Humaniora.id, Jakarta – Kompetisi seni dan olahraga tampak seperti sekuler dan profan. Yakni, saling mengalahkan lawan untuk meraih kemenangan.
Namun sesungguhnya tidak. Seni dan olahraga tidak hanya urusan menang kalah, tetapi juga urusan ekspresi dan sikap yakni merajut spirit of harmony antar sesama.
Setidaknya inilah yang menjadi evokasi bagi kedua seniman atlit, Bathara Saverigadi Dewandoro dan Denta Sepdwiansyah Pinandito. Keduanya telah memenangi Kompetisi Traditional Dancesport pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024.
“Kami sangat bersyukur sekali, diajang perdana Traditional Dance Sport diadakan di PON XXI menjadi peraih medali emas pertama. Lebih membanggakan kami turut menyumbang medali emas untuk Kontingen DKI Jakarta,” ujar Bathara Saverigadi Dewandoro kepada humaniora.id
Kesenian, ungkap Bathara, tidak hanya sekedar seni yang dipertunjukkan. Melainkan memiliki fungsi dan menjadi cerminan kehidupan bagi kelompok masyarakat.
Sementara kegiatan yang secara retrospektif diberi label sebagai olahraga tersebut telah menjadi bagian dari repertoar bersifat teatrikalitas, dan kompetisi. Olahraga adalah sebuah pertunjukan seni budaya.
“Kita adalah bagian dari identitas dan sejarah manusia. Supaya identitas itu tidak berhenti berbuatlah sesuatu untuk menyatakan keberadaanmu pada dunia,” tegas Bathara.
Bagaimana dan seperti apa kedua seniman tari dari Sanggar Tari Swargaloka ini berkiprah di
Kompetisi Traditional Dancesport pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024, berikut ini kami turunkan penuturan Bathara Saverigadi Dewandoro secara lengkap.
Sejauhmana pandangan seniman terhadap masuknya seni tari tradisi dalam olahraga?
Dance sport mungkin belum familiar di Indonesia. Sehingga masih hangat jadi pembicaraan. Dance sport sendiri sebenarnya juga berasal dari cabang tradisional yang ada di Eropa dan Amerika. Sudah lama masuk di ranah olahraga. Ke depan perlu diadakan forum resmi untuk traditional dance sport ini menjadi alternatif pengembangan talenta penari di Indonesia.
Awal mula menjadi atlet Dancesports?
Cabang atlit Traditional Dancesport ini baru. Di Jakarta belum familiar. Denta Sepdwiansyah Pinandito sebagai mantan atlit Traditional Dance sport Jawa Tengah mengajak saya untuk mendaftarkan diri sebagai atlit Cabor ini. Datanglah kami kepada orang yang berwewenang menangani atlit dansa Jakarta. Pak Erwan namanya. Beliau belum memiliki atlit traditional sehingga setelah kami mengajukan diri beliau mulai melakukan profiling kepada kami berdua. Bertanya soal prestasi dan kesiapan serta keinginan. Alhasil kami bisa meyakinkan Pak Erwan untuk menjadi perwakilan atlit dansa traditional. Lalu administrasi mulai diurus ke KONI DKI Jakarta.
Persiapannya?
Persiapan terus dilakukan untuk dipersiapkan mengikuti PON, sejak pertama kami menjadi atlit awal tahun 2023. Untuk uji skill kami juga mengikuti BK PON (Babak Kualifikasi PON), Fornas, dan beberapa lomba lainnya. Selain mempersiapkan koreografi, kami juga berlatih fisik seperti para atlit pada umumnya. Menjaga pola makan dan istirahat, agar memiliki performa yang bagus saat latihan. Ditambah kami juga memiliki coach untuk fisik guna meningkatkan kekuatan, daya tahan, ketahanan fisik lainnya. Disamping kami sebagai atlit juga harus menyadari untuk meningkatkan kualitas fisik sendiri. Persiapan koreografi menuju PON kami lakukan sejak awal tahun 2024. Menjelang PON kami juga mengikuti progam TC dari Koni berlatih selama satu bulan full nonstop.
