humaniora.id – Mendapat peran utama di film layar lebar adalah impian gadis-gadis jelita milenial, hal itu juga berlaku buat Fannita Jacklin, gadis jelita berdarah Manado ini. Untuk itu ketika oleh Hartono Ko selaku produser film Uti Deng Keke dengan bendera PT Gema Production, Fafa begitu panggilan sayangnya langsung menyambarnya. Dan kalau Ia serius menekuni karir sebagai aktris film ia menjadi magma baru industri film Indonesia.
“Senang ya, bisa dipercaya menjadi pemeran utama film Uti Deng Keke sampai nggak bisa berkata-kata,” cetus Fannita Jacklin ketika di hp dihubungi via ponsel Rabu (3/1/2023)
Apalagi filmnya banyak memotret keindahan alam Manado dan Gorontalo dan ceritanya menginpirasi buat masyarakat yang menontonnya.
“Bangga pastinya ada film produksi putra daerah yang memotret keindahan alam Manado dan Gorontalo dengan tema cerita yang jarang diminati produser kapitalis yakni tentang pentingnya hidup bertoleransi,” kata Mahasiswi Universitas Sam Ratulangi Manado ini.
Permainan memikat ditunjukkan nona Manado di Film besutan Linur, wajar saja kalau dalam waktu singkat dia sudah membintangi 4 judul film Layar lebar diantaranya Tom & jerry, Genk Kolot.
“Saya harus bermain sebaik mungkin, karena kepercayaan itu mahal harganya dan tidak ada kesempatan datang dua kali. Alhamdulillah kalau banyak yang suka dengan akting saya,” ujar Fafa polos.
Gadis kelahiran Minahasa 25 Januari 1998 ini mengaku paling berkesan ketik main di film Uti Deng Keke produksi PT Gema Production, karena ceritanya mengangkat isu sensitif yakni tentang pentingnya hidup bertoleransi.
“Untuk menjaga keutuhan NKRI, kita harus hidup rukun menjunjung toleransi satu sama lain. Sehingga Indonesia damai,” ujar Fafa serius.
Karena film Uti Deng Keke mengemban misi sosial yang tinggi, maka menurut Fafa film Uti Deng Keke film yang paling berat bebannya..
“Kalau ceritanya sekedar hiburan, gak membawa misi fain aja, tapi ini kita membawa misi tentang pentingnya hidup bertoleransi. Jadi bebannya menurut saya berat banget,” ujar putri kesayangan pasangan Wenny Oral Posumah dan Nova Vivi Tolangow.
Untuk itu mahasiswi Universitas Sam Ratulangi Manado ini berharap film Uti Deng Keke bisa segera diputar di bioskop di kota besar di seluruh Indonesia.
“Agar misi yang terkandung di film Uti Deng Keke sampai ke masyarakat luas, saya berharap film ini bisa segera di putar di bioskop di kota besar di seluruh Indonesia. Karena ketika diputar di Manado dan Gorontalo sambutannya luar biasa, untuk itu saya yakin, kalau diputar di bioskop di lain, sambutannya akan sama. Bahkan bisa lebih besar,” pungkas Fannita Jacklin. (SB)