Jumat, Mei 23, 2025, 18:51
  • Advertising
  • Shop
  • Donasi
  • Contact
  • Login
Humaniora.id
Advertisement
  • Halaman Depan
  • Budaya
  • Musik
  • Film
  • Edukasi
  • Gaya Hidup
    • Entertainment
    • Fesyen
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Pariwisata
  • Aneka
    • Berita & Peristiwa
      • Ekonomi Bisnis
      • Humaniora
      • Berita Dunia
    • Agenda
      • Daftar Agenda Konser/Perfomance Musik
      • Schedule of “Harmoni Indonesia 2nd IICFI 2023”
      • Undangan Terbuka Lomba Tari Nusantara Kejuaraan Kemendagri di Indonesia International Culture Festival 2023
      • Kejuaraan Pencak Silat Piala Kemendagri: Menggelorakan Seni Tradisi Menuju Harmoni Indonesia IICF 2023
      • Festival Film Pendek 2023 “MODERASI BERAGAMA”
    • Info Loker
No Result
View All Result
Humaniora.id
  • Halaman Depan
  • Budaya
  • Musik
  • Film
  • Edukasi
  • Gaya Hidup
    • Entertainment
    • Fesyen
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Pariwisata
  • Aneka
    • Berita & Peristiwa
      • Ekonomi Bisnis
      • Humaniora
      • Berita Dunia
    • Agenda
      • Daftar Agenda Konser/Perfomance Musik
      • Schedule of “Harmoni Indonesia 2nd IICFI 2023”
      • Undangan Terbuka Lomba Tari Nusantara Kejuaraan Kemendagri di Indonesia International Culture Festival 2023
      • Kejuaraan Pencak Silat Piala Kemendagri: Menggelorakan Seni Tradisi Menuju Harmoni Indonesia IICF 2023
      • Festival Film Pendek 2023 “MODERASI BERAGAMA”
    • Info Loker
No Result
View All Result
Humaniora.id
No Result
View All Result
Home Entertainment Film

Bapak Perfilman Indonesia “Usmar Ismail”

Karya dan pemikirannya tentang film Indonesia menjadi terobosan besar dalam industri perfilman pada masanya, bahkan masih sangat relevan hingga kini.

Lee Sandie Tjin Kwang by Lee Sandie Tjin Kwang
Maret 20, 2023
in Film, Sosok, Tokoh
1
Bapak Perfilman Indonesia
13
SHARES
252
VIEWS
Share on FacebookShare on WhatsAppShare on Twitter

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp humaniora.id

+ Gabung
Dengarkan berita ini

humaniora.id – Bapak Perfilman Indonesia “Usmar Ismail”. Membahas perfilman Indonesia tidak bisa lepas dari sosok Usmar Ismail, seorang sutradara film, sastrawan, wartawan, dan pejuang Indonesia. Karya dan pemikirannya tentang film Indonesia menjadi terobosan besar dalam industri perfilman pada masanya, bahkan masih sangat relevan hingga kini.

Ia lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat pada tanggal 20 Maret 1921. Ia menempuh pendidikan di HIS Batusangkar dan MULO Simpang Haru, Padang, lalu ke AMS-A Yogyakarta (sekarang menjadi SMA Negeri 1 Yogyakarta).

Usmar Ismail, Sastra, Jurnalistik, dan Film

Sejak kecil, Usmar Ismail telah menunjukkan bakat sastranya. Bakatnya semakin berkembang setelah bekerja di Keimin Bunka Sidosho (Kantor Besar Pusat Kebudayaan Jepang) dan mementaskan drama bekerja sama dengan Armijn Pane dan budayawan lainnya. Pada tahun 1943, ia mendirikan kelompok sandiwara Maya bersama El Hakim, Rosihan Anwar, Cornel Simanjuntak, Sudjojono, H.B. Jassin, dan lain-lain. Maya mementaskan sandiwara antara lain, Taufan di Atas Asia (El Hakim), Mutiara dari Nusa Laut (Usmar Ismail), Mekar Melati (Usmar Ismail), dan Liburan Seniman (Usmar Ismail), dan menjadi cikal bakal teater modern di Tanah Air.

Bapak Perfilman Indonesia

Usmar menjalani dinas kemiliteran setelah Proklamasi Kemerdekan dan mendirikan surat kabar Rakyat bersama Sjamsuddin Sutan Makmur dan Rinto Alwi. Ketika Jakarta di duduki kembali oleh sekutu pada bulan September 1945, ia dan kawan-kawannya menyingkir ke Yogyakarta dan mendirikan harian Patriot dan bulanan Arena. Ia terpilih menjadi Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) periode tahun 1946-1947. Saat menjalani profesinya sebagai wartawan politik kantor berita Antara dan sedang meliput perundingan Belanda – RI di Jakarta pada tahun 1948, Usmar di tangkap oleh Belanda karena di tuduh terlibat kegiatan subversi.

