humaniora.id – Datanglah ke Kabupaten Asahan. Telusuri salah satu sungainya; Asahan. Di mana airnya mengalir sampai jauh. Hingga ke selat Malaka. Airnya melimpah tercurah dari kaldera Toba. Membentuk aliran piroklastik. Menciptakan 25 sumber mata air. Dengan keindahan bias debitnya. Membentuk pelangi. Satu diantaranya tercurah di tebing Ponot, di desa Tangga, Kecamatan Aek Song-songan, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara.
Siapa yang tak suka disini. Menikmati keindahan alam sempurna. Tak berujung dipandang mata. Sungguh jelita hutannya. Hijau membiru terbarkan pesona. Di bawah pahatan alami batu tebing. Menjulang ke langit. Dimana air tampak tercurah. Dari ketinggian lebih dari 250 meter. Airnya membias menciptakan kabut warna sutra ungu.
Inilah fenomena alam air terjun Ponot dan sungai Asahan, yang sempat humaniora.id kunjungi, beberapa waktu lalu. Berkah ciptaan Tuhan. Dari gunung api raksasa Toba, yang membentuk kaldera (cekungan) dari letusan supervolcano sekitar 74.000 tahun lalu. Dimana airnya mengalir ke sungai Asahan. Satu dari sekian manfaatnya digunakan sebagai generator utama pembangkit listrik (Bendungan Asahan).
Wahana Arung Jeram (Rafting)
Mengunjungi air terjun Ponot, berarti menelusuri sungai Asahan. Sungai yang mengalir melewati beberapa wilayah di Kabupaten Asahan. Bermuara ke Teluk Nibung, Tanjung Balai, Selat Malaka, mencapai 147 kilometer. Arus airnya deras. Sungai terkenal berliku, bergelombang, curam, dan diapit oleh tebing-tebing terjal. Debit airnya tinggi mencapai 120 meter kubik per detik, dengan kedalaman rata-rata sekitar 2 hingga 5 meter. Medan berbahaya, dan jeram-jeram ekstrim menjadikan sungai ini sebagai salah satu tempat favorit untuk rafting. Diminati para rafter profesional domestik maupun internasional. Potensinya menempati posisi ketiga tersulit dan terbaik di dunia sebagai wahana arung jeram, setelah sungai zambesi di Afrika dan sungai Colorado di Amerika.
Di sungai Asahan beberapa kali diselenggarakan event rafting internasional. Tahun 2000, 2001, dan 2003 Pemerintah Kabupaten Asahan dengan Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara, menyelenggarakan “Festival Kejuaraan Arung Jeram Internasional” mempertandingkan Kayak dan Perahu Karet. Kejuaraan ini menarik minat para atlet kayak kelas dunia. Tahun 2006 atas prakarsai Gubernur Sumatera Utara, almarhum HT. Rizal Nurdin, juga digelar “Kejuaraan Arung Jeram Asahan 2006.”
Untuk menuju wisata alam dan wisata olahraga di sungai Asahan ini, bisa menggunakan angkutan umum (bus), mobil pribadi, atau mobil sewaan melalui dua jalur alternatif. Pertama, melalui rute kota Kisaran. Dari Bandar Udara Kualanamu Medan menuju kota Kisaran, dengan jarak tempuh sekitar 160 kilometer, dan waktu tempuh sekitar 4 jam. Dilanjutkan menuju Desa Pulau Raja, lalu kecamatan Bandar Pulau hingga sampai di desa Tangga Kecamatan Aek Song-songan, atau Parhitean, dengan jarak sekitar 90 kilometer, dan waktu tempuh sekitar 1,5 jam.
Kondisi jalan relatif baik beraspal hotmix. Pemandangan alamnya sungguh indah. Melewati pedesaan dengan hutan alam yang asri. Menyusuri sungai Asahan dari hilir hingga ke hulu, serta melewati perkebunan karet dan kelapa sawit yang pohonnya indah tertata.
Kedua, rute Kota Medan-Porsea. Dari Bandar Udara Kualanamu Medan menuju Porsea, Kabupaten Toba Samosir. Berjarak sekitar 200 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 4 sampai 5 jam. Melewati kota Pematang Siantar, dan kota Prapat Danau Toba. Dari Porsea, perjalanan dilanjutkan ke Desa Tangga atau Parhitean sejauh 35 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam. Jika melewati jalur ini, para wisatawan dapat menyaksikan hamparan indah pesona alam Danau Toba.
Pemda Asahan Kurang Peduli
Air terjun Ponot, sungai Asahan, dan berbagai potensi alam lainnya, khususnya di desa Tangga, merupakan sumber daya alam untuk obyek wisata yang ideal. Sayangnya potensi tersebut saat ini seperti dibiarkan tertidur. Event rafting nasional maupun internasional, yang seharusnya secara rutin dapat diselenggarakan untuk menggairahkan peningkatan kepariwisataan dan budaya setempat kini cenderung diabaikan.
