyanya kitab “Sabilal Muhtadin” menjadi referensi bagi banyak Negara tetangga. Kitab ini dikenal luas di kalangan kaum muslimin di kepulauan Nusantara. Hingga saat ini kitab tersebut masih banyak digunakan, khususnya di Kalimantan dan Sumatera.

Kitab ‘Sabilal Muhtadin’ juga tersebar hingga Brunei Darussalam, Kamboja, Thailand dan Malaysia. Bahkan tersimpan pula di berbagai perpustakaan besar di dunia Islam, seperti di Mekkah, Mesir, Turki dan Beirut.

Melalui kitab ini, Karel Adriaan Steenbrink (seorang teolog kebangsaan Belanda) menyatakan, bahwa Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari merupakan satu-satunya tokoh yang mengarang begitu luas dan sistematis di bidang Ilmu Fiqh (Hukum Islam) dalam Bahasa Melayu.

Setidaknya urgensi inilah yang menjadi dasar bagi Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan memfilmkan jejak kehidupan beliau.

Film “Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari”

Libatkan Potensi Lokal

Diproduksinya Film “Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari” menjadi hal menarik. Sebab ada upaya daerah menghidupkan dunia film dari pinggiran. Artinya produksi film tidak selalu didominasi para cukong (pedagang) dari Jakarta.

Industri film memang seharusnya tumbuh di daerah. Memberdayakan potensi lokal. Sehingga karya film tidak dimonopoli kepentingan para cukong yang kadang hanya berorientasi dagang semata. Kearifan lokal tidak tumbuh atau kurang, karena cerita film hanya dibangun berdasarkan persepsi dan asumsi dagang oleh para cukong.

Kita bangga karena film ini juga diperkuat oleh para pemain lokal – putra daerah Kalimantan Selatan. Seperti Yadi Muryadi, M. Syahriel dan Paman Birin (Dr. H. Sahbirin Noor, S.sos, M. H., Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan), beserta ASN jajaran instansi Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Selatan.

Film ini juga melibatkan para siswa Sekolah Kejuruan Perfilman SMKN 2 dan SMKN 3 Banjarmasin sebagai crew produksi film. Melibatkan pula beberapa zuriyat (keturunan) Syekh Arsyad, baik sebagai pemeran maupun sebagai narasumber.

Film “Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari”
Acara nonton bareng Film “Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari” di Gedung Bioskop Pusat Perfilman Haji Umar Ismail (PPHUI), Kuningan Jakarta Selatan, Senin (26/12/2022).

Film Indonesia Miskin Gagasan

Upaya pengkayaan konten cerita film ini sudah tepat. Setidaknya ada proses riset, pengumpulan data; literasi, maupun keterangan lisan. Selanjutnya ada pembahasan materi cerita melalui Focus Group Discussion (FGD) antara Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, para akademisi dari berbagai disiplin ilmu, serta zuriyat (keturunan) dari Syekh Arsyad.

Film sebagai produk budaya dan industri tentu dapat menerapkan kontrol kulturalnya melalui beragam cara. Sangatlah dipahami jika sampai saat ini inferioritas masih mendominasi sebagian masyarakat Indonesia.

Sehingga apapun yang datang dari daerah; lokal; bersifat tradisional seolah-olah tak bermutu. Sebaliknya apapun nilai-nilai budaya berasal dari Barat kerap dianggap lebih indah, lebih menarik, dan lebih modern dibanding budaya Timur.

Rekognisi tersebut berdampak pada karya film, khususnya terkait dengan ide cerita. Cerita film Indonesia dinilai miskin gagasan, terutama menyangkut cerita-cerita berbasis budaya Indonesia.

Cerita dikonstruksi lewat pikiran imajiner terhadap sebuah realitas. Tanpa menghadirkan realitas itu sendiri secara esensial. Manipulasi kenyataan melalui simulasi yang mereduksi keseimbangan antara citra dan realitas.

Akibat adanya imperialisme budaya tersebut semakin banyak budaya asing masuk ke Indonesia mempengaruhi budaya Indonesia sendiri. Mereka masuk melalui industri budaya pop, dengan berbagai jenis dan cara. Antara lain lewat fashion (pakaian), dance (tarian), lagu-lagu, musik, dan artisnya.

