humaniora.id – Dalam waktu yang tersisa tiga bulan ke depan, rakyat dan bangsa Indonesia saat ini sedang terus dibuai oleh harapan dan impian. Ya, harapan dan impian yang sedang dibangun oleh para kandidiat pemimpin negara dan bangsa yang sedang berkampanye demi mendapatkan posisi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia tersebut, sesungguhya sedikit banyaknya telah membuai sebagian besar rakyat bangsa ini.
Tetapi, apakah rakyat atau masyarakat Indonesia sadar, bahwa ada perbedaan yang sangat krusial antara harapan dan impian? Mengapa saya katakan krusial? Karena sekilas jika kita mengatakan harapan dan impian, sepertinya kedua kata tersebut mempunyai persamaan arti kata secara struktural, tetapi sebenarnya mempunyai arti yang sangat berbeda secara filosofis bahkan secara ilmiah, yang harus segera diketahui oleh rakyat bangsa ini, agar tidak terbuai dengan perkataan-perkataan atau janji-janji kampanya para kandidat pemimpin negara ini.
Dengan demikian, maka rakyat nantinya dapat membedakan mana calon pemimpin negara yang benar-benar dapat memberikan program atau janji-janji yang berisi harapan, dan mana calon-calon pemimpin negara yang hanya mampu memberikan program atau janji-janji yang tarafnya masih sekelas mimpi-mimpi belaka, apalagi mimpi-mimpi yang sifatnya sangat random dan tumpangtindih.
Arti Harapan
Menurut arti kata secara terminologI di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata ‘Harapan’ adalah sesuatu yang (dapat) diharapkan. Contoh: Ia mempunyai harapan besar dapat memenangi pertandingan itu. Arti lainnya dari harapan adalah keinginan supaya menjadi kenyataan.
Menurut saya, arti kata ‘Harapan’ yang ada di dalam kamus KBBI tersebut masih sangat dangkal, dikarenakan tidak ada makna filosofis yang lebih mendalam. Dan seperti biasa, jika saya mencari arti kata di dalam kamus KBBI, maka saya akan bersiap-siap untuk kecewa, dikarenakan tidak ada kedalaman makna dalam arti kata-kata tersebut. Namanya saja ‘kamus besar’, tetapi pada kenyataannya hanya memiliki makna kata yang ‘kecil.’
Baiklah, sekarang mari kita coba gali lagi, apa makna kata harapan secara lebih mendalam.
Dari situs Dictionary.com, kata ‘Harapan’ diartikan sebagai ‘sebuah pernyataan pemikiran yang optimis yang didasarkan kepada keyakinan yang positif atas segala hasil yang akan dicapai, baik untuk dirinya sendiri, maupun untuk orang lain.’
Seorang Profesor Psikologi yang berasal dari University of North Carolina, Barbara Frederickson, dalam sebuah jurnalnya yang berjudul ‘Why Choose Hope?’ (2009), mengartikan ‘Harapan’ adalah suatu hal atau keadaan yang berasal dari sebuah keadaan krisis, yang ingin diubah menjadi keadaan yang lebih baik, dengan menciptakan hal-hal kreatif yang baru.
Frederickson juga berpendapat bahwa segala harapan yang diinginkan tersebut akan dapat diwujudkan dengan ide yang luas, emosi yang positif, seperti kecerdasan, kebahagiaan, keberanian, dan kekuatan diri, yang semuanya berasal dari empat jenis kelebihan dasar yang dimiliki oleh seorang manusia, yaitu: kemampuan cara berpikirnya (kognisi), kecerdasan psikologisnya, kecerdasan sosialnya, dan perspektif pemikirannya.
Masih menurut Fredeickson, dengan segala kemampuan yang dimiliki tersebut, maka seseorang akan menjadi optimis, dan dia akan selalu mengatakan dalam dirinya, bahwa ‘dia yakin bisa’. Inilah bentuk harapan yang asli, dan bukan bentuk harapan naif yang palsu (False Hope).
Menurut ahli psikologi dunia lainnya, seorang Profesor Psikologi dari University of Kansas, Charles R. Snyder mengartikan ‘Harapan’ sebagai sebuah tujuan yang akan diraih, dengan menggunakan rencana-rencana yang nyata untuk meraihnya.
Dari beberapa pernyataan para ahli psikologi di atas, amaka dapat kita tarik sebuah kesimpulan, bahwasanya ‘Harapan’ adalah sebuah tujuan realistis yang harus diraih untuk mendapatkan keadaan kehidupan yang lebih baik di waktu yang akan datang, dan pastinya untuk meraih tujuan tersebut harus disertai dengan segala macam usaha yang nyata, yaitu perencanaan yang matang, kecerdasan pemikiran, kecerdasan emosional, dan kecerdasan sosial, agar harapan tersebut menjadi sebuah harapan yang nyata, dan bukan hanya sekedar harapan palsu belaka.
Arti Mimpi
Sekarang bagaimana dengan arti kata atau makna Impian alias mimpi?
