Bekasi, humaniora.id – Easy Farm membuat terobosan baru di bidang pertanian, peternakan dan perikanan. Yang membuat bertani itu mudah dan murah. Dapat dilakukan oleh siapa saja dan di mana saja.
Konsepnya adalah memadukan Eduwisata-Agri dengan Teknologi Easy Farm yang dikelola secara bersama-sama, zero waste dan terintegrasi. Sehingga menghasilkan profit unggul yang sangat menguntungkan.
Terobosan baru bertani versi Easy Farm itu diluncurkan di Komplek Perumahan Dirgantara Permai, Jatisari, Jatiasih, Kota Bekasi, Minggu 12/11. Dihadiri para pemangku kuasa wilayah setempat, mulai dari Sekcam Jatiasih Irob Ruhyadi, S.Pd, MM, Lurah Jatisari Agus Sucipto, Ketua RW 11 Tejo Triatmoko, Ketua RT yang diwakili istrinya sekaligus MC Evy Apriliana Kusumawardani, Karang Taruna dan masyarakat setempat.
CEO Easy Farm Herdiyanto mengatakan, peluncuran Easy Farm di wilayah Jatisari, Kota Bekasi ini menandai dimulainya sejarah baru di bidang pertanian.
“Ini adalah sebuah terobosan baru di bidang pertanian, peternakan dan perikanan yang akan mendorong Indonesia menuju kemandirian pangan,” tutur Herdiyanto saat peluncuran.
Dikatakan Herdiyanto, dirinya ingin menjadikan Jatisari ini sebagai pusat kegiatan Easy Farm dan melakukan pelatihan kepada masyarakat setempat. Khususnya para generasi muda. Untuk terjun ke dunia pertanian. Karena bertani itu ternyata mudah murah dan Juga efisien. Dapat dilakukan di mana saja, kapan saja. Terutama oleh warga kota yang tidak mempunyai lahan luas.
Dijelaskan Herdiyanto, ia tertarik memulainya di Kelurahan Jatisari karena ia mempunyai history yang berkesan di daerah ini dan ingin berbagi dengan masyarakat setempat.
Saat ini, kata Herdiyanto, sudah ada enam lokasi yang akan dikembangkan dengan konsep (teknologi) Easy Farm. Diantaranya di Parung, Bogor, Cibuntu, Parangrong, Cibodas dan di SMK Pertanian Metland School, Cileungsi Kabupaten Bogor.
Diceritakan Herdiyanto, pihaknya melaunching konsep Easy Farm Jatisari yang luasnya 3000 meter persegi tersebut setelah melakukan riset dan serangkaian percobaan selama tiga tahun. Dengan melibatkan sejumlah peneliti dari kampus terkemuka Tanah Air seperti IPB dan UIN Syarif Hidayatullah.
“Juga dengan para mahasiswa yang melakukan praktek kerja. Untuk itu saya mengajak karang taruna di sekitar sini mendalami konsep pertanian murah dan mudah teknologi Easy Farm . Saya ingin lokasi ini menjadi pusat pelatihan dan keterampilan. Sehinggga yang lulus di sini nantinya bisa melatih di tempat lain, yang telah menjalin kerjasama dengan kami,” pinta Herdiyanto.
Sementara itu co-Founding Easy Farm Purwantono mengatakan, Easy Farm adalah jawaban dari problem bertani yang selama ini dianggap sulit dan mahal. Karena bertani dan beternak di Indonesia harus menggunakan pupuk dan bahan kimia untuk menggenjot produksi.
“Tanpa disadari tanah pertanian kita sudah aus. Untuk menggenjot produksi harus ditambah pupuk dengan kadar yang cenderung menarik. Dan itu semakin mempercepat kerusakan tanah, ” tuturnya.
Sementara, lanjutnya, konsep yang dikembangkan dengan teknologi Easy Farm adalah tanpa bahan kimia dan pupuk. Jadi sangat alami.
“Bahkan kita bisa bertani di atas aspal dan di atas beton dengan ketebalan tanah hanya tiga sentimeter dan tidak merusak aspal dan beton itu,” tuturnya,
Saat ini, lanjut Purwantono, pihaknya telah bekerjasama dengan pihak lain untuk mengembangkan konsep bertani ala Easy Farm ini.“Bahkan kita sudah menjajaki untuk mengembangkannya di Ibu Kota Nusantara (IKN) Kalimantan yang bekerja sama dengan sejumlah kampus dan SMK Pertanian,” tambahnya.
Easy Farm menurut Purwantono tidak hanya menghasilkan produk unggul yang sehat, alami dan bergizi tetapi juga terintegrasi dengan bidang lain. Yakni pendidikan, pariwisata, ekonomi kreatif, kuliner dan sosial.
Maka di Easy Farma ada kolam ikan lele, kolam pemancingan, kebun sayur, buah dan bunga. Yang tak kalah penting adalah kafe dan restoran yang menyajikan kuliner khas Easy Farm. Salah satunya lele crispy dan mangut lele khas Jogja.
“Yang ingin kita kembangkan adalah keterlibatan masyarakat setempat. Sehingga masyarakat senang bertani dan dengan sendirinya perekonomian keluarganya meningkat. Dan satu hal penting adalah untuk meningkatkan IQ (kecerdasan) masyarat Indonesai, yang kini masih di bawah rata-rata Negara-Negara Asean,” tutupnya.