Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp humaniora.id
humaniora.id – Cerpen Karya Keyzha Ayumi Azzahra
Es Soda Dengan Sirup Stroberi
Lagi dan lagi, jalanan Insadong dipenuhi oleh dedaunan, tipikal kota Seoul di bulan Juni. Sepatuku berjalan diatas daun yang baru saja berjatuhan dan bahkan keringatku mulai bercucuran.
Sedikit mempercepat langkahku, akhirnya aku disambut oleh pintu berdesain monokrom dengan spanduk kecil bertuliskan, ‘Books and coffe”. Fawwas– pemilik kedai– menyapaku ketika aku masih membersihkan baju ku yang tertimpa daun gugur.
“Ada apa Laila? Kau seperti ingin menelan manusia hidup hidup!”
Daguku sontak terangkat menengadah. “Was, aku di pecat, hari ini adalah hari paling jelek dalam hidupku” bagaimana tidak, posisi ku di gantikan dengan seorang wanita angkuh, “duduk lah terlebih dahulu Laila, bercerita dengan santai” Fawwas membawa ku di sudut kedai itu, spot favorite aku, Fawwas dan Juna bercerita tentang hari kita masing masing.
“Juna, bawakan 1 minuman yang sering Laila minum, dan cepat kesini lah, teman mu ini seperti harimau yang tidak dikasi makan berhari hari” Sialan, Fawwas si manusia dengan sejuta senyumannya berteriak di hadapan semua orang.
Dengan tawa jelek nya itu, Fawwas berkata “Laila, bercerita lah terlebih dahulu, aku sedang sibuk” benar, lelaki itu selalu saja sibuk, entah apa yang ia kerjakan, paling juga hanya tidur. Tapi ku tak ingin ambil pusing, jadi aku memilih bercerita sekarang, dari pada harus menunggu Juna.
****
Aku baru ingat siaran dipercepat tiga jam sesuai jadwal. Mataku menilik terang-terangan ke dalam ruangan. Semua orang saling sibuk mengucapkan selamat tinggal setelah berjalan lancarnya siaran musim panas ini. Lihat, tanpa aku? Benar-benar tanpa aku? Garis bawahi itu. Buru-buru aku menerobos ke dalam dan semua orang tak berkutik hanya karena keberadaanku yang tiba-tiba. Diriku menghampiri Shylla yang berdiri angkuh di dekat meja nya. Telunjukku teracung lurus-lurus di depan wajah gadis berambut blonde itu. “Kamu! Pasti kamu biang keroknya.”
Gadis itu membuat-buat ekspresi ketakutan. Selang beberapa detik, ia melepaskan tawa meremehkannya. Semua kru di ruangan ini masih pada tempatnya dan memandangi kami seolah aku tengah menuntut seekor serigala untuk mengeluarkan anak ayam dari perutnya hidup-hidup.
“Jadi begitu caramu menuduhku? Harusnya kamu berterimakasih karena aku bersedia menggantikan posisimu sebagai presenter. Kamu hanya perusak acara karena datang terlambat. Lihat, tanpa aku siaran ini akan gagal tayang. Ini surat dari kak Jun. Kamu dipecat!” ia tersenyum puas menatapku.
Aku hanya bisa menerima surat itu sambil tertunduk malu. Kepalaku serasa hampir melayang saat semua orang tertuju padaku. Aku berlari keluar studio dengan bersimbah air mata.
Sore itu, aku terduduk di kafe yang mengarah ke sungai yang beku dan bersalju. Cuaca dingin yang harusnya jadi awal kebahagiaanku bulan ini berubah menjadi awal yang memilukan. Sekali lagi aku menghela napas berat
****
“Kau dipecat?” suara Husky itu tiba-tiba menyeruak di samping telinga kananku. Pemuda dengan es soda dingin di tangannya itu tersenyum lurus kemudian berdecih seraya meletakkan soda pesananku.
“Harusnya kau beruntung hanya mengalami seperti ini. Jatuh membuatmu percaya, bahwa berjuang dari nol itu bukan perkara sulit. Aku percaya dengan kemampuanmu. Banyak orang berujar tentang kehebatanmu. Shylla jelas bukan sekelasmu,” ujarnya sambil duduk di kursi di hadapanku. Juna dan es soda dengan sirup stroberinya selalu menjadi minuman kesukaan ku tiap aku mengalami masalah.
“Iya, itu salahku,” Kudengar Fawwas berdeham pelan. “Lagipula tidak ada yang bisa diubah sekalipun aku menangis bukan?”
“No, menangislah di bahuku jika kau merasa itu perlu. Validasi perasaan sedihmu, Lail. Tapi percayalah, I see the stars on you.”.
Rasanya air mataku telah seluruhnya menguap. Di pikiranku hanyalah pulang dan menghabiskan waktu tanpa bekerja setelah dipecat kesekian kalinya dari pekerjaanku. Aku pamit pamit pulang dari kedai Fawwas. Begitu aku hampir membuka pintu kafe, ponselku berbunyi dan menampilkan sebuah email.
You’re accepted as a staff of Playturn Entertainment. See you soon!
Aku membelalak. Juna dan Fawwas yang diam-diam mengintip dari belakangku lantas memelukku dan bersorak gembira.
“Kan sudah kubilang! Sahabatku ga pernah ga keren. This is your sad and happy day. Akan kutraktir ramen sepulang kerja nanti! Selamat, Laila!”
Aku tak pernah berpikir bahwa aku akan diterima di perusahaan ini pada hari dimana aku mengirim esaiku minggu lalu. Mengingat pemberitahuan ini kuterima beberapa jam setelah aku dipecat dari stasiun TV, aku merasa jauh lebih baik. Tuhan tak pernah salah dalam memberikan alurnya. Aku tahu akan ada banyak hal baik yang datang padaku apabila aku terus bersyukur, salah satunya adalah memiliki sahabat sesuportif Fawwas dan Juna.
Tentang Penulis:
Keyzha Ayumi Azzahra, Saat ini Pelajar MAN 3 Jakarta Pusat. Penulis Puisi : Semangkuk Gelato Yogyakarta
Comments 1