humaniora.id – Pasca peristiwa kecelakaan hari Sabtu, 11 Mei 2024 siswa SMK Lingga Kencana Depok saat melakukan study tour berbuntut panjang. Banyak netizen 62 menghujat profesi guru di media sosial. Seharusnya sebelum menghujat lihat dulu fakta-fakta yang ada di lapangan atau di tempat kejadian perkara (TKP). Ada apa dengan para pembenci guru. Seharusnya semua yang terlibat atas kejadian kecelakaan tersebut di selidiki jangan terus menghujat profesi guru dan yang paling disayang kan ditujukan ke semua guru seluruh Indonesia. Apa mas Yudi pemilik akun ini tidak tahu fakta di TKP atas peristiwa musibah tersebut.
Kalau belum tahu ini penulis spilkan 10 fakta kecelakaan bus yang ditumpangi siswa SMK Lingga Kencana yang sumbernya penulis ambil dari majalan Tempo edisi Senin, 13 Mei 2024, antara lain: 1). korban meninggal 11 orang yang terdiri 9 siswa 1 guru pendamping dan 1 pengguna sepeda motor. 2). Rem bus tersebut bermasalah, supir sempat memperbaiki. 3). Tak ada jejak rem di lokasi kejadian, yang ada malah ban mengalami slip. Saat peristiwa terjadi bus terbalik posisi ban kiri di atas. 4). Kecelakaan akibat rem blong. 5). TKP merupakan jalur rawan kecelakaan. 6). Bus tidak punya ijin angkutan, ijin yang ada sudah kadaluarsa dan belum diperpanjang. 7). Masa berlaku KIR sudah habis. 8). Acara perpisahan sudah ada kesepakatan antara pihak sekolah dan orang tua. 9). Ban bus sempat slip saat berangkat, banyak orang tua sudah punya firasat tidak enak. 10). Korban dapat santunan dari jasa raharja setiap korban meninggal memperoleh Rp 50 juta.
Fakta-fakta ini terus dikembangkan oleh kepolisian. Agar diperoleh pihak-pihak mana saja yang bertanggung jawab atas kejadian study tour berdarah ini. Jadi berpendapat di media sosial silahkan tapi ya harus faham benar peristiwa yang terjadi, jangan asal berkomentar tapi tidak faham atas peristiwa tersebut.
Penulis yang juga seorang pendidik merasa tersinggung dengan komentar yudi.hermawan89 yang tersebar luas di Tik Tok. Karena komentarnya memang pedas banget. Guru yang tahu seakan-akan makan seblak dengan level pedasnya 10, pedas banget. Demikian saudara Yudi komentar “jalan-jalan berkedok studi tour, guru-guru sekarang otaknya otak bisnis. Udah gratisan numpang, uang dari murid. Guru-guru seluruh Indonesia otaknya bisnis.” Kata-kata hujatan yang ditujukan ke seluruh guru-guru di Indonesia ini tidak sesuai dengan kenyataan.
Karena tidak semua guru bisa menikmati study tour. Kalaupun ada itu guru yang ditunjuk sebagai panitia penyelenggara study tour. Perlu diingat tidak semua sekolah atau madrasah melakukan kegiatan tersebut.
Guru yang ikut mendampingi siswa study tour itu tugasnya berat. Dari mulai perencanaan, perijinan, surat menyurat, administrasi siswa semua dilakukan. Memimpin doa, menyemangati siswa dan selalu mendampingi siswa dalam keadaan apapun saat melakukan perjalanan maupun di tempat study tour. Kalau siswanya sehat semua tidak masalah. Tapi kalau siswanya banyak yang teler. Guru harus hadir untuk merawat siswa tersebut. Mulai mencarikan obat, duduk disamping siswa yang sakit, mencarikan minum yang hangat, membujuk agar siswa yang sakit mau makan. Kalau ada siswa yang sakit tidak bisa diobati, kemudian guru tersebut mencarikan tempat klinik terdekat.
Pernah penulis harus menunggu siswa di klinik dan ditinggal rombongan. Karena harus menunggu siswa opname satu hari di klinik. Setelah siswa merasa baikan lalu naik grab mobil menuju lokasi tempat study tour. Jadi jangan dikira jadi guru pendamping itu enak dapat bonus gratis dan otaknya otak bisnis. Guru yang ikut itu harus badannya ekstra sehat, punya jiwa tangguh berada di lapangan, bisa mengkondisikan siswa dan punya inovasi serta kreasi yang tinggi agar siswa tidak jenuh saat menyelenggarakan studi tour.
