humaniora.id – Saat ini manlkusia sudah semakin termudahkan karena adanya perkembangan dunia digital, salah satu yang paling di mudahkan adalah kegiatan dalam perekonomian.
Transformasi transaksi ekonomi kreatif konvensional menjadi transaksi ekonomi kreatif digital menjadi suatu gebrakan besar kemudahan yang ditawarkan oleh kemajuan teknologi digital. Bahkan pertumbuhan ekonomi kreatif Indonesia semakin pesat semenjak dan setelah pandemi covid-19.
Ekonomi digital adalah kegiatan ekonomi yang memanfaatkan internet dan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Hanya melalui smartphone sekarang kegiatan perekonomian industri kreatif sudah menjadi otomatis, efektif, dan efisien.
Krisantus Kurniawan, S.IP., M.SI selaku Anggota Komisi I DPR RI mengatakan bahwa ekonomi kreatif adalah sebuah konsep pada era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi yang utama.
“Konsep ini biasanya akan di dukung dengan keberadaan industri kreatif yang menjadi pengejawatahannya,” kata Krisantus.
Ia menuturkan, berdasarkan data Creative Economy Final pada April-Juli 2020, tercatat ada 2,7 juta pekerjaan dan sekitar US$150 miliar pemasukan hilang akibat penurunan sektor industri kreatif nasional di AS. Kondisi yang sama peliknya juga terjadi pada sektor ekonomi kreatif di Indonesia.
“Dikutip dari Outlook Pariwisata & Ekonomi Kreatif Indonesia 2020/2021, data menunjukkan bahwa estimasi pertumbuhan pekerja sektor ekraf di Indonesia -2,49%,” sebut Anggota Komisi I DPR RI Dapil Kalbar II.
Saat ini sektor ekonomi kreatif di Indonesia telah menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari kontribusinya yang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, yakni sebesar 1.105 triliun kontribusinya terhadap PDB dan 316,4 triliun terhadap ekspor.
“Digitalisasi mendobrak batas-batas antara produsen dan konsumen. Dengan begitu para pelaku ekraf sangat mungkin melakukan perluasan jaringan bisnis,” ujar Krisantus.
Sementara itu, Praktisi Bidang Kehumasan dan Komunikasi Publik, Freddy Tulung mengatakan bahwa ekonomi kreatif adalah perwujudan nilai tambah dari suatu intelektual yang lahir dari kreativitas manusia, berbasis ilmu pengetahuan, warisan budaya dan teknologi. Dan kreativitas merupakan elemen dasar sekaligus kunci dalam mendefinisikan lingkup ekonomi kreatif.
Mengutip data penelitian yang dilakukan oleh ecommerce QT, Freddy menyebutkan menyatakan bahwa di tahun 2025 bisnis ekonomi kreatif di Indonesia dapat mencapai 46 miliar US$. Ini adalah suatu aktivitas bisnis yang sangat signifikan dalam perkembangan kehidupan, baik lokal, regional, maupun internasional.
Walau begitu, saat ini dunia sedang menghadapi gejolak ekonomi global, gejolak ini terjadi karena dampak yang ditimbulkan setelah ancaman pandemi kemarin “Inflasi global yang terus naik, meningkatnya tensi geopolitik, hingga meningkatnya risiko stagflasi merupakan contoh fenomena gejolak ekonomi global,” tutur Praktisi Bidang Kehumasan dan Komunikasi Publik.
Tahun 2021 menjadi awal kebangkitan sektor ekonomi kreatif setelah pandemi. Nilai tambah ekonomi kreatif tumbuh 5,3 poin dari tahun sebelumnya (dari -2,4% di tahun 2020 menjadi 2,9% di tahun 2021). Subsektor kuliner, fashion, dan kriya menjadi subsektor penyumbang terbesar untuk PDB ekonomi kreatif tahun 2021 dengan total kontribusi mencapai 72,4%.
Sektor ekonomi kreatif Indonesia terbukti memainkan peran yang sangat signifikan dalam menghadapi masa selepas pandemi dan disrupsi digital.
“Oleh karena itu perlu mendapatkan prioritas dari seluruh pemangku kepentingan untuk mempercepat kebangkitan perekonomian Indonesia,” tutupnya.
Sementara itu narasumber selanjutnya, Digital Grup Head Erajaya Swasembada tbk, Aldila Setiadi mengatakan bahwa saat ini Indonesia sedang menghadapi tantangan besar yaitu pemerataan knowledge. Internet penetration di Indonesia sudah sangat baik, namun bandwith atau kecepatan internetnya harus sedikit diperbaiki lagi.
“Padahal kualitas dari knowledge ini seharusnya beriringan dengan internet penetration,” kata Aldila.
Menurutnya, internet adalah jendela dunia, kita bisa belajar apa pun yang ada disana. Dengan belajar di internet, maka kualitas kecepatan belajar kita akan setara dengan orang di luar negeri.
Pada dua hingga tiga tahun terakhir, peningkatan sektor industri kreatif meloncatnya cukup signifikan. Terlebih pemanfaatan digitalisasi saat ini juga mempengaruhi transaksi ekonomi kreatif.
“Sekarang ini masyarakat tidak lagi hanya bertransaksi di bank saja, mereka juga melakukan transaksi di paypall, kripto, dan lain-lain,” sebut tersebut.