humaniora.id – Penang, Malaysia – Sejarah panjang hubungan Indonesia dan Malaysia memperlihatkan kedua bangsa ini memiliki akar tradisi, sosial-budaya yang sama, yaitu: Melayu.
Gerakan budaya (Melayu) tersebut begitu penting bagi masyarakat di kawasan ini. Ikatan emosional Indonesia dan Malaysia secara kultural tidak terganggu oleh kuasa apapun. Bahkan romantisme ini telah terajut jauh sebelum dua bangsa ini meraih kemerdekaannya.
Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Malaysia merdeka tepat 12 tahun setelah Indonesia merdeka, yaitu pada tanggal 31 Agustus 1957.
Kedua bangsa ini berdampingan menciptakan harmoni dan berdaulat, baik secara politik, sosial, ekonomi, maupun budaya.
Hari ini Sabtu, 19 Agustus 2023, di Dewan Belia Lebuh Acheh, 10450 George Town Penang Malaysia, kita membicarakan seni film. Sekaligus merayakan kemerdekaan dua bangsa : Indonesia dan Malaysia, yang secara territorial-geografis hidup secara berdampingan sejak dulu.
Suka cita kemerdekaan; sebuah perhelatan yang dapat menjadi ikon bebas dari segala belenggu; kekangan. Menempatkan kesadaran kebangsaan dan kemerdekaan dalam dimensi kebudayaan — dengan cara berpikir yang integratif dan menyeluruh.
Pentingnya menjaga jatidiri; merdeka secara martabat bagi dua bangsa dalam bentuk karya kreatif. Diantaranya dapat dikomunikasikan lewat berbagai proses kreatif, seperti pada penyelenggaraan dialog interaktif “Film Kita Dalam Tamadun Dua Bangsa : Indonesia dan Malaysia” hari ini.
Gairah Karya Film Berbasis Budaya
Perkembangan dunia film yang ditopang kemajuan teknologi seperti saat ini membutuhkan integrasi budaya. Oleh karena itu kreasi seni film kita harus berdaya saing dan berkarakter.
Saat ini terjadi intrusi pada budaya bangsa kita. Jangan terlambat menyadari. Sebab akar budaya bangsa menjadi taruhan.
Film-film yang memiliki sikap dan berkarakter sudah seharusnya lebih mendapat ruang dan ditonton masyarakat. Film sebagai produk budaya dapat menerapkan kontrol kulturalnya melalui beragam cara.
Hingga saat ini inferioritas masih mendominasi sebagian masyarakat. Sehingga apapun nilai-nilai budaya berasal dari luar kerap dianggap lebih indah, lebih menarik, dan lebih modern.
Rekognisi tersebut berdampak pada karya film, khususnya terkait dengan ide cerita. Akibatnya cerita film kita dinilai miskin gagasan, terutama menyangkut cerita-cerita berbasis budaya bangsa sendiri.
Cerita dikonstruksi lewat pikiran imajiner terhadap sebuah realitas tanpa menghadirkan realitas itu sendiri secara esensial. Manipulasi kenyataan melalui simulasi yang mereduksi keseimbangan antara citra dan realitas.
Akibat adanya imperialisme budaya tersebut semakin banyak budaya asing masuk mempengaruhi budaya asli. Mereka masuk melalui industri budaya pop dengan berbagai jenis dan cara. Lewat fashion, dance, lagu-lagu, musik, dan artisnya.
Semua terdominasi lewat cerita film yang dikemas dalam bentuk industri budaya pop. Akibatnya cerita film kita miskin gagasan kulturalnya.
Dialog interaktif “Film Kita Dalam Tamadun Dua Bangsa : Indonesia dan Malaysia” dapat menjadi momentum peningatan kerjasama di bidang perfilman. Sehingga hubungan Indonesia dan Malaysia, khususnya di bidang film; kebudayaan dapat berjalan dan terjalin semakin baik.
Tonggak Sejarah Artis Film Malaysia
Jika kita menengok ke belakang, sejarah produksi film Indonesia dan Malaysia dari masa ke masa mengalami pertumbuhan, serta memiliki ikatan historis.
Industri perfilman Malaysia dimulai dekade tahun 1930-an. Film pertama Malaysia yang tercatat adalah Laila Majnun (1933).
Keberadaan aktris Kasmah Abdullah atau lebih dikenal sebagai Kasma Booty (tahun 1932 – 2007) dan aktor P. Ramlee (tahun 40-an – tahun 50-an) barangkali dapat menjadi salah satu tonggak sejarah tentang hubungan insan perfilman Indonesia – Malaysia.
Kasma Booty adalah seorang aktris film Melayu dan primadona di tahun 40-an, 50-an dan sampai akhir tahun 60-an. Lahir di Kisaran Sumatera Utara, Indonesia, berdarah campuran Belanda-Jawa dan berasal dari keluarga seniman.
Film pertama yang dibintanginya adalah Chempaka (1948). Disusul Pisau Berachun, Noor Asmara, Rachun Dunia, Bakti, Dewi Murni, Sejoli, Juwita, Manusia, Mahsuri, Keris Sempena Riau, Merah Selendang, Siti Payung, Matapan Ibu, Tangkap Basah, Anak Manja dan Ragam P. Ramlee.