Usmar di tahan sambil di pekerjakan di South Pacific Corporation, perusahaan produksi film milik Belanda. Setelah sempat membantu Andjar Asmara menyutradarai Gadis Desa, ia kemudian menerima ajakan Andjar Asmara untuk mengerjakan film-film produksi South Pacific Corporation. Dalam waktu satu tahun, Usmar menyutradarai dan merilis dua film pertamanya, yaitu Harta Karun dan Tjitra. Namun, tak satu pun yang memuaskan hatinya. Ia merasa daya kreativitasnya terkekang.

Perfini dan Awal Karier Usmar Ismail

Setelah akhirnya di bebaskan dan keluar dari South Pacific Corporation, Usmar mulai menaruh minatnya yang lebih serius pada perfilman. Perkenalannya dengan film sebenarnya bermula saat masih menjadi siswa MULO di Padang yang sesekali ke bioskop meskipun di larang ayahnya. Namun, perkenalannya lebih jauh dengan sinematografi terjadi saat ia masih di Yogyakarta. Didikan orang Jepang berdarah Korea bernama Hinatsu Eitaroo alias Huyung menyadarkannya bahwa film sangat ampuh di jadikan alat menyampaikan kritik dan gagasan. Ia dan kawan-kawannya, antara lain, Andjar Asmara, Armijn Pane, Sutarto, dan Kotot Sukardi, hampir setiap minggu berkumpul dan berdiskusi tentang seluk-beluk film di suatu gedung di depan Stasiun Tugu.

Bacajuga:

Sore Istri dari Masa Depan Rilis Official Poster & Trailer, Siap Memukau Penonton

Legenda Kelam Malin Kundang: Film Drama-Misteri-Thriller Terbaru Siap Meramaikan Film Indonesia

Bapak Perfilman Indonesia

Pada tanggal 30 Maret 1950, Usmar Ismail mendirikan Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini). Perfini menjadi perusahaan film pertama milik pribumi yang didirikan di Jakarta. Pada hari yang sama, Usmar Ismail juga melakukan pengambilan gambar perdana film Darah dan Doa. Film Darah dan Doa Film Indonesia pertama yang seluruh bagiannya di kerjakan oleh anak Bangsa. Peristiwa tersebut kemudian di peringati sebagai Hari Film Nasional. Usmar Ismail melanjutkan pendidikannya ke Amerika Serikat pada tahun 1952 dan berhasil lulus dari jurusan Film, Universitas California, Los Angeles. Demi memantapkan kariernya di bidang perfilman.

ADVERTISEMENT

Sekembalinya ke Indonesia, ia di hadapkan dengan situasi politik yang semakin memanas menjelang Pemilu 1955 yang turut menyeret perfilman. Pada saat yang sama, nasib perfilman juga cukup mengkhawatirkan karena persaingan cukup berat dari film Malaya dan India, serta penolakan bioskop-bioskop kelas satu yang di monopoli film Amerika. Pada tahun 1955, Usmar Ismail bersama dengan Djamaluddin Malik memelopori penyelenggaraan festival film yang mempersatukan para produser film dan menjadi ajang tertinggi bagi insan perfilman Indonesia. Festival ini yang sampai sekarang dikenal sebagai Festival Film Indonesia.

Masa-Masa Sulit Perfini

Di tengah aksi boikot film-film Amerika dan serangan kelompok-kelompok kiri terhadap Usmar, keuangan Perfini mulai morat-marit dan tidak mampu mendukung kelangsungan perusahaan. Meskipun beberapa karyanya meraih keuntungan komersial, ia tetap tidak bisa menyelamatkan Perfini dari kesulitan finansial. Pada tahun 1960, Usmar Ismail terpaksa menutup studio Perfini di Mampang. Setelahnya, sesekali ia masih membuat film dengan berafiliasi ke Lesbumi (Lembaga Seniman Muslimin Indonesia), Nahdlatul Ulama, dan beberapa instansi pemerintah. Usahanya untuk kembali ke industri film sepanjang dekade 1960-an juga selalu gagal.

Bapak Perfilman Indonesia

Usmar Ismail wafat pada tanggal 2 Januari 1971 di usia yang belum genap 50 tahun. Ia pergi dengan memendam kekecewaan mendalam akibat masalah kerja sama. Yang melibatkan Perfini dengan perusahaan film internasional asal Italia saat membuat film Adventures in Bali. Selama hidupnya, ia sudah membuat lebih dari 30 film dengan beragam genre. Beberapa karya layar lebar lainnya yang ia sutradarai adalah Darah dan Doa (1950), Enam Jam di Yogya (1951), Dosa Tak Berampun (1951), Krisis (1953), Kafedo (1953), Lewat Djam Malam (1954), Tiga Dara (1956), Asrama Dara (1958), Pedjuang (1960), dan Big Village (1969).