Semua terdominasi lewat cerita film yang dikemas dalam bentuk industri budaya pop. Akibatnya cerita film Indonesia miskin gagasan kulturalnya. Apalagi cerita film berbasis sejarah keagamaan, seperti film ‘Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari’ ini.

Penulis Eddie Karsito bersama Ensadi Joko Santoso sutradara film “Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari”

Lemah Pada Teknik Unggul di Gagasan

Kurangnya dari film ‘Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari’ ini lemah dari sisi dan unsur teknis sinematografisnya. Film dengan pendekatan naratif (bertutur) kerap membosankan, yang harusnya penonton mendapat remunerasi berupa gambar-gambar hidup (sinematik) dan estetik.

Film juga kurang menampilkan budaya asli dan keindahan alam Kalimantan Selatan seperti yang dijanjikan. Jika ada masih terkesan artifisial, tempelan dan dipaksakan. Terutama setting lokasi, aksesoris (property), dan kostum yang tidak rinci, kurang detail dan sebagian tidak memiliki landasan historis.

Penonton misalnya tak merasakan estetika filmis yang benar-benar mampu memotret keindahan Geopark Meratus, Kawasan Matang Kaladan, Riam Kanan dan Loksado, serta Bumi Sholawat Kiram.

Padahal kawasan ini penting dalam rangka ikut mempromosikan potensi daerah dan mendongkrak pendapatan asli daerah melalui industri pariwisata. Dimana komponen pengembangan kawasan taman bumi ini terkait potensi pengembangan masyarakat, pembangunan ekonomi dan konservasi.

Namun film ‘Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari’ tetap keren. Menjadi spirit fenomena Geopark Meratus, yang menyimpan sejarah ekshumasi; terangkatnya kembali suatu massa yang pernah tenggelam.

Teruslah membuat film. Agar industri ini tumbuh. Agar ribuan orang yang menggantungkan nasibnya di industri ini dapat survive. Ikut mengembangkan karya-karya sinema alternatif, yang menginspirasi, memotivasi dan mengedukasi./*

Ads
ADVERTISEMENT

Berita Lainya:

Festival Film Ibarat Vitamin Bagi Sineas

Festival Film Ibarat Vitamin Bagi Sineas

2 hari ago
Juri FFWI 2023

Juri FFWI 2023 Tidak Menilai Film Dengan Kepala Kosong

1 minggu ago

MFS Production dan Sanggar Humaniora Jalin Kerjasama Sinergikan Seniman Malaysia dan Indonesia

2 minggu ago

Buat Kamu Pengguna XL, Kini Sudah Bisa Nikmati Film Film Berbagai Genre Dengan Cerita Menarik di Dalamnya

2 minggu ago
Tags: Film Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari
Share8SendTweet5
Eddie Karsito

Eddie Karsito

adalah pembuat film, penggiat seni budaya, serta Pendiri Yayayan Humaniora Rumah Kemanusiaan.

Related Posts

Festival Film Ibarat Vitamin Bagi Sineas
Film

Festival Film Ibarat Vitamin Bagi Sineas

by Lee Sandie Tjin Kwang
Juni 2, 2023
Juri FFWI 2023
Film

Juri FFWI 2023 Tidak Menilai Film Dengan Kepala Kosong

by Lee Sandie Tjin Kwang
Mei 25, 2023
mfs production
Ekonomi Bisnis

MFS Production dan Sanggar Humaniora Jalin Kerjasama Sinergikan Seniman Malaysia dan Indonesia

by Lee Sandie Tjin Kwang
Mei 23, 2023
Buat Kamu Pengguna XL
Film

Buat Kamu Pengguna XL, Kini Sudah Bisa Nikmati Film Film Berbagai Genre Dengan Cerita Menarik di Dalamnya

by Redaktur
Mei 20, 2023
Film Tayang Bulan Mei
Film

Film Indonesia yang Tayang di Bulan Mei 2023

by Ayupradha
Mei 8, 2023
Next Post
Iwan Burnani Toni: “Saya ikut Rendra, dari Mastodon, Perjuangan Suku Naga sampai Cucu Sulaiman.” Bag 1