Sekali lagi, coba kita tengok terlebih dahulu apa arti kata atau makna ‘Mimpi’ menurut KBBI. Ada tiga arti ‘Mimpi’ menurut KBBI, yaitu: berkhayal, menginginkan atau mencita-citakan sesuatu yang tidak mungkin tercapai, dan ‘melihat’ atau ‘mengalami’ sesuatu di dalam tidur.
Baik, sekarang kita coba bandingkan arti kata ‘Mimpi’ menurut para ahli psikologi dunia. Adapun llmu pengetahuan yang mempelajari mimpi disebut dengan Oneirology.
Dalam sebuah laporan jurnalnya yang berjudul ‘How Dream Works’ (2006), Dr. Lee Ann Obringer mendefinisikan mimpi sebagai sebuah proses ‘penggantian’ penggambaran akan sesuatu, ide, emosi, dan sensasi yang biasanya terjadi dalam pikiran tanpa dirancang terlebih dahulu, dan biasanya terjadi di dalam tidur.
Menurut Obringer, manusia biasanya menghabiskan waktu selama dua jam untuk bermimpi di dalam tidurnya, dan masing-masing mimpi tersebut berlangsung sekitar 5 sampai 20 menit lamanya, meskipun terkadang mereka yang bermimpi tersebut merasa sudah bermimpi lebih lama dari waktu tersebut.
Seorang Profesor Oneirology dari Western Reserve University, Calvin S. Hall, pernah melakukan penelitian tentang mimpi selama 45 tahun (1940-1985). Penelitian yang melibatkan 1.000 laporan mimpi dari para mahasiswanyatersebut, dibukukan oleh Hall dengan judul ‘The Content Analysis of Dreams.’
Dalam laporan kajian penelitian Hall tersebut, Hall menyimpulkan bahwa mayoritas emosi yang ada di dalam mimpi adalah emosi-emosi yang negatif, seperti emosi kemarahan, penelantaran, ketakutan, dan ketidakstabilan. Tetapi ada juga emosi yang positif, seperti kesenangan dan kebahagiaan. Namun emosi negatifnya tetap lebih banyak daripada emosi positifnya.
Dalam laporan penelitian Hall tersebut juga disebutkan bahwasanya mimpi-mimpi yang beorientasi seksual terjadi tidak lebih dari 10% dalam kehidupan seorang remaja dan dewasa. Dan semua mimpi yang terjadi biasanya berdasarkan hasil pendangan dan pemikiran yang mendalam dari apa yang dialami ketika mereka dalam keadaan tidak terlalu sadar, atau mengantuk.
Terlepas dari berbagai macam hal-hal yang menghubungkan mimpi dengan dengan berbagai macam tradisi, budaya, atau agama kelompok masyarakat tertentu, maka menurut saya dapat disimpulkan bahwasanya mimpi itu biasanya terjadi di dalam tidur, di dalam kondisi pikiran yang ‘tidak terkontrol’ oleh jiwa atau nafsu, sehingga tidak ada batasan dalam hal imajinasi, ide, dan emosi ketika seseorang sedang bermimpi.
Dengan kata lain, ketika seseorang sedang bermimpi, maka dia tidak akan memerlukan sebuah konsep yang pasti di dalam pikirannya untuk mewujudkan imajinasi, ide, dan emosinya tersebut. Hal ini dikarenakan posisi otak yang tidak dalam keadaan sadar ketika seseorang sedang bermimpi.
Ya tentu saja tidak memerlukan konsep yang pasti, karena Namanya juga bermimpi. Jika memerlukan sebuah konsep yang pasti untuk mewujudkannya, maka hal itu akan kita sebut dengan harapan.
Kesimpulan
Setelah kita mengetahui perbedaan ilmiah antara ‘Harapan’ dan ‘Mimpi’ tersebut, maka kita akan mempunyai gambaran yang utuh dalam hal memilih calon pemimpin negara kita di tahun depan. Dari sini kitab isa melihat, mana calon pemimpin atau calon presiden yang menawarkan harapan, dan mana calon pemimpin atau calon presiden negara ini yang baru sekedar bisa menawarkan mimpi-mimpi dan khayalan-khayalan randomnya kepada kita.
Sebagai rakyat jelata yang menginginkan terwujudnya harapan-harapan hidup yang jauh lebih baik lagi bagi bangsa ini, maka berharaplah di akhir tahun 2023 yang membahagiakan ini, dan berhenti untuk bermimpi.
Hari sudah berganti, pagi yang baru sudah menjelang. Tahun yang baru akan segera tiba. Mari sama-sama kita wujudkan harapan-harapan terbaik kita semua, demi kemajuan bangsa dan kemudahan hidup untuk anak cucu kita kelak.
Sekali lagi, harapan hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki kemauan dan kemampuan, tetapi mimpi-mimpi kosong hanya dimiliki oleh mereka yang bernafsu besar saja, tetapi tidak mempunyai kesadaran akan kemampuan dirinya yang sangat minim.
Wallahu’allam bisshowab
Jakarta, 27 Desember 2023
*Pemerhati Pendidikan dan Sosial/ Sekolah Pascasarjana UIKA Bogor/ Anggota PJMI