Filmnya, Pedjuang, di tayangkan di Festival Film Internasional Moskwa ke-2 pada tahun 1961 dan membuatnya mulai dikenal secara internasional. Film yang bercerita tentang dokumentasi kemerdekaan Indonesia dari tangan Belanda ini menjadi film Indonesia pertama yang di tayangkan di festival internasional. Film Tiga Dara bahkan telah direstorasi dan di tayangkan ulang di bioskop pada tahun 2016. Ia layak di sebut Bapak Perfilman Indonesia.

Salam Sinema!

Share5SendTweet3
Lee Sandie Tjin Kwang

Lee Sandie Tjin Kwang

adalah Bendahara Umum di Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan

Related Posts

Sore Istri dari Masa Depan Rilis Official Poster & Trailer, Siap Memukau Penonton
Film

Sore Istri dari Masa Depan Rilis Official Poster & Trailer, Siap Memukau Penonton

by Aloysius Bayu
Mei 23, 2025
Legenda Kelam Malin Kundang: Film Drama-Misteri-Thriller Terbaru Siap Meramaikan Film Indonesia
Film

Legenda Kelam Malin Kundang: Film Drama-Misteri-Thriller Terbaru Siap Meramaikan Film Indonesia

by Aloysius Bayu
Mei 20, 2025
Next Post
KCIC Buka Lowongan

KCIC Buka Lowongan Lulusan S1 Jadi Penerjemah Bahasa Mandarin

Comments 1

  1. Ping-balik: Perjalanan Piala Citra

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Herbal Premium Herbal Premium Herbal Premium

Premium Content

Calboned

CALBONED Soybean Drink Powder ORIGINAL, Minuman Kalsium Mencegah Stroke, Kesehatan Tulang dan Kulit

Januari 31, 2024
Tes Psikologi Weton Kaya

Tes Psikologi Weton Kaya: Yuk Kenali Pikiran Bawah Sadar Kamu

April 7, 2025
Hunian Tepat Untuk Milenial

Harvest City, Hunian Paling Tepat Untuk Milenial

Juli 20, 2023
Muslim LifeFair Bekasi di Revo Mall! Antusiasme Warga Bekasi Sambut Bulan Ramadan

Muslim LifeFair Bekasi di Revo Mall! Antusiasme Warga Bekasi Sambut Bulan Ramadan

Februari 21, 2025
Kelas Barista di Bekasi

LKP Kopi Bang Jack Buka Perdana Program Keterampilan Kelas Barista di Bekasi

Juli 23, 2023

Telusuri Berdasarkan Kategori

ikuti kami di google news

Atribut Width dan Height di Tag Marquee Rumah Berita - humaniora.id | Membangun Spirit Inklusif - Terima kasih telah menjadi pembaca setia humaniora.id

Tentang humaniora.id – Redaksi –  Kode Etik – Pedoman Media Ciber – Disclaimer – Pasang Iklan – Daftar Jadi Penulis

Info kerjasama hubungi kami di
0821 3030 2233

Kunjungi Halaman ==> Iklan

Categories

PojokInfo

Tes Psikologi Weton Kaya
Advertorial

Tes Psikologi Weton Kaya: Yuk Kenali Pikiran Bawah Sadar Kamu

by Redaksi
April 7, 2025
0

humaniora.id - Tes Psikologi Weton Kaya: Yuk Kenali Pikiran Bawah...

Load More

KONSER “NDX AKA TOUR MALAYSIA 2025 26 Juli 2025

https://www.youtube.com/watch?v=AYm6qdO6_9s

 

Buruan dapatkan tiketnya di sini

©22 web by igmastudio

No Result
View All Result
  • Halaman Depan
  • Budaya
  • Musik
  • Film
  • Edukasi
  • Gaya Hidup
    • Entertainment
    • Fesyen
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Olahraga
    • Pariwisata
  • Aneka
    • Berita & Peristiwa
      • Ekonomi Bisnis
      • Humaniora
      • Berita Dunia
    • Agenda
      • Daftar Agenda Konser/Perfomance Musik
      • Schedule of “Harmoni Indonesia 2nd IICFI 2023”
      • Undangan Terbuka Lomba Tari Nusantara Kejuaraan Kemendagri di Indonesia International Culture Festival 2023
      • Kejuaraan Pencak Silat Piala Kemendagri: Menggelorakan Seni Tradisi Menuju Harmoni Indonesia IICF 2023
      • Festival Film Pendek 2023 “MODERASI BERAGAMA”
    • Info Loker
  • Login
  • Cart

©22 web by igmastudio

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?