Banyuwangi, humaniora.id – Film “Garising Pesthi” ditetapkan sebagai Film Pendek Terbaik (Juara 1) di ajang apresiasi sinema Banyuwangi Film Festival (BFF) 2023.
Film yang disutradarai dan ceritanya ditulis Nadira Andalibtha ini menyisihkan Film Pendek Terbaik lainnya, “Sepiring Ubi Buat Bulek Sarmi” sutradara Zidni Ilman (Juara 2), serta film “Doa dan Harapan” sutradara RM. Lindu Eko Purwanto (Juara 3).
Film “Demi Gandrung” dan film “Sinar Senja Dari Anak Mahameru untuk Negeriku” menempati posisi Juara Harapan 1 dan 2.
Para pemenang Banyuwangi Film Festival (BFF) 2023 ini diumumkan pada “Malam Penganugerahan BFF 2023” yang digelar di Gedung Juang 45 Kota Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu malam (07/10/2023).
Hasil Keputusan Dewan Juri dibacakan oleh Eddie Karsito (Ketua Dewan Juri) yang disampaikan secara daring dari Jakarta.
Hadir di acara ini Bupati Banyuwangi Hj. Ipuk Fiestiandani, S.Pd., Komandan Kodim (Dandim) 0825/Banyuwangi Letkol Kav Eko Julianto Ramadan, dan Kapolresta Banyuwangi Kombes Pol. Deddy Foury Millewa, S.H., S.I.K., M.I.K,.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Kabupaten Banyuwangi Mohamad Yanuarto Bramuda,S.Sos.,MBA.,MM., Camat Banyuwangi, Lurah Kepatihan Banyuwangi, anggota Dewan Kesenian Banyuwangi (DKB), dan segenap pimpinan Kepala Dinas Kabupaten Banyuwangi.
Hadir juga Ketua Panitia BFF, Sukanti Swastikawati, S.H., MM, Wakil Ketua BFF Bambang Harjito, SE, M.Si, dan beberapa unsur kepanitiaan terkait.
Turut hadir para Dewan Juri Nur Ahmadi (Sekretaris Dewan Juri), Satria Nusantara P. (Anggota), dan RM. Lindu Eko Purwanto (Anggota), dan Benny Kadarharianto (Anggota) yang mengikuti acara“Malam Penganugerahan BFF 2023” ini secara daring dari Jakarta.
Pada kesempatan tersebut Bupati Banyuwangi Hj. Ipuk Fiestiandani, S.Pd, menyampaikan, tak ada karya seni sekuat film yang efeknya langsung masuk ke ruang-ruang batin pemirsanya.
“Penonton bisa menangis atau tertawa ikut merasakan kegembiraan dan kesedihan yang ditunjukkan dalam adegan film,” ujar Ipuk Fiestiandani.
Di tahun mendatang Ipuk berharap, Banyuwangi Film Festival dapat menjadi wadah bagi para sineas lokal untuk melahirkan film-film bernilai budaya berkualitas.
Seni film, lanjut Ipuk, memberi kontribusi pada industri kreatif. Sektor potensial bagi perkembangan perekonomian Negara dan dapat menciptakan lapangan kerja.
“Tidak hanya dihitung dari segi jumlah penonton, film juga mampu memicu tumbuhnya sektor lain. Seperti fashion, kuliner, peningkatan terhadap sektor pariwisata budaya untuk meningkatkan pendapatan daerah,” ujarnya.
Film “Garising Pesthi” diperani Kalnina Maharani, R.NGT. Arum Chandrawimba, dan Heru Prasetyo. Diproduksi oleh Rumah Produksi Meja Perjamuan, dan Dayana Fictures. Didukung oleh Fakultas Seni Media Rekam Program Studi Film dan Televisi Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Film “Garising Pesthi” menceritakan seorang jurnalis bernama Acitya (26 tahun) yang menyukai adat dan budaya Jawa. Ia mengetahui cerita kematian orangtuanya melalui pekerjaannya.
Sejak ia kecil, Buraidah neneknya tidak pernah memberi tahu Acitya tentang kematian kedua orangtuanya. Buraidah hanya berdoa pada batu peringatan kematian anaknya yang tidak ditemukan jasadnya.
Acitya mencari tahu cerita tentang orangtuanya. Tak lama ia menemukan kejanggalan dari hasil investigasi ketika ia menjalankan tugasnya sebagai wartawan. Acitya akhirnya menemukan jawaban atas kematian kedua orangtuanya yang selama ini dirahasiakan.
Banyuwangi Film Festival (BFF) 2023 diselenggarakan oleh Kofiwangi (Komunitas Film Banyuwangi). Didukung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, Dewan Kesenian Blambangan (DKB), dan sejumlah lembaga terkait.
Panitia Penyelenggara Banyuwangi Film Festival (BFF) 2023 telah menyeleksi 30 judul film merupakan karya para sineas dari berbagai daerah di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Film tersebut yang kemudian dinilai oleh para Dewan Juri. Dewan Juri merupakan keterwakilan dari berbagai unsur, diantaranya; Budayawan/Seniman, Pengamat/ Kritikus/ Wartawan Film, Pekerja Film, Akademisi/Pengajar Film/Seni/Budaya.
Penilaian meliputi; gagasan, originalitas dan keunikan/ide cerita, serta nilai pesan yang disampaikan. Termasuk unsur estetika dan teknik, meliputi keaktoran, artistik, fotografi, musik tema, editing, dan unsur pendukung lainnya
Film-film peserta BFF 2023 sangat bervariatif, dan lintas genre. Meliputi film cerita drama, horor, kisah nyata, maupun cerita berlatar belakang sejarah. Termasuk juga film dokumenter drama, dan atau film dokumenter.
Peserta tidak hanya dari Kabupaten Banyuwangi, ada juga dari kabupaten kota lainnya. Antara lain dari Jember, Lumajang, Probolinggo, Malang, Yogyakarta, dan Surakarta, Jawa Tengah.
Rangkaian puncak acara Banyuwangi Film Festival (BFF) 2023 digelar sejak, Jum’at, 06/10/2023) hingga Sabtu malam (07/10/2023). Ditandai dengan acara diskusi film, dan nonton bareng sejumlah karya film peserta. Termasuk 10 film yang masuk nominasi.
Melibatkan seniman, budayawan, masyarakat pecinta film, serta mengundang para pelajar dan mahasiswa. Mereka datang tidak hanya dari Banyuwangi, melainkan juga dari berbagai wilayah Kabupaten Kota yang berdekatan dengan Kabupaten Banyuwangi.
Banyuwangi Film Festival (BFF) 2023 disponsori oleh Mustika Batik, La Tulipe Indonesia, Cleo Pure Water, Ikatan Kebaya Indonesia Cabang Banyuwangi, PT. Bumi Suksesindo (BSI), PT. Elano Kusuma Shipping, ITS Mandala Jember Kampus IV Banyuwangi, dan HKTI (Himpunan Kelompok Tani Indonesia)./*
***