JAKARTA, humaniora.id – Sarasehan mengenai pelestarian tenun Indonesia mengisi kegiatan hari kedua acara “Pergelaran Seni Rupa Berbasis Budaya Nusantara” yang diselengarakan Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN).
Kegiatan tersebut berlangsung di Gedung di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jl. Medan Merdeka Selatan No.11 Gambir Kota Jakarta Pusat, Selasa (11/02/2025).
Dalam sambutannya Ketua Umum Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Mayjen TNI (Purn) Drs. Hendardji Soepandji, SH, menyampaikan, bahwa tenun bukan hanya selembar kain.
“Kain tenun punya makna di suatu tempat. Tenun bukan hanya selembar kain. Simbol budaya adiluhung dalam kehidupan sosial dan mengandung nilai spiritual masyarakatnya,” ungkapnya.
Hendardji menjelaskan, kerajinan tenun merupakan produk tekstil tradisional yang dapat ditemukan di banyak daerah di Indonesia.
“Masing-masing daerah memiliki ciri khas. Baik dari segi teknik pembuatan maupun motif yang berbeda-beda dan menjadi identitas budaya daerah,” ujarnya.
Untuk sesi pertama simposium ini menyoal “Keberadaan Tenun, Serat dan Pewarnaan Alam di Indonesia” dengan menghadirkan beberapa orang ahli.
Tampil Hartanti Maya Krishna (Pamong Budaya Ahli Muda Kemenbud RI), menyoal tindak lanjut program penominasian Tenun Indonesia sebagai WBTB (Warisan Budaya Tak Benda) ke UNESCO
Dr. Zahir Widadi (Akademisi, Dewan Pakar Walarmi dan Tim Pengajuan Batik sebagai WBTB), menelaah langkah tenun sebagai WBTB (Warisan Budaya Tak Benda).
Selanjutnya Drs. Didiet Pradito, MT (Pakar Tenun dan Wastra Indonesia, R &D Walarmi), mengupas mengenai tenun sebagai wastra (kain tradisional Indonesia).
Narasumber berikutnya, Dra. Euis Saedah MSc. (Ketua Umum Dewan Serat Indonesia) mengupas megenai pengembangan serat, komunitas dan tenun, dan Ir. Myra Widiono. MSc (Ketua Walarmi) membicarakan tentang kebangkitan warna alam untuk Tenun Indonesia.
Pada sesi kedua dengan sub pembahasan : Pengembangan Tenun untuk Wastra dan Desainer Fashion Tenun panitia juga menghadirkan para ahli wastra yang juga tak kalah menarik.
Drs. Suroso Kartoebi (Sekjen Walarmi), tampil membahas pemanfaatan berbagai serat alam untuk Tenun, dan Cendy Mirnaz (CEO NOESSA) mengupas tenun Sikka dan pengembangannya.
Selanjutnya Torang Sitorus (Expert Tenun Ulos, Desainer Tenun Ulos dan Pegiat Bersama Komunitas Tenun) membincangkan tenun Ulos dan pengembangannya.
Hj. Roslina Daan (Kaliandaa Fashion Tenun Lampung) mendiskusikan Tenun Lampung dan fashion, serta Dian Oerip dari (Oerip Indonesia) dan Wieke Dwiharti (Desainer Fashion dan Pemerhati Tenun) menyoal fenomena Tenun dan Fashion.
Bertindak sebagai moderator Dr. Kunthi Tridewiyanti, SH.MA, dan notulis Dr. Titing Widyastuti, MM.
Dari pemaparan para narasumber banyak berbagi pengalaman dan menjelaskan berbagai proses pembuatan kain tenun. Dari mulai pemintalan benang, persiapan bahan, alat, dan motif.
Termasuk romantika perjuangan mereka bagaimana keberlanjutan tenun sebagai produk budaya dan berkomitmen untuk terus melestarikan tradisi, sembari beradaptasi dengan kebutuhan pasar global.
Dalam diskusi juga mengemuka bahwa modernisasi secara nyata ikut menggerus keberadaan warisan budaya ini. Tak hanya jumlah pengrajin yang berkurang, namun sangat sedikit generasi bangsa ini yang suka memakai produk kain tenun.
Terkait amatan tersebut, Hendardji Soepandji justru menguatkan agar para pembuat tenun agar tetap semangat. Menenun adalah bagian dari proses perjuangan mempertahankan identitas.
“Perjuangan tidak mudah dan panjang. Hidup harus dibuat indah. Kita harus punya niat setiap hari. Apa yang kita hadapi harus menjadi indah. Untuk merdeka tidak harus punya Gedung Merdeka, tapi pada akhirnya kita merdeka, yang penting semangat,” kata Hendardji menyemangati.
Tenun, harap Hendardji, harus menjadi produk bernilai ekonomis dan membantu meningkatkan kesejahteraan pengrajin lokal. Tidak hanya digunakan untuk upacara adat, tetapi menjadi bagian dari tren mode yang terus berkembang
“Manajemennya perlu kita cermati. Dari mulai pemintalan benang sampai siklus pemasarannya. Ciptakan produk yang diminati,” ujar Hendardji.
Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) turut ambil bagian dalam upaya pemajuan kebudayaan terkait dengan tenun sebagai warisan budaya tak benda (WBTB). Terus mendorong agar kain tenun diusulkan ke UNESCO pada sidang PBB sebagai world heritage.
Oleh sebab itu, dalam memperingati sewindu Ulang Tahun Komite Seni Budaya Nusantara, KSBN menyelenggarakan sarasehan dengan tema “Pelestarian Kain Tenun Indonesia Sebagai Warisan Budaya Tak Benda” ini.
Membangun tekad KSBN dan KSBN Wilayah untuk mendukung keberlanjutan dan pengembangan tenun sebagai warisan budaya tak benda melalui programprogram baik internal KSBN maupun memperkuat komunitas tenun di daerah./*