humaniora.id – Disadari atau tidak, karakter ini seolah mengaplikasikan UU Komor 23 Tahun 2002, tentang perlindungan anak, yakni penyadaran untuk menjamin seorang anak agar kehidupannya bisa berjalan dengan normal, maka negara telah memberikan payung hukum.
Alumni IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta Fak Syari’ah, Tafsir Hadits ini mengurainya lagi, “Disini para santri tidak boleh mengganggu ketenangan orang lain, menyakiti fisik non fisik, mencela, mengambil atau merusak milik orang lain. Bahkan para santri tidak boleh pegang atau mencolek anggota badan orang lain. Juga tidak boleh memberi julukan yang tidak pantas pada orang lain,” tegas Dosen Ilmu Al Qur’an, Unwaha, Tambakberas, Jombang.
Meski begitu, Bu Nyai Umda mengakui, karena tengah berproses, jadi masih ada saja pelanggaran-pelanggaran kecil dari anak-anak yang tentunya segera diselesaikan dengan persuasif dan kekeluargaan.
Menurut Bu Nyai yang ramah dan penuh kasih sayang ini, untuk mewujudkan program itu, para pengasuh pondok terus diharapkan untuk dapat menjadi pelopor. Pelbagai program pun digulirkan pondok agar para santri terhindar dari pelecehan seksual dan kekerasan dari orang-orang disekitarnya. Baik itu dari penerapan kurikulum dan pengkajian kitab-kitab yang diajarkan.
Selain itu kedislipinan bisa juga berasal dari pembinaan dan kegiatan yang dihelat saban malam Selasa dan malam Jumat. Begitu juga dengan Mauidhoh Abah Kiai Hasan dan Bu Nyai Umda. Juga dari even-event pendukung semisal seminar dan pelatihan-pelatihan di sekolah dan sebagainya.
Bahkan selama Ramadan kegiatan keagamaan santri ditambahkan lagi. Selama Ramadan santri mengaji 4 waktu, yakni ba’da Subuh, ba’da Dhuhur, ba’da Ashar dan ba-da Isya. Sedangkan waktu sekolahnya umumnya hanya separuh waktu.
“As Sai’diyah 2, sebagai pesatren ramah anak, berusaha konsisten untuk tidak mempekerjakan santri dibawah umur. Kalau pun ada yang free mondok sambil ngabdi itu harus yang sudah mahasiswa. Itu pun pekerjaan yang ringan, semisal jaga gerbang, mengepel, driver atau dapur. Jadi di pondok ini juga ada yang free sambil mengabdi, seperti menyetiri mobil saya selama tidak mengganggu kuliahnya,” tandas mantan aktifis Fatayat NU ini.
Lalu adakah yang membedakan Pondok As Saidiyyah2 dengan pondok-pondok sejenis, baik mengenai program pembelajarannya, metodenya, kajian-kajiannya, kitab-kitabnya?
Bu Nyai Umda.menguraikan bahwa kalau di Tambakberas, setiap asrama /ribath yang semuanya dari unsur dzurriyyah, sudah pasti ada pakem-pakemnya untuk ilmu-ilmu apa saja yang diajarkan. Akan tetapi semua pondok terkait boleh menggunakan kitab yang berbeda sesuai dengan kebijakan pengasuhnya.
Adapun standartnya adalah semua asrama/ribath harus mengajarkan Al Qur’an dan tajwid, ilmu alat agar bisa membaca kitab kuning , tafsir, hadits, fiqih, akhlaq/ tasawuf, dan kitab-kitab pendukung lain. Adapun kitab-kitab dan pengarangnya diserahkan kepada pengasuh masing-masing selama dalam koridor Aswaja dan Madzhab Syafi’i atau madzhab yang empat.
Saban hari di pondok ini para santri didampingi dan dibimbing langsung oleh pengasuh. Bahkan Abah KH.Ach.Hasan Mpdi dan Bu Nyai Dra.Umdatul Qoirot turun langsung dengan dibantu oleh putra / putrinya semisal Gus Imdad dan Ning Windi. Dengan begitu selain beristiqomah ngimami jamaah 5 waktu, Pak Kiai dan Bu Nyai mengajar langsung para santri termasuk mempelajari kitab kuning sembari mengawasi tingkat kemampuannya. Karena itu untuk santri tingkatan Madrasah Diniyah Ula ( tingkt dasar ) masih dalam bimbingan ustadz / ustadzah untuk pendasaran pembelajaran kitab kuning.
Program ekstra di pondok ini adalah Dibaiyah, Khotmil Quran, Ratib Al Hadad, Manaqib, Seni Baca Al Quran, Kesenian/Keterampilan, Barzanji, Khitobah, Istighosah, Hadroh dan Olah Raga. Al Quran bin Nazdor, Tahfidz Al Quran, Sorogan Rutin, Setor hapalan surat -surat penting dan ujian baca kitab akhir semester.
Adapun kitab-kitab yang dibaca adalah Nahwu Shorof : Metode Amsilati, Fiqih : Mabadi Fiqhiyah, Fathul Qarib, Fathul Mu’in, Hadist : Arbain Nawawi, Bulughul Marom, Riyadlus Sholihin, Tauhuf : Jawahirul Kalamiyah dan Fathul Majid, Tafsir : Tafsir Munir, Tasawuf : Ihya Ulumiin, Bidayatul Hidayah, Kifayatul Atqiya, Akhlak : Ta’limul Mutta’alim, Akhlak Lil Banin, Akhlak Lil Banat dan sebagainya.
Untuk menjaga kenyamanan, para santri tidur diatas ranjang berkasur yang layak. Isi kamar pun disesuaikan dengan kapasitas yang pas hingga santri tidak berdesak-desakan.
Nah, kalau soal makan. Di pondok ini santri makan 3x sehari dengan menu makan yang sehat, layak dan bergizi. Semua menu diolah dan disajikan pekerja profesional yang mumpuni dalam soal kuliner.
Yang juga diterapkan dalam kebijakan di pondok ini adalah semua pekerjaan primer dikerjakan oleh tenaga profesional. Para santri/ pengurus sifatnya hanya membantu dan mengawasi saja. Semua projek pembangunan semuanya dikerjakan oleh tukang dan mandor profesional. Dan semuanya tertata dan terencana dengan baik.
Sejatinya As Saidiyyah 2 adalah pesantren mandiri yang tidak menggantungkan diri pada bantuan pemerintah atau pihak manapun. Bertumpu pada keyakinan, Allah akan selalu membuka pintu jalan kluar yang lebih baik dan sempurna bagi eksistensi sebuah pondok.
Tapi yang pasti, bagi para santri yang lulus dari pondok ini ada standart kompetensi sebagai alumni Bahrul Ulum.
“Semua santri yang bernaung dibawah kepengasuhan dzurriyah dan bersekolah di Bahrul Ulum, dibaiat sebagai alumni Bahrul Ulum,” pungkas Bu Nyai Umda, anggota Pengawas Yayasan PP. Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, 2022- 2027.
Minat mondok di As Sa’idiyyah 2 BU? Tenang, prosesnya mudah dan gak ribet kok. Pendaftaran masuk santri baru sudah dibuka sejak 01 Februari 2024 dan ditutup hingga jumlah quota terpenuhi. Menerima santri MI/SD/Mts/MAI/Unwaha/Tahfid Alquran.