Humaniora.id – Buya Syakur, Ceramahnya Yang Selalu Menyejukkan Hati dan Mencerdaskan.
“Aku hanya ingin berbagi kebahagiaan, dan tidak menggurui siapapun, terlalu sulit bagiku untuk menyalahkan siapapun.
Akan tetapi, apabila ada orang yang ingin mengisi raportku, tentu aku sangat gembira sekali.
Dan ku jamin, aku tidak akan sakit hati, sedikitpun“.
Itulah kalimat indah yang selalu akan kita dengar ketika kita mengikuti kajian-kajian beliau lewat channel youtube @KHBuyasyakurYasinMA.
Mari Mengenal Buya Syakur
K.H. Abdul Syakur Yasin, MA kelahiran di Indramayu tanggal 2 Februari 1948, bagi masyarakat Indramayu dan sekitarnya cukup dikenal dengan sapaan Buya Syakur.
Seorang ulama dengan penyampaian kajian Islam khas NU, dengan suara yang tidak pernah meninggi beliau menjelaskan aneka persoalan yang sebenarnya cukup rumit, namun beliau jelaskan dengan perlahan dan fokus.
Ciri khas NU lainnya adalah isi kajian beliau yang lebih mengutamakan kehidupan bermuamalah di tengah kehidupan masyarakat yang majemuk.
Masa pendidikan beliau dari kecil hingga dewasa beliau kebanyakan dihabiskan di pondok pesantren. Ia secara intensif belajar di Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, Cirebon.
Pengalamannya belajar di pesantren membuat Buya mahir berbahasa Arab. Kemahirannya inilah yang mendukung Syakur kemudian dalam menerjemahkan kitab-kitab bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.
Setelah menyelesaikan pendidikan di Babakan, pada tahun 1971, Buya Syakur melanjutkan pendidikan di Kairo, Mesir.
Ketika menjadi mahasiswa di Kairo, Buya Syakur pernah diangkat sebagai Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Kairo.
Buya Syakur menyelesaikan pendidikannya di Kairo dengan skripsi sarjananya yang berjudul “Kritik Sastra Objektif Terhadap Karya Novel-Novel Yusuf As-Siba’i (Novelis Mesir)”.
Pada tahun 1977, Buya Syakur menyelesaikan pendidikan Ilmu Al-Qur’an di Libya. Tahun 1979, ia menyelesaikan pendidikan sastra Arab.
Dan tahun 1981, ia menyeselesaikan pendidikan magisternya dalam bidang sastra linguistik di Tunisia. Setelah itu, ia sempat diangkat sebagai staf ahli di Kedutaan Besar Tunisia.
Pada tingkat doktoral, beliau mengambil kuliah di London dengan konsentrasi dialog teater dan lulus pada tahun 1985. Dengan demikian, ia menghabiskan waktu 20 tahun untuk belajar di Afrika dan Eropa.
Kembali Ke Indonesia
Pada tahun 1991, Buya Syakur kembali ke Indonesia bersama Abdurrahman Wahid, Quraish Shihab, Nurcholis Majid, dan Alwi Shihab.
Sejak saat itu, ia fokus untuk berdakwah di kampung halamannya, di Indramayu. Ia kemudian mendirikan Yayasan Pondok Pesantren Cadangpinggan pada tahun 2000 dan pondok pesantrennya pada tahun 2006.
Selain membaktikan diri lewat pondok pesantren, Buya Syakur juga sering mengisi kajian-kajian masyarakat, sebagian dari kajian-kajian tersebut di unggah melalui media sosial.
Keistimewaan Buya Syakur
Keistimewaan yang di miliki oleh K.H. Abdul Syakur Yasin, MA adalah, seperti yang pernah Gus Dur katakan bahwa di Indonesia ini cuma ada tiga orang yang berpikir analitis dalam memahami Islam, yaitu Quraish Shihab, Pak Syakur, Cak Nur.
Hal ini terbukti dari tema-tema yang di unggah lewat akun Youtube beliau yang bertema cukup berat dan banyak yang berbasis kitab kontemporer atau tasawuf.
Sebut saja misalnya fi Zhilali al-Qur’an, La Tahzan karya ‘Aidh al-Qarni, sampai al-Hikam Ibn ‘Athaillah as-Sakandari.
Kegemaran beliau pada menulis dan menerjemahkan buku-buku berbahasa Arab juga terlihat pada beberapa video yang di unggah akun Youtube beliau yang bertema Pembacaan Puisi.
Beberapa puisi yang beliau bacakan seringkali di angkat berdasarkan keadaan yang sering melanda masyarakat umum, tak sulit di pahami namun tetap berbobot.
Dengan gaya dan logat yang khas bahasa pantura, Buya menggambarkan sosok berisi ilmu dalam setiap mengikuti beliau berceramah. Beliau menjelaskan aneka persoalan.
Channel Pengajian
Setelah Buya Syukur kembali ke tanah air di awal tahun 90-an, Beliau lebih banyak mengajar dan mengisi pengajian di kalangan masyarakat bawah khususnya di Indramayu dan Cirebon.
Pada awalnya pengajian yang di sampaikan oleh Buya Syakur di lakukan secara offline, tapi sejak 7 Mei 2017, pengajian Buya Syakur di lakukan secara online juga.
Untuk mengetahui dan mengikuti pengajian beliau, bisa mengakses lewat akun Youtubenya di KH Buya Syakur MA dengan Label Wamimma TV.