Iwan Burnani Toni: “Saya ikut Rendra, dari Mastodon… Bag 14

Comments 2

  1. Ping-balik: Hendardji Soepandji Kunjungi Studio Film Warner Bros Hollywood
  2. Ping-balik: Keluh Kesah Insan Film 2 Tahun Belum Tayang, Toto Soegriwo

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Please Subscribe, Like & Share

https://www.youtube.com/watch?v=ffFy9blGpVM

Premium Content

Juri FFWI 2023

Juri FFWI 2023 Tidak Menilai Film Dengan Kepala Kosong

Mei 25, 2023
Dampak Buruk Gadget

Dampak Buruk Gadget Pada Kesehatan Mata

April 24, 2023
Tim Bedah MER-C Bertolak ke Turkiye

Tim Bedah MER-C Bertolak ke Turkiye

Februari 13, 2023

Telusuri Berdasarkan Kategori

Telusuri Berdasarkan Tagar

Agriyaponik Akhmad Sekhu Aris Setiyanto Aspetri Bambang Soesatyo Barongsai berita humaniora Bunga Semerah Darah Coach Rheo edukasi Ekonomi Entertainment Festival Seni Budaya Nusantara Film Indonesia Geopolitik Hari Musik Nasional Hendardji Soepandji Humaniora rumah kemanusiaan Imam Shamsi Ali ISI Yogyakarta iwan burnani Jabodetabek Jose Rizal Manua KH Buya Syakur Yasin MA Komite Seni Budaya Nusantara KSBN Lilik  Muflihun LokalFilm LokalFilm.id Layanan Streaming Film Majapahit Musik Paul Soetopo Tjokronegoro PJMI Platform Film Pendek Indonesia Premium Puisi Puisi Ngadi Nugroho Pulo Lasman Simanjuntak Rumah Budaya KSBN Sekber Wartawan Indonesia Seni Budaya Sutrisno Buyil Tatan Daniel World Dance Day WS Rendra

Tentang Kami – Redaksi –  Kode Etik – Pedoman Media Ciber – Disclaimer – Pasang Iklan – Daftar Jadi Penulis

Info kerjasama hubungi kami di
0821 3030 2233

Kunjungi Halaman ==> Iklan

Atribut Width dan Height di Tag Marquee Rumah Berita - humaniora.id | Membangun Spirit Inklusif - Terima kasih telah menjadi pembaca setia humaniora.id

Categories

  • Advertorial
  • Berita & Peristiwa
  • Berita Dunia
  • Catatan
  • Edukasi
  • Ekonomi Bisnis
  • Entertainment
  • Fesyen
  • Film
  • Gaya Hidup
  • Hukum
  • Humaniora
  • Info
  • Islam
  • Jabodetabek
  • Kesehatan
  • Keuangan
  • Kuliner
  • Musik
  • Nasional
  • Olahraga
  • Pariwisata
  • Puisi
  • Sastra
  • Seni Budaya
  • Sosok
  • Tokoh
One More Night Gentlemen One More Night Gentlemen One More Night Gentlemen

Siti Badriah Artis Dangdut Papan Atas, Ucapkan Selamat Berdirinya MFS Production – Penang, Malaysia

https://www.youtube.com/watch?v=na_fjIQIm4A

PojokInfo

Untuk Anda Yang Ingin Punya Karir Dengan Gaji Tinggi!
Edukasi

Untuk Anda Yang Ingin Punya Karir Dengan Gaji Tinggi!

by Haris Abdullah
Mei 31, 2023
0

humaniora.id  - Jika Anda pernah berfikir ingin berganti profesi karir,...

Load More

©22 web by igmastudio

No Result
View All Result
  • Home
  • Seni Budaya
  • Edukasi
  • Entertainment
    • Film
    • Musik
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Pariwisata
  • Berita & Peristiwa
    • Ekonomi Bisnis
    • Hukum
    • Humaniora
    • Berita Dunia

©22 web by igmastudio

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?