humaniora.id Yogyakarta, (10/07/2024) – Delegasi Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, dipimpin oleh Wakil Ketua BKSAP, Putu Supadma Rudana (Fraksi P.Demokrat, Komisi VI), menggelar kegiatan ‘BKSAP Day’ atau diseminasi output diplomasi parlemen serta kolaborasi dengan komunitas akademik dan pegiat seni budaya di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, pada Rabu, 10 Juli 2024.
Kegiatan bertajuk “Diplomasi Parlemen dan Budaya dalam Memperkuat Hubungan Internasional dan Promosi Warisan Budaya” ini dihadiri pula oleh Wakil Ketua BKSAP lainnya, Gilang Dhielafararez (F-PDIP, Komisi III) dan Achmad Hafisz Tohir (F-PAN, Komisi XI); serta Anggota BKSAP Puteri Komaruddin (F-P.Golkar, Komisi XI), Ratih Megasari Singkarru (F-P.Nasdem, Komisi X), Linda Megawati (F-P.Demokrat, Komisi IX), dan Didi Irawadi Syamsuddin (F-P.Demokrat, Komisi XI). Hadir pula dari pihak ISI Yogyakarta, jajaran rektorat yang diwakili oleh Pembantu Rektor III bidang Kemahasiswaan Dr. M. Kholid Arif, Pembantu Rektor II Dr. Suryati, M.Hum, para pengajar, serta mahasiswa dari Fakultas Seni Rupa, Seni Pertunjukan, dan Seni Media Rekam.
Mengawali diskusi, Wakil Ketua BKSAP Putu S. Rudana menekankan pentingnya memanfaatkan kekayaan warisan budaya Indonesia untuk meningkatkan soft power dan upaya diplomasi budaya. Ia menyoroti pengakuan UNESCO terhadap Indonesia sebagai negara super power di bidang budaya, yang mencerminkan kekayaan ragam budaya bangsa. “Bayangkan jika hal ini dapat dikapitalisasi secara optimal sebagai kekuatan diplomasi Indonesia di tingkat global. Indonesia bisa benar-benar menjadi world’s ring of culture,” ujar Putu.
Ia juga memaparkan potensi diplomasi budaya sebagai jembatan untuk membangun hubungan antar manusia (people-to-people relations), kepercayaan dan pemahaman antar bangsa. “Diplomasi budaya sering kali lebih efektif dalam menyentuh hati dan pikiran orang dibandingkan dengan diplomasi politik. Melalui diplomasi budaya, tidak hanya soft power dan profil internasional kita yang meningkat; kita juga dapat menyebarkan nilai-nilai luhur bangsa seperti kemanusiaan, gotong royong, keberagaman, dan toleransi di mata dunia,” ujar Putu. Dengan penekanan pada potensi ekonomi dari sektor seni kreatif, Putu juga menyebut signifikannya kontribusi sektor ini terhadap PDB, dan manfaatnya bagi kesejahteraan masyarakat.
Putu juga mengapresiasi berbagai prestasi dan peringkat tinggi yang diraih oleh ISI Yogyakarta, khususnya dalam bidang seni rupa dan seni pertunjukan, berdasarkan pemeringkatan QS World. “Kami bangga dapat berkunjung dan bertukaran pikiran dengan rekan-rekan ISI Yogyakarta hari ini, yang merupakan pionir, sebagai lembaga pendidikan seni tertua di Indonesia,” ungkap Putu. Kerja sama budaya dan pendidikan, termasuk dalam bentuk pertukaran pelajar antar lembaga pendidikan seni dunia juga didorong oleh BKSAP DPR RI, agar dapat menjadi landasan hubungan antar manusia yang kohesif, sebagai modal kekuatan Indonesia di kancah global.
Putu kemudian menyoroti peran dan fungsi BKSAP DPR RI dalam menjalankan Diplomasi Parlemen, sesuai amanat UU No. 13 tahun 2019 (MD3). Ia menyoroti pergeseran dari diplomasi tradisional ke diplomasi multi-track yang inklusif, melibatkan berbagai pemangku kepentingan termasuk anggota parlemen, institusi pendidikan, pelaku seni budaya, dan masyarakat sipil. “Kalian adalah aktor diplomasi. Sebagai mahasiswa dan pelaku seni, semangat adik-adik harus terus ditingkatkan dalam mengembangkan karya, inovasi, dan mengharumkan nama bangsa. Kekayaan budaya kita harus menjadi aset utama, dan seni tidak boleh lagi dianaktirikan. Kami di parlemen, khususnya BKSAP, siap mendukung dan berkolaborasi,” tegas Putu.
Lebih jauh, Putu juga menjelaskan bagaimana diplomasi parlemen dapat mendukung upaya mendorong penguatan diplomasi budaya melalui kerja sama internasional dan promosi budaya Indonesia di berbagai forum parlemen. Diskusi antara para legislator dengan mahasiswa kemudian berlangsung dinamis dan konstruktif, dengan berbagai topik mulai dari kebebasan berekspresi, ruang gerak dan dukungan bagi seniman, kesempatan pelatihan dan peningkatan kapasitas, hingga dana abadi kebudayaan.
Mengakhiri diskusi, Putu menekankan harapannya agar dialog antara parlemen dengan pelaku seni budaya yang terbangun dapat menjadi katalisator bagi peningkatan afirmasi dan dukungan politik bagi bidang seni budaya. Ia juga berharap, inisiatif penyelenggaraan pameran seni di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, dapat direalisasikan dalam waktu dekat, termasuk dengan partisipasi ISI Yogyakarta. (BKSAP)