Humaniora.id, Jakarta – Memasuki bulan rabiul awwal rasanya bahagia banget, menyambut hari lahirnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW, Nabi terkasih pada akhir zaman. Saking senangnya setiap saat bersholawat terus, posting berbagai macam sholawat di media sosial.
Tulisan ini sengaja dibuat dalam rangka menyambut bulan Maulid Nabi, rabiul awwal. Jangan sampai terliwatkan begitu saja menikmati berkahnya bersholawat atas Nabi. Terus menulis dan posting tentang cinta dan uswah rasul. Begitulah kiranya kita semua memuliakan kanjeng Nabi. Rasanya pengen setiap bulan ada peringatan Maulid Nabi. Biar hati ini gembira terus, bersholawat, berdendang menyanyikan lagu-lagu pujian kepada kekasih hati.
Saya pribadi sudah merasakan begitu nikmatnya bersholawat. Hati tenang, wajah riang, badan sehat, aktivitas lancar. Tidak galau sama sekali. Begitu dikecewakan seseorang atau ada masalah dengan pekerjaan yang rutin yang kadang menjemukan, sholawati saja. Tidak usah dipikir serius, kerjakan saja sebisa mungkin pekerjaan kita sambil mulut ini bersholawat dan hati terus pasrah kepada Allah setelah berusaha dan berdoa.
Ya Allah hati terasa damai dan tenang. Sholawat dan dzikir benar-benar menjadi obat hati dan penyembuh dari berbagai macam penyakit. Badannya sehat dan wajah berseri bagai mendapatkan cahaya dari ruhnya Kanjeng Nabi, cahaya dari Allahirobbi. Benar-benar damai hidup ini.
Apakah hidup tidak ada masalah, wau siapa bilang, “pastilah” hidup adalah rentetan pemecahan masalah, artinya masalah satu muncul dan bisa diatasi, selanjutnya timbul masalah lagi. Tapi santai saja, selama ini ada kesadaran terus bersholawat dan berdzikir Insya Allah masalah demi masalah bisa teratasi. Malah pas ada masalah, pikiran lagi ruwet, segera ambil air wudhu, sholat sunah atau wajib, ambil tasbeh, diawali dengan dzikir kepada Allah, berdoa lanjut membaca sholawat minimal 100X, kalau bisa 1.000 X sehari. 250 X sehabis sholat fardu atau 100 X sehabis sholat fardu sisanya habis sholat tahajut, sholat sunah dzuha, dan sehabis sholat sunah lainnya. Kalau tidak sempat ya disela-sela aktivitas sehari-hari membaca sholawat. Dan itu dilakukan terus sampai kita diwafatkan oleh Allah SWT. Insya Allah hidup kita khasanah (baik dan cukup) baik di dunia maupun di akherat. Bagaimana bacaan sholawatnya, cukup dengan bacaan : “Allahumma Sholi wa salim ‘alla Sayyidina Muhammad,” mudahkan.
Kita mencintai dan mengagungkan baginda Nabi Muhammad SAW karena beliau juga mencintai umatnya.
Cinta Rasullullah kepada umatnya dibuktikan ketika beliau mi’raj. Yaitu perjalanan Nabi Muhammad SAW dari masjid al-aqsa menuju sidrotul muntaha (tempat arsnya Allah dekat sekali dengan surga). Ketika kanjeng Nabi di sidrotul muntaha ada percakapan atau dialog Nabi Muhammad dengan Allah SWT, yaitu bacaan attahiyyat.
Seandainya kita tahu bacaan attahiyyat yang dibaca ketika sholat itu dialog kanjeng Nabi Muhammad dengan Allah pastilah kita membacanya secara perlahan dan tidak buru-buru.
Mari kita simak dialognya, diawali Kanjeng Nabi menyapa Allah.
Muhammad : “At-tahiyyatul mubaarakaatush shalawaatuth thayyibaatu lillah.” (Segala kehormatan, keberkahan, kebahagiaan dan kebaikan adalah bagi Allah).
Allah : “As-salaamu ‘alaika ayyuhan-nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh.” (Semoga keselamatan tetap bagimu wahai Muhammad. Demikian pula rahmat dan berkah-Nya).
Muhammad : “As-salaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillahish shaalihiin.” (Semoga keselamatan tetap bagi kami dan bagi sekalian hamba Allah yang sholeh).
Muhammad : “Asyhadu an laa ilaaha illallaah.” (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah).
Allah : “Wa asyhadu anna Muhammadar Rasuulullaah.” (Dan Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah).
Muhammad : “Allaahumma shalli ‘alla Sayyidina Muhammad wa ‘alla Ali Sayyidina Muhammad.” (Wahai Allah berilah rahmat kepada kami (Nabi Muhammad) dan kepada keluarga Nabi Muhammad).
Ya Allah kalau kita tahu bacaan attahiyat itu adalah dialog Allah dan Nabi Muhammad pastilah kita tidak buru-buru melakukannya. Ya Allah ternyata bacaan attahiyat itu membuat kita seperti di syurga.
Ketika ketemu Allah, Rasulullah tidak jumawa atau berbesar diri, justru beliau tidak lupa dengan umatnya, ini yang membuat kita sangat terharu, begitu cintanya Kanjeng Nabi kepada umatnya.
Cobalah kalau saat sholat, bacalah attahiyat dengan seksama , itu adalah dialoq sang Pencipta dan ciptaan-Nya. Beliau sangat menghormati dan mencintai umatnya. Kanjeng Nabi tidak melupakan umatnya ketika berdialoq dengan Allah. Itulah bukti cinta beliau ke umatnya.
Melihat peristiwa ini, para malaikat yang menyaksikan dari luar sidratul muntaha tergetar dan terkagum-kagum betapa Rahman dan Rahimnya Allah SWT, dan betapa mulianya Nabi Muhammad SAW.
Kemudian malaikat pun mengucap dengan penuh keyakinan : “Asyhadu ‘allaa ilaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan abduhuu wa Rasulluh.” (Kami bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan kami bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba Allah dan Rasul Allah).
Kecintaan Allah kepada Nabi Muhammad yaitu perintah kepada Malaikat dan mahkluknya untuk bersholawat atas Nabi.
Allah tak pernah memerintahkan suatu amal yang Dia sendiri melakukannya, kecuali bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW (QS : 33 Al-Ahzab : 56).
“Innallaha wa mala ‘ikatahu yusalluna ‘alan-nabiyy, ya ayyuhallazina amanu sallu ‘alaihi wa sallimu taslima.”
Artinya : “sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
Itulah bentuk kecintaan Rasulullah kepada umatnya. Jangan pernah tinggalkan sholat, karena dengan sholat kita seakan-akan berinteraksi kepada Sang Maha Pencipta. Ketika orang sudah meninggal dunia maka interaksi dengan Allah pun telah putus. Untuk itu ahli kubur banyak yang minta dihidupkan kembali hanya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Maka selagi kita masih hidup, janganlah tinggalkan sholat, sesibuk apapun kita.
Nurul Azizah penulis buku Muslimat NU Militan Untuk NKRI, minat hub: 0851-0240-8616