JAKARTA, humaniora.id – Lebih dari 50 pelukis yang tergabung dalam wadah ASPEN (Asosiasi Pelukis Nusantara) ikut menggelar karyanya dalam perhelatan “Pergelaran Seni Rupa Berbasis Budaya Nusantara 2025.”
Pameran lukisan ini berlangsung selama sepekan, di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jl. Medan Merdeka Selatan No.11 Gambir Kota Jakarta Pusat, selama seminggu (10 – 17 Februari 2025).
“Pameran ini kita harapkan dapat menjadi pembelajaran dan penyadaran budaya,” ujar Mas Wito, Sekretaris Umum Asosiasi Pelukis Nusantara (ASPEN) kepada humaniora.id, di Jakarta, Sabtu (01/02/2025).
Seni rupa, kata pelukis yang sejak kecil sudah menjuarai lomba lukis dari sekolah dasar hingga menjadi pelukis profesional ini, juga membantu meningkatkan kesadaran tentang isu-isu sosial.
“Melalui karya lukis masyarakat dapat belajar tentang pentingnya menjaga dan melestarikan warisan budaya,” ujar Mas Wito.
Salah satu kebanggaan di bidang seni lukis adalah banyaknya pelukis Indonesia yang karya-karyanya dikenal oleh dunia, seperti Raden Saleh, Basuki Abdullah, Affandi, S. Sudjojono, dan perupa lainnya.
Mas Wito mengharapkan pameran ini dapat menginspirasi para pelukis-pelukis muda untuk bisa lebih berperan.
“Tentu dengan menitik beratkan pada kesenian dan adat budaya bangsa kita yang sedemikian besar untuk diperkenalkan kepada dunia,” ujar Pendiri Komunitas Pelukis Peruja (Perupa Jakarta) ini.
Sesuai visi dan misinya, keterlibatan Asosiasi Pelukis Nusantara (ASPEN) di perhelatan “Pergelaran Seni Rupa Berbasis Budaya Nusantara 2025” ini, terang Mas Wito, ingin lebih mengembangkan minat dan bakat anggota ASPEN dalam bidang seni lukis secara profesional.
Asosiasi Pelukis Nusantara (ASPEN), adalah organisasi profesi yang bergerak dalam bidang seni lukis. Keberadaanya ditujukan sebagai fasilitator dan akomodator bagi para pelukis di seluruh Indonesia.
“Melalui berbagai kegiatan pameran ASPEN ingin meningkatkan apresiasi seni lukis dan mengembangkan bakat seni lukis serta meningkatkan kemampuan keorganisasian,” ujar Mas Wito.
Eny Sulistyowati S.Pd. , SE , M.M, selaku Ketua Panitia Penyelenggara Pergelaran Seni Rupa Berbasis Budaya Nusantara 2025 mengharapkan, kegiatan pameran ini bisa mengangkat marwah seni lukisan Indonesia.
“Terutama terkait dengan adat istiadat, tradisi, kultur, serta kehidupan sosial bangsa Indonesia yang dituangkan di kanvas. Pameran juga diharapkan dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi generas penerus bangsa yang mendalami bidang seni,” ujar Eny Sulistyowati.
Gratis dan Terbuka untuk Umum
Masyarakat yang ingin menyaksikan pameran lukisan ini gratis dan terbuka untuk umum. Pengunjung dapat melihat berbagai karya terbaik dari para seniman serta menikmati dan mengapresiasi karya mereka.
Selain pameran lukisan, acara “Pergelaran Seni Rupa Berbasis Budaya Nusantara 2025” ini juga menampilkan berbagai karya fotografi, patung, dan karya busana dengan latar belakang seni budaya Nusantara – Indonesia.
Menurut Eny Sulistyowati, model dan artis film ternama Raline Shah juga akan tampil dalam sesi Fashion Show Etnik Nusantara pada pembukaan acara ini, Senin (10/02/2025).
Raline Shah akan tampil sebagai ikon dalam balutan busana etnik, pada sesi fashion show etnik Nusantara bersama sejumlah model lainnya.
Ikut menyemarakkan sesi Fashion Show Etnik Nusantara ini, para desainer, peragawan-peragawati, para artis terkemuka, dan selebriti lainnya, diantaranya; Angkie Yudhistia, Tantri Dyah Kirana Dewi, Regita Cahyani, aktor sinetron dan politisi Dede Yusuf, dan publik figur lainnya.
“Pergelaran Seni Rupa Berbasis Budaya Nusantara 2025 juga disemarakkan dengan berbagai kegiatan, antara lain; sarasehan tentang pelestarian, dan demo proses pembuatan tenun.
Ada demo fotografi, demo melukis sosok budayawan, demo melukis penari daerah berbusana lengkap sebagai penari, lomba melukis dan mewarnai untuk anak-anak tingkat PAUD, TK, dan SD, dan acara lainnya.
“Pergelaran Seni Rupa Berbasis Budaya Nusantara 2025” ini melibatkan anggota dan seluruh komponen pengurus di tingkat Dewan Pimpinan Wikayah (DPW) di 18 provinsi.
KSBN saat ini memiliki kepengurusan; Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) di 18 provinsi sejak didirikan tahun 2017./***