Kompetisi yang diikuti sebelum menuju PON?
Babak Kualifikasi PON. Alhamdullilah kami berhasil memenangkan Emas.
Siapa saja yang berjasa dalam pencapaian prestasi di PON?
Kami punya mentor untuk koreografi yaitu Arif Surahman, pelatih Fisik dari KONI mas Agus Salim, Kak Ira yang selalu mengurus administrasi. Kami juga tentunya, pak Erwan dan teman-teman Atlit Dansa DKI Jakarta lainnya. Orang tua kami juga yang sangat support Teman-teman di Swargaloka yang selalu mendukung proses kegiatan kami. Ada komposer kami Bagaskoro Putro Dewandoro selalu menciptakan suasana musik yang luar biasa untuk karya kami. Ada narasumber gerak Minang kami Uda Benny dan Narasumber gerak Jawa Barat, Arbi Nuralamsyah.
Kontingen yang ikut berkompetisi?
Ada 12 kontingen. 3 Aceh, 3 Sumut, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah.
Kualitas lawan tanding?
Persaingan cukup ketat, karena mereka memiliki kepenarian yang juga sangat kuat.
Ada peristiwa heroik, dan mengharukan saat anda bertanding?
Selepas penampilan pertama di babak semi final saya ditandu dan segera mendapat pertolongan. Karena tiba-tiba kaki saya keram menyeluruh. Pusing yang amat sangat. Mungkin karena juga terserang nervous luar biasa. Persiapan yang meleset karena rundown acara mundur. Namun itu bisa teratasi setengah jam kemudian dan alhamdullilah bisa melancarkan performa di babak final.
Peminat Dancesports?
Belum banyak. Dancesport traditional masih jadi polemik. Masih banyak pertanyaan soal apa yang dinilai dan lain sebagainya. Namun menurut saya olahraga itu juga seni. Dikatakan seni ketika menjadi ekspresi artistik, yang mengedepankan kreativitas dan emosi penyampaiannya. Dikatakan olahraga ketika kita melihat dari kacamata fisiknya, karena di dalamnya ada kecepatan, ketepatan, daya tahan, kesimbangan, kelenturan dan sebagainya. Ada standar penilaian fisik dan dikompetisikan.
Sikap Anda terhadap polemik itu?
Bagi saya polemik ini sebenarnya ini bisa dilihat sebagai pengakuan bahwa tari adalah bentuk seni yang sangat kaya dengan berbagai dimensinya. Tari sebagai seni menginspirasi emosi dan kreativitas. Tari sebagai olahraga mengasah keterampilan fisik dan teknik. Keduanya saling melengkapi dengan berbagai perspektifnya.
Tentang Bathara dan Denta
Bathara Saverigadi Dewandoro, adalah seorang pelatih tari, dan juga penari. Lahir di Bantul DI Yogyakarta, 7 Februari 2007. Alumni London School Of Public Relation, Program Studi Performing Arts Communication.
Peraih Rekor Muri “Penata Tari Tradisional Jawa Termuda” (2013). Penghargaan Anugerah Kebudayaan “Remaja Berprestasi” Menteri Pendidikan & Kebudayaan RI (2015). Certificate Intensive 3 Week Course in New Zealand Arts & Culture Development Programme – Auckland University of Technology (2016). Juara 1 Indonesia Mencari Bakat Trans TV 2021.
Denta Sepdwiansyah Pinandito, adalah seorang penata tari, penari, dan penata kostum. Lahir Jakarta, 19 September 1998. Alumni Jurusan Tari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Penata Tari Sendratari “Kisah” di Galeri Indonesia Kaya Bersama Swargaloka.
Tahun 2017 Meraih Medali Perunggu Dance Sport Pra-PON Tingkat Nasional. Mengikuti Misi Kebudayaan di Malaysia Bersama NASA Dance Yogyakarta. Desainer Kostum Ksatria IMB (Indonesia Mencari Bakat), Juara 1 Indonesia Mencari Bakat Trans TV Tahun 2022, dan menjadi Narasumber Tatra Talks FKM Universitas Indonesia.