humaniora.id – Ksatria Tari Indonesia atau Ksatria Fest 2.0 merupakan ajang Kompetisi tari kreasi berbasis tradisi yang diinisiasi oleh Ksatria Swargaloka.
Ksatria Tari Indonesia bermula dari suatu grup tari Yayasan Swargaloka Art yang menjuarai ajang pencarian bakat dari salah satu televisi swasta Indonesia pada 2022, yang beranggotakan lima penari, yaitu Bathara Saverigadi Dewandoro, Bathari Putri Surya Dewi, Chikal Mutriara Diar, Denta Sepdwiansyah Pinandito, dan Afrilia Mustika Sari.
Grup tari ini kemudian menginisiasi sekaligus menyelenggarakan Ksatria Fest 2.0. Ksatria Tari Indonesia sendiri adalah sebutan untuk para pelaku seni tari yang aktif dan yang saat ini sedang memperjuangkan agar tari bisa tetap menjadi media ekspresi yang diminati masyarakat luas.
Ditemui di Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, 6/12/23. Drs. Suryandoro sebagai Executive Producer Ksatria Tari Indonesia, mengatakan bahwa “kelompok tari yang tampil di ajang Ksatria Tari Indonesia ini diharapkan memiliki visi misi yang kuat dan berpotensi untuk berkembang”.
Menurut Suryandoro, “Indonesia memerlukan pendekatan dan kemampuan baru guna membangun sistem dan produksi inovatif berkelanjutan, salah satunya dengan memberdayakan generasi muda lewat seni berbasis industri kreatif”.
“Kreativitas bisa menjadi kekuatan guna menyambut bonus demografi. Dengan kreativitas masyarakat bisa melakukan berbagai upaya, baik terkait dengan ketahanan budaya, maupun penciptaan hal-hal baru yang dirasakan relevan dengan kebutuhan kekinian,” lanjutnya.
Acara ini juga di meriahkan dengan lemah gemulai nya penari Pancamor dan juga Pandawa Lima, serta lantunan nada yang merdu dari Vien dan Devta, serta petikan bas dari Tata Early, juga permainan musik yang unik dari Gistara dimana semuanya tergabung dalam Swargaloka Production.
Hadir mewakili Direktur Perfilman, Musik dan Media Ditjen Kebudayaan, Kemendikbud Ristek RI, Ahmad Mahendra yaitu Pandu Pradana, Pamong Budaya Muda, Direktorat Perfilman Musik dan Media Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemdikbudristek RI, yang ikut menyaksikan acara KTI dan sejumlah budayawan, pejabat pemerintah , masyarakat pecinta seni tari, seniman Betawi dan juga aktor sinetron Kubil ” Bang Madit”.
Ada 113 grup dari 25 Provinsi telah mengikuti ajang perlombaan dan akhirnya hanya terpilih sebagai grup 5 besar yang masuk sebagai Finalis. Mereka adalah Cecakal (Daerah Istimewa Yogyakarta), Sanggar Seni Makuta (Gorontalo), EOU ( Pontianak ), Diamond Art Performance (Lumajang), Sesingidan kelompok tari di bawah manajemen Sanggar Puspowarno ( Daerah Istimewa Yogyakarta). Bertindak sebagai Juri Final, adalah para seniman potensial di bidangnya, yang terdiri dari Edi Irawan, S.Sn.,M.M, Sofura Maulida (Ufa Sofura), Siko Setyanto, dan Dwi Nusa Aji Winarno, S.Sn (Pemenang Ksatria Tari Indonesia 2022), dan Chun ‘Funky Papua’.
Dengan mengusung tema Jagoan Harus Percaya Diri, akhirnya kompetisi ini di menangkan oleh EOU grup tari yang berasal dari Pontianak dengan perolehan total nilai sebesar 1232.