Banyuwangi, humaniora.id – Dewan Juri Banyuwangi Film Festival (BFF) 2023 telah menetapkan 10 film karya terbaik melalui Rapat Dewan Juri yang berlangsung secara off-line dan online, dari Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, Rabu (04/10/2023).
Pemenangnya akan diumumkan pada “Malam Penganugerahan BFF 2023” yang digelar di Gedung Juang 45 Kota Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu malam (07/10/2023).
Komposisi Dewan Juri merupakan keterwakilan dari berbagai unsur, diantaranya; Budayawan/Seniman, Pengamat/Kritikus/Wartawan Film, Pekerja Film, Akademisi/Pengajar Film/Seni/Budaya.
Mereka adalah Eddie Karsito (Ketua Dewan Juri), Nur Ahmadi (Sekretaris Dewan Juri), Benny Kadarharianto (Anggota), Satria Nusantara P. (Anggota), dan RM. Eko Lindu (Anggota).
“Penilaian Dewan Juri meliputi; gagasan, originalitas dan keunikan/ide cerita, serta nilai pesan yang disampaikan. Termasuk unsur estetika dan teknik, meliputi keaktoran, artistik, fotografi, musik tema, editing, dan unsur pendukung lainnya,” terang Eddie Karsito Ketua Dewan Juri (BFF) 2023 usai penjurian.
Panitia Penyelenggara Banyuwangi Film Festival (BFF) 2023 telah menyeleksi 30 judul film merupakan karya para sineas dari berbagai daerah di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Film tersebut yang kemudian dinilai oleh para Dewan Juri. Panitia telah menyiapkan trophy dan plakat penghargaan film terbaik, untuk Juara 1,2, dan 3, serta Juara Harapan 1 dan 2.
Mohamad Yanuarto Bramuda,S.Sos.,MBA.,MM, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Kabupaten Banyuwangi menyatakan, mendukung dan menyambut baik penyelenggaraan Banyuwangi Film Festival (BFF) 2023 ini.
“Banyuwangi Film Festival (BFF) sudah beberapa kali diadakan sejak tahun 2019. Tapi BFF kali ini merupakan festival pertama yang melibatkan karya para sineas diluar Banyuwangi,” ujar MY. Bramuda, sebelum penjurian berlangsung.
Film-film peserta BFF sangat bervariatif, dan lintas genre. Meliputi film cerita drama, horor, kisah nyata, maupun cerita berlatar belakang sejarah. Termasuk juga film dokumenter drama, dan atau film dokumenter.
Peserta tidak hanya dari Kabupaten Banyuwangi, ada juga dari kabupaten kota lainnya. Antara lain dari Jember, Lumajang, Probolinggo, Malang, dan Surakarta, Jawa Tengah.
“Pemkab Banyuwangi menyadari film tak sekadar soal promosi pariwisata. Tapi juga jalan bagi para sineas untuk tumbuh dan menghasilkan karya terbaik. Menjadi langkah awal menuju tangga kesuksesan di film industri komersil,” ujar MY. Bramuda.
Hadir saat proses penjurian antara lain, Ketua Panitia BFF, Sukanti Swastikawati, S.H., MM, Wakil Ketua BFF Bambang Harjito, SE, M.Si, dan beberapa unsur kepanitiaan terkait.
“Kabupaten Banyuwangi tercatat sebagai wilayah yang industri pariwisatanya berkembang pesat. Secara tidak langsung film turut mempromosikan wilayah melalui proses kreatif. Kegiatan BFF turut mengangkat nama Banyuwangi lewat karya para sineas,” ujar Ketua Panitia BFF, Sukanti Swastikawati, S.H., MM,.
Banyuwangi Film Festival (BFF) diselenggarakan oleh Kofiwangi (Komunitas Film Banyuwangi).
Didukung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, Dewan Kesenian Blambangan (DKB), dan sejumlah lembaga terkait.
Disponsori oleh Mustika Batik, La Tulipe Indonesia, Cleo Pure Water, Ikatan Kebaya Indonesia Cabang Banyuwangi, PT. Bumi Suksesindo (BSI), PT. Elano Kusuma Shipping, ITS Mandala Jember Kampus IV Banyuwangi, dan HKTI (Himpunan Kelompok Tani Indonesia)./*