humaniora.id – Ketika penulis blusukan ke para pendukung Anies Baswedan di pedesaan wilayah Kabupaten Grobogan dan Demak Jawa Tengah beberapa waktu yang lalu menemukan jawaban yang mengagetkan.
Bagaimana tidak para pendukung Anies Baswedan sudah senang kalau Anies dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) maju sebagai calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres).
Mereka sudah senang karena Anies diusung dari partai Nasdem dan AHY dari Demokrat. Dua partai politik yang satu aliran dan bermahzab sama yaitu sebagai partai oposisi yang selalu mengkritik kebijakan pemerintah.
Dua partai politik tersebut pernah bergabung dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) membentuk Koalisi Perubahan untuk Prsatuan (KPP), yaitu bersatu mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden 2024.
Hasil dari mendengarkan keluh kesah warga masyarakat yang awalnya penggemar Anies Baswedan berubah ke lain hati. Rata-rata mereka tidak suka kalau Anies berpasangan dengan Cak Imin. Karena menurut pandangan mereka Cak Imin adalah pengkhianat Gus Dur. Itu alasan utama berpalingnya pendukung Anies ke capres lainnya.
Bergabungnya PKB ke Nasdem hanya keinginan elit politik di kelas atas, tanpa memperhatikan suara pemilih yang ada di bawah. Padahal mereka awalnya sangat senang kalau Anies berpasangan dengan AHY.
Para petinggi partai yang tergabung dalam KPP yakin jalan mengusung Anies dan AHY mulus sampai ke puncak. Bahkan wakil ketua umum Nasdem Ahmad Ali mengatakan pada milad ke-21 PKS di Istora Senayan Jakarta Pusat, Sabtu (20/5/2023).
“Bahwa kalau kita sampai puncak, jangan pernah memilih jalan yang rata dan datar karena pasti kita tidak akan pernah sampai ke puncak,” ujar Ahmad Ali.
Belum juga jalan sampai ke puncak koalisi Perubahan untuk Persatuan bubar jalan. Karena tiba-tiba akhir Agustus 2023, AHY ditinggalkan Anies. Karena Anies telah memadu kasih dengan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Ketua Umum Nasdem Surya Paloh telah meminang Cak Imin sebagai cawapresnya Anies Baswedan. Kawin paksa yang dilakukan oleh Surya Paloh demi pemilu 2024.
Perkawinan antara dua mahzab yang berbeda antara basis pendukung Anies dan basis pendukung Muhaimin. Bagi siapa saja yang mengerti peristiwa ini pasti berpendapat bahwa gebrakan Surya Paloh sangatlah cepat.
Setelah meninggalkan AHY diakhir Agustus 2023, pada tanggal 2 September 2023 Surya Paloh mendeklarasikan Anies Cak Imin sebagai capres cawapres yang diusung oleh Nasdem dan PKB. Tentunya capres cawapres Anies Cak Imin mendapatkan dukungan dari PKS.
Pertemuan Surya Paloh dengan Cak Imin sangat singkat dan tak disangka sebelumnya. Cak Imin tak bisa mengelak untuk diminta menjadi cawapres Anies.
Bergabungnya Anies dan Cak Imin adalah kehendak elite politik di tingkat atas. Tanpa memperhatikan suara-suara pemilik di bawahnya. Pendukungnya Anies belum tentu mendukung Cak Imin dan pendukungnya Cak Imin belum tentu mau mendukung Anies.
Saat itu penulis berusaha mendengarkan keluh kesah pendukung Anies Baswedan dan AHY di tingkat pedesaan. Mereka jarang melihat berita di telivisi dan handphone. Bahkan mereka banyak yang tidak punya android, tetapi mereka memiliki keyakinan akan Anies AHY. Kalau pasangan ini bubar ya pindah ke lain pasangan capres lainnya.
Rata-rata mereka kecewa, tidak akan memilih anies dan Cak Imin. Mereka kecewa dengan Anies mengapa tidak jadi berpasangan dengan AHY. Bagi rakyat kecil didepaknya AHY merupakan peristiwa yang menyakitkan. “Tak bakal saya milih pak Anies, karena sudah menggandeng Cak Imin sebagai pengkhianat Gus Dur,” kata bu Z yang tinggal di desa kecil di Kabupaten Grobogan.
Ada benarnya juga kalau pasangan Anies dan Cak Imin dipaksakan pasti para pemilihnya pada pindah bisa jadi ke Prabowo Subianto atau ke Ganjar Pranowo.
Pendapat ahli politik Adi Prayitno, M.Si dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bergabungnya Anies dengan Cak Imin ini beda mahzab, kalau dipaksakan maka akan ditinggalkan pemilihnya.
Video yang beredar di TikTok blogpolitikid. yang layak mendampingi Anies Baswedan itu AHY portofolionya cocok, sama-sama oposisi, mahzabnya anti pemerintah, dimana pengikutnya para pembenci kekuasaan, tapi mengapa Surya Paloh malah memilih Muhaimin Iskandar. Itu anti suara rakyat dan murni keputusan elit.
“Kalau ditanya para pengikutnya PKB yang rata-rata orang NU, saya hakkul yakin butuh proses panjang untuk menyetujui, mereka relatif menolak bahwa PKB harus berkoalisi dengan Anies Baswedan. Dua Mahzab yang berbeda. Begitupun Anies kalau bicara dengan pengikutnya, bicara PKB itu tidak mudah diterima oleh para pengikutnya,” demikian penjelasan mas Adi.
Jadi Surya Paloh meninggalkan suara publik dan memaksa para pengikut Anies dan Cak Imin mengikuti orkestra yang dibuat SP. Itu namanya kawin paksa yang belum tentu disenangi oleh para penggemarnya. Sesuatu yang dipaksa hasilnya tidak baik. Yang terjadi survei capres cawapres Anies dan Cak Imin beberapa kali menempati posisi terakhir alias bontot.
Nurul Azizah, adalah penulis buku “Muslimat NU di Sarang Wahabi” dan “Muslimat NU Militan Untuk NKRI.”