Satu contoh akses masuk menuju air terjun Ponot, dan sungai Asahan lewat jalur kota Kisaran belum terbangun secara komprehensif. Pelaku usaha tampaknya belum tertarik berinvestasi di bisnis pariwisata ini. Padahal bisnis di bidang jasa transportasi, perhotelan dan restoran, cukup prospektif dan potensial untuk ikut menggairahkan tujuan wisata di Kabupaten Asahan ini.
Karena alasan minimnya anggaran, Pemerintah Daerah Asahan sendiri, dalam hal ini Disporabudpar Kabupaten Asahan, justru seperti kurang peduli. Belum ada upaya pemda setempat secara konkret untuk lebih menggalakkan potensi wisatawan domestik maupun internasional ini melalui jalur kota Kisaran sebagai Ibukota Kabupaten Asahan.
Padahal selain air terjun Ponot dan sungai Asahan, masih banyak potensi wisata “turunan” yang dapat dikembangkan di Kisaran Asahan. Misalnya, kawasan Asahan sejak jaman Belanda dikenal sebagai kawasan perkebunan karet dan kelapa sawit milik onderneming Belanda. Di kawasan perkebunan ini masih banyak peninggalan Belanda berupa bangunan dan gedung, dari mulai pabrik, stasiun kereta api, jembatan, perumahan, kuburan Belanda, dan lain sebagainya yang dapat dimodifikasi menjadi sarana tujuan wisata sejarah.
Disamping itu ada potensi lain dari hasil kerajinan masyarakat yang dapat lebih dikembangkan menjadi jasa dan barang industri kreatif. Seperti kain tenun songket khas Asahan, wisata kuliner makanan dan minuman khas Asahan. Belum lagi potensi kesenian dan budaya masyarakat Asahan yang eksotis dan memikat. Dengan meningkatnya jumlah wisatawan ke daerah ini tentu berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat setempat.
Untuk menjadikan Kisaran Asahan Sumatera Utara, sebagai salah satu tujuan wisata nasional dan internasional tampaknya masih perlu penataan dan pembinaan. Banyak hal yang mesti dibenahi. Misalnya ciri masyarakat pariwisata dengan kebiasaan senyum sapa, dan melayani belum menjadi budaya. Bahkan pada tingkat pelayanan hotel sekalipun. Jangan harap “tamu adalah raja” yang harus mendapat pelayan prima. Sebaliknya tamu hotel disikapi sebagai orang yang membutuhkan.
Sisi lain masyarakat kita belum terbiasa membangun budaya lingkungan dengan nuansa; indah, rapi, bersih dan sehat. Tak heran jika kita melihat banyak kota di Indonesia yang masih bermasalah dengan persoalan ini. Begitu juga di kabupaten Asahan, terutama kawasan perkotaannya, seperti kota Kisaran yang masih tampak semerawut dan kotor. Apalagi infrastruktur, sarana dan prasarana, sistem transportasi, baik di kota maupun di desa, belum mendukung untuk menjadikan Kisaran Asahan, menjadi salah satu destinasi wisata.
Kebutuhan terhadap liburan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat dunia. Semua tak terlepas dari kenyataan bahwa sektor pariwisata adalah magnet dari sebuah Negara. Saat perekonomian sebuah negara mengalami kemunduran, kata Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, maka sektor pariwisata terbukti berperan penting menjadi penopang. “Tourism contributes to the success of the American and world economies….” (“Pariwisata memberi kontribusi bagi keberhasilan Amerika dan perekonomian dunia…”), kata Obama.
Mari kita bangun budaya dan negeri kita. Jika bangsa Amerika bangga dengan sungainya; Mississippi yang bermuara ke Teluk Meksiko, masyarakat Asahan juga harus bangga dengan sungainya yang bermuara ke selat Malaka. Jika bangsa Amerika bangga dengan kotanya; metropolitan New York, masyarakat Kisaran juga bangga dengan kotanya.
Inilah yang sering bangsa Amerika presentasikan dan banggakan melalui berbagai karya film Amerika produksi Hollywood. Kita juga dapat melakukan hal yang sama. Namun jangan pernah berpikir Kisaran menjadi New York. Sudah seharusnya kota kita dibangun dengan ciri dan karakteristik sendiri yang menjunjung budayanya; multikulturalisme, dan menjadi bagian dari kekayaan negeri yang menginspirasi.
Kenali budaya dan peradabanmu. Hanya bangsa yang menghargai budayanya menjadi bangsa agung di dunia. Cintailah budayamu dan hargai budaya orang lain./*
Comments 2