humaniora.id – Inilah berbagai kesaksian yang terlontar pada acara bertajuk “Memperingati 40 Hari Berpulangnya Dorman Borisman.” Acara ini berlangsung di Gelanggang Remaja Jakarta Timur (GRJT), jalan Otista Raya 121 Jakarta, Sabtu malam (15/06/2024).
Memperingati 40 Hari Berpulangnya Dorman Borisman terhampar untaian doa, dan ekspresi seni yang menjadi simpul ingatan kepada almarhum.
Sejumlah seniman yang tergabung dalam Ikatan Teater Jakarta Timur (IKATAMUR) menampilkan berbagai bentuk repertoar untuk mengenang almarhum, serta menghargai berbagai karya, prestasi, dan dedikasinya.
Tampil di acara ini sejumlah tokoh dan seniman teater memberi kesaksian. Mereka antara lain; Sudibyanto (adik WS. Rendra), Iwan Burnani Toni (Pendiri Bengkel Teater Rendra), Jose Rizal Manua (Pendiri Teater Tanah Air), Diding Boneng (Zainal Abidin), Nendra WD, Jims Harry Patakaki, Nur Solichin, Yahyal, Dindon WS, Chamdy Polos, Bambang Oeban, dan Eddie Karsito, yang sekaligus bertindak sebagai Pembawa Acara.
Hadir juga di acara ini sejumlah aktor film dan sinetron, yang juga penggiat teater, diantaranya Indro Warkop, Soultan Saladin, Aty Cancer Zein, Ageng Kiwi, Valdi Mulya, Boy Hamzah, dan seniman lainnya.
Di kesempatan ini hadir juga istri almarhum Dorman Borisman, Sukowati dan putranya semata wayang Gagah Pangestu Gusti.
“Dorman Borisman merupakan sosok artis pendiam dalam keseharian diluar syuting. Namun, ketika sudah masuk ke suasana ‘take camera’, kesan itu berubah. Dia begitu intens dan disiplin dalam berperan. Sikap keaktoran inilah yang jadi nilai plus beliau dalam bekerjasama dengan kami, Warkop Dono, Kasino, Indro (DKI),” ujar Indro Warkop DKI menyampaikan kesannya.
Lebih lanjut, kesan Indro, Dorman Borisman merupakan aktor yang tidak neko-neko, pendiam, bicara seperlunya, disiplin dan baik hati.
“Dia orangnya disiplin. Fokus, konsentrasi, larut dalam penghayatan peran. Bermain dengan total, menjiwai tokoh yang dimainkannya,” papar Indro.
“Memperingati 40 Hari Berpulangnya Dorman Borisman” mempertemukan para penggiat seni teater lintas generasi sejak era 1970, 1980, 1990, 2000, hingga tahun 2024.
Acara ini pun menjadi semacam kenduri; reunian para penggiat teater sekaligus memotret serangkaian peristiwa yang terjadi pada saat dan zaman tertentu.
Sejak masa Sudibyanto dari Sanggar Teater Jakarta memenangkan predikat Sutradara Terbaik Festival Teater Remaja di Taman Ismail Marzuki tahun 1973.
Lalu Teater Jakarta Timur (Dorman Borisman) Festival Teater Remaja TIM 1980, Teater Pelangi (Diding Boneng), Festival Teater Remaja TIM 1986, Teater Kubur (Dindon WS), Festival Teater Remaja TIM 1988, hingga Kelompok Sandiwara Mantaka.
Festival Teater Remaja (FTR) ini kemudian berubah menjadi Festival Teater Jakarta (FTJ), sebagai platform pembinaan berbentuk kompetisi seni teater. Kreativitas ini telah mengukir jejak perjalanan kreatifnya sejak 1973, yang digagas oleh Wahyu Sihombing.
Selain kesaksian, rangkaian acara “Memperingati 40 Hari Berpulangnya Dorman Borisman” ini juga menampilkan berbagai repertoar seni dalam bentuk monolog (Jims Harry Patakaki, dan Iin Hayyu Almuqsiti), pembacaan puisi (Nendra WD, dan Syamsudin Bahar Nawawi), pementasan teater (Mata Art Community, Chamdy Polos, dan Teater Mantaka).
“Kita semua punya peran aktif luar biasa. Saya mengucapkan terima kasih buat semua yang sudah berkontribusi untuk acara ini. Keseluruhan acara ini punya nilai yang patut jadi kebanggaan bersama dan menjadi spirit untuk berkarya selanjutnya,” ujar Chamdy sebagai penggagas acara ini.
“Peringatan 40 Hari Berpulangnya Dorman Borisman” digelar sejumlah kelompok teater antara lain; Teater Jakarta Timur, Sanggar Humaniora, Sanggar Teater Jakarta, Kelompok Ngamen 78, Teater Kubur, Teater Polos, Teater Mantaka, Mata Art Community, Bengkel Creative Anak Indonesia (BCAI), dan grup teater lainnya.
Didukung sejumlah asosiasi kelompok teater, seperti IKATAMUR (Ikatan Teater Jakarta Timur), INDRAJA (Ikatan Drama Jakarta Barat), ITERA (Ikatan Teater Jakarta Utara), SINTESA (Simpul Interaksi Teater Selatan), dan Teater Atap Salihara.
Aktor senior, Dorman Borisman meninggal dunia pada Selasa, 7 Mei 2024 lalu. Ia lahir di Jakarta pada tanggal 5 Februari 1951.
Di industri perfilman dan pertelevisian, aktor dedikatif ini tak kurang sudah membintangi lebih dari 45 judul film layar lebar, serta ratusan judul film televisi (FTV) dan serial sinetron. Karirnya di film layar lebar diawali tahun 1977 lewat film Suci Sang Primadona.
Sinetron paling fenomenal yang pernah dibintanginya adalah “Saras 008” (Indosiar, 1998-2004), berperan sebagai Mas Yudhis.
Dorman Borisman banyak terlibat di sejumlah pementasan, baik sebagai aktor maupun sutradara. Ia bergabung dengan sejumlah tokoh-tokoh teater Indonesia, seperti Teguh Karya (Teater Populer), Arifin C. Noer (Teater Kecil), Putu Wijaya (Teater Mandiri), dan kelompok seni lainnya.
Dorman Borisman juga mendirikan Teater Jakarta Timur yang bermarkas di Gelangang Remaja Jakarta Timur (GRJT). Ikut mendirikan Ikatan Teater Jakarta Timur (IKATAMUR), yang mengayomi puluhan grup teater di Jakarta Timur./***
Syahri Wil adalah penggiat teater dari Ikatan Teater Jakarta Timur (IKATAMUR)
Luar biasa.