humaniora.id – Sejumlah remaja yang berminat dalam bidang perfilman berkumpul mengikuti acara Diskusi Publik, “Ngomongin Produksi, Distribusi, dan Sensor” di Bimanusa Creative, di kawasan Jati Pulo Gadung, Jalan Pemuda 297 C, Jakarta Timur, Jumat, 1 September 2023.
Budi Sumarno sebagai penggagas diskusi itu mewadahi bagi mereka yang ingin terjun ke bidang film profesional.
”Saya akan membuat acara ini secara berkala rutin dengan berbagai tema. Kali ini yang kami angkat adalah mengenai produksi, distribusi, dan sensor. Karena banyak peminat di bidang film tidak memulainya dengan konsep yang baik, dari produksi, sasaran atau target penonton, sensor, dan tak kalah pentingnya adalah ke mana mereka akan menjualnya,” kata Budi Sumarno Ketua Komunitas Cinta Film Indonesia (CFI).
Pada kesempatan itu hadir pembicara Reza B Surianegara mengenai konsep produksi, kemasan dan strategi menarik investor. Secara gamblang Reza membagi pengalamannya bagaimana memproduksi film yang bakal ditonton dan juga bagaimana cara menarik investor.
”Selain ceritanya menarik film harus bagus secara bisnis. Lalu kita juga harus pandai menarik hati investor. Caranya bagaimana, yakinkan investor bahwa film yang diproduksi akan memberikan keuntungan,” kata Reza B. Surianegara yang pernah memproduksi film Garuda di Dadaku dan Sang Pemberani.
Toto Sugriwo, produser film Lantai 4, menjadi narasumber lainnya menjelaskan film yang dibuat oleh para remaja yang sedang belajar itu agar bisa dinikmati dan mendapatkan nilai komersial.
”Kami lokalfilm memberi wahana bagi anda anda yang membuat film pendek dan dokumenter agar film anda bisa mendatangkan ilmu sekaligus uang,”kata Toto Sugriwo sambil menjelaskan bagaimana menjual film film produksi para remaja itu dengan cara mengaktifkan aplikasi lokalfilm.
Lebih jauh mengenai aplikasi lokalfilm dijelaskan oleh Fauzi. Dikatakannya film pendek dan film dokumenter yang telah mendaftar akan dikurasi.
”Film berdurasi sekitar 10 sampai 30 menit. Kami bisa menghargai cukup memadai. Sekitar satu juta rupiah hingga dua juta rupiah. Film yang pernah tayang di medsos akan kami terima. Harga akan lebih besar lagi jika film diproduksi khusus untuk ditayangkan di lokalfilm, bisa sampai 5 juta rupiah bahkan lebih,” jelas Fauzi.
Bagi para remaja dan masyarakat umum, atau mereka yang memang bersekolah di bidang perfilman ini adalah event yang sangat berguna.
”Bukan saja kami tahu bagaimana memproduksi dengan baik, dan kami juga tahu ke mana karya kami itu ditayangkan yang bisa menghasilkan uang,” ujar salah seorang pelajar dari sekolah film yang hadir di acara diskusi itu.(kd)
di kutip dari : https://skalaekonomi.com/seni/diskusi-film-dari-produksi-sampai-pemasarannya/
Bersinerginya stakeholder bidang Perfilman adalah pondasi kemajuan industri perfilman Naional