P. Ramlee atau nama sebenarnya Teuku Zakaria bin Teuku Nyak Puteh adalah seorang aktor kelahiran Pulau Pinang Malaysia, berdarah Aceh Indonesia. Dengan bakatnya yang luar biasa (multi talent) P. Ramlee menjadi aktor dan sutradara legendaris Malaysia.
P. Ramlee tidak hanya membumi di Malaysia, melainkan juga di Indonesia dan Negara lainnya. Film pertama P. Ramlee berjudul Cinta disutradarai BS. Rajhan.
P. Ramlee tidak hanya populer di ranah film, melainkan juga di industri musik dan lagu. Hal ini diantaranya yang menyebabkan mengapa banyak film karya P. Ramlee bergenre musikal. Lagu-lagu P. Ramlee bahkan di Indonesia tetap diminati hingga saat ini.
P. Ramlee telah membintangi tidak kurang dari 66 judul film selama rentang waktu tahun 1948 – 1970-an, serta memproduksi dan menyanyikan lebih dari 350 judul lagu.
Sinergitas Kasma Booty dan P. Ramlee berawal dari sama-sama mengikuti audisi B. S. Rajhans dan menjadi aktris di Malay Film Productions Ltd.
Pertumbuhan Film Indonesia
Produksi film di Indonesia pada masa-masa awal juga tidak jauh dari perkembangan perfilman Malaysia dimulai.
Di Indonesia film pertama kali diperkenalkan pada 5 Desember 1900 di Batavia (Jakarta). Pada masa itu film Indonesia disebut “Gambar Idoep.”
Pertunjukkan film pertama digelar di Tanah Abang Batavia (Jakarta) dengan tema film dokumenter yang menggambarkan perjalanan Ratu dan Raja Belanda di Den Haag.
Sineas kenamaan Garin Nugroho dan Dyna Herlina mencatat perkembangan film di Indonesia ke dalam enam periode.
(1) tahun 1900-1930 disebut sebagai tahapan seni kaum urban. (2) Tahun 1930- 1950 tahapan perkembangan film sebagai hiburan di tengah depresi ekonomi dunia. (3) tahun 1950-1970 disebut sebagai ketegangan ideologi.
(4) tahun 1970-1985 disebut sebagai globalisme semu. (5) Tahun 1985-1998 periode krisis di tengah globalisasi, dan (6) tahun 1998-2013 yang ditandai dengan euforia demokrasi.
Hingga tahun ini banyak karya film merupakan karya bersama Indonesia Malaysia. Tahun 2021 Mahakarya Pictures menggandeng rumah produksi asal Malaysia, D Ayu Pictures memproduksi film “Perjalanan Pertama.”
Tahun 2023 kolaborasi antara rumah produksi Indonesia – Malaysia, AdGlow Pictures, Suraya Film dan Film Q Indonesia, memproduksi film “Waru.”
Masih di tahun 2023 Rumah produksi Loop Entertainment (Indonesia) dan Armani Entertaiment (Malaysia) memproduksi film horor “Paku Tanah Jawa.”
Sama halnya di Indonesia, Malaysia juga memiliki beragam sudut pandang dalam penggarapan film. Hal itu dipengaruhi oleh berbagai kebudayaan yang ada.
Genre yang dimiliki pun beragam, seperti horor, drama, komedi, hingga biopik. Kemiripan budaya Indonesia dan Malaysia membuat tema-tema yang diangkat jadi terasa dekat dengan pengalaman keseharian.
Indonesia dan Malaysia memang memiliki banyak budaya yang khas dan tidak dipunyai bangsa lain. Baik dari segi seni, bahasa (sastra), sandang (pakaian), pangan (kuliner), dan papan (arsitektur), dan potensi lainnya.
Kapasitas budaya tersebut tidak lepas dari budaya Nusantara yang merupakan cikal bakal budaya akulturatif. Berbagai potensi budaya tersebut perlu dijaga originalitasnya dan diperkenalkan kepada dunia. Salah satunya bisa melalui karya film.
Saat ini masyarakat internasional berada dalam era revolusi industri yang menghadirkan peradaban dan tatanan baru di semua bidang. Sebuah tatanan baru yang menciptakan satu kesatuan utuh dan menyeluruh. Saling mempengaruhi sebagai hubungan timbal balik.
Dengan adanya dialog ini diharapkan semakin banyak generasi muda di Malaysia dan Indonesia yang termotivasi untuk membuat karya film yang dapat memperkenalkan budaya dua bangsa ini kepada dunia./*
***
___________________________________________________________
)* Disampaikan pada acara Dialog Interaktif “Film Kita Dalam Tamadun Dua Bangsa – Indonesia dan Malaysia” yang diselenggarakan MFS Production Sdn. Bhd dan Sanggar Humaniora, di George Town Penang Malaysia, 19 Agustus 2023
Eddie Karsito, adalah Penggiat Budaya, Wartawan, Penulis Cerita Film, Aktor dan Sutradara Indonesia.
Comments 6