Bisnis dari mana? Penulis tidak tahu persis kalau ada pihak sekolah atau guru entah di swasta atau negeri yang menjadikan study tour sebagai ajang bisnis. Tetapi yang penulis ketahui di sekolah swasta siswa bisa berangkat study tour saja sudah alhamdulillah. Ada lho guru harus tombok dulu, karena ada siswa yang pengen ikut tapi tidak ada biaya. Guru membayarkan dulu ke pihak agen tour, guru nalangi beberapa siswa agar siswa tersebut bisa ikut. Mereka sanggup melunasi dengan waktu 6-12 bulan. Atau paling tidak saat siswa lulus sudah lunas. Karena biasanya siswa yang study tour itu kelas XI yang mau naik ke kelas XII. Jadi salah besar kalau kesimpulannya guru-guru seluruh Indonesia otaknya bisnis. Itu pendapat dari orang yang saat sekolah tidak ikut study tour atau pendapat orang yang kurang piknik. Maaf masyarakat harus diedukasi, apa fungsi study tour bagi siswa yang mampu. Kalau tidak mampu, boleh tidak ikut. Di tempat kami, acara study tour diadakan bagi siswa kelas XI boleh di kota dalam satu provinsi atau di luar provinsi tergantung anggaran dan kemampuan anak, dan hukumnya tidak wajib. Kalau ada sekolah yang mewajibkan itu diluar sepengetahuan penulis. Study tour harus bermanfaat bagi perkembangan peserta didik. Menambah wawasan dan siswa mengetahui dunia luar.
Dalam pikiran penulis tidak ada guru yang sengaja melakukan bisnis dari kegiatan ini. Semua penerimaan dan pengeluaran dilaporkan ke siswa dan orang tua siswa. Ada kesepakatan yang sudah dibuat oleh guru dan orang tua.
Guru dibilang gratis ya silahkan, memang ketentuan untuk guru pendamping tidak membayar. Tapi apa kerja keras dari bapak ibu guru membuat perencanaan, mendampingi saat pelaksanaan dan bertanggung jawab atas segala kegiatan bisa dibayar dengan besarnya iuran. Itu termasuk lemburan karena kerja diluar jam mengajar. Jangankan tenaganya, nyawa guru juga ikut menjadi taruhan.
Cobalah masyarakat berfikir, kalau tidak setuju dengan kegiatan study tour silahkan, mau kritik guru ya silahkan, tapi jangan digebyah uyah semua guru seluruh Indonesia salah semua, tidak ada yang benar.
Kalau semua guru tidak ada yang benar dan otaknya otak bisnis, mengapa masyarakat masih percaya menitipkan anak-anaknya di bangku sekolah. Lha mbok Yo diajar sendiri di rumah. Kan bapak ibunya pintar matematika, bahasa Inggris, bahasa Arab, Agama, bahasa Indonesia, kimia, biologi, fisika, ekonomi akuntansi, sejarah, geografi, seni budaya, sosiologi, kewirausahaan, PKn, bahasa jawa, olahraga. Kalau di madrasah berarti orang tuanya selain pandai mapel umum di atas juga pandai mapel Al-Qur’an Hadis, Fiqih, sejarah kebudayaan Islam, akidah akhlak dan baca tulis Al-Qur’an. Silahkan kalau orang tua mampu memberi materi semua mapel ke putra putrinya. Tidak usah disekolahkan, didik saja putra putrinya dengan kemampuan yang bapak ibu miliki.
Uji sendiri anak tersebut, daftarkan ke ujian tingkat nasional agar putranya memperoleh ijazah dan pengakuan dari negara. Urus sendiri nomor induk siswa nasional (NISN). Urus sendiri nilai-nilai raport yang setiap semester diupload ke raport digital sekolah atau madrasah yang langsung terhubung dengan server Dinas Pendidikan Nasional atau ke Kantor kementerian agama pusat. Orang tua sekarang kan pada pinter teknologi jadi setiap hari bisa upload nilai harian putra putrinya ke RDM (Raport Digital Madrasah).
Cari sendiri blangko ijazah kelulusan, tulis sendiri nialinya tanda tangani sendiri dan stempel sendiri, stempel bisa pesan ke orang pembuat stempel. Kalau bapak ibu orang tua bisa melakukan sendiri administrasi dan pembelajaran putra putrinya dari jenjang kelas X, XI dan XII silahkan ambil putra putrinya dari sekolah atau madrasah.
Kami para guru akan mengajar siswa yang memang dititipkan oleh orang tua untuk mendidiknya. Hampir separoh waktu (8 jam) yang dimiliki oleh guru habis digunakan untuk melakukan kegiatan belajar mengajar.
Agar kelak putra putri bapak ibu menjadi manusia yang cerdas dan waras serta berbudi pekerti luhur bisa membanggakan orang tua, masyarakat, agama dan negara.
Putra putri bapak ibu kalau sukses, tidak pernah menyebut nama guru. Pasti mereka mengharumkan nama orang tuanya. Tidak pernah sedikitpun menyinggung nama gurunya. Anak dan orang tua tersebut bahkan melupakan jasa guru yang mendidik selama di bangku sekolah. Karena guru memang ikhlas dan sabar dalam mendidik putra-putri yang dititipkan di sekolah atau madrasah.
Dari kejauhan guru hanya bisa meteteskan air mata kebahagiaan karena anak didiknya telah berhasil menjadi seorang yang sukses dibidangnya. Sukses usaha dan kariernya, terbang tinggi meraih asa dan cita. Bapak ibu guru hanya manusia yang tidak perlu diingat dan terus dihina serta dicaci maki oleh oknum orang tua yang mungkin punya dendam kesumat yang tidak jelas asal usulnya. Guru akan senang hati dihujat dan dimaki. Karena guru memang harus terus belajar banyak ilmu termasuk belajar ilmu sabar dan ikhlas.
Nurul Azizah
Pemerhati pendidikan dan seorang pendidik.