humaniora.id – Permasalahan kota selalu menjadi topik yang terus diperbincangkan dengan berbagai permasalahan yang ditimbulkan.
Termasuk fenomena kemiskinan kota, antara lain; kerentanan yang dialami pemulung dampak deprivasi berlapis, multidimensional dan saling berkaitan.
Studi inilah yang ingin diangkat oleh Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan melalui pameran lukisan bertajuk “Urban Humanity” Refleksi Kehidupan Pemulung.
Menampilkan sejumlah lukisan karya Putra Gara. Memamerkan seni rupa perkotaan; menyoal fenomena dan situasi urban. Refleksi atas kepiluan nasib para pemulung.
“Pameran ini menjadi sisi rasa sang perupa Putra Gara. Respons terhadap kondisi dan situasi permasalahan kehidupan urban. Khususnya para pemulung yang selama ini menjadi perhatian lembaga sosial yang kami dirikan,” ujar Ketua Umum Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan Eddie Karsito, di Kota Bekasi, Minggu (29/10/2023).
Putra Gara adalah perupa otodidak. Multi kompetensi dan profesi. Selain pelukis dia juga penulis, novelis, wartawan dan penggiat seni budaya. Karya lukisnya banyak menjadi koleksi para kolektor lukisan ternama serta tersimpan di sejumlah gallery di Indonesia.
Prestasi dan aktivitasnya progresif. Selain tetap melukis dan menulis, ia sempat dipercaya menjadi Redaktur dan bahkan Pemimpin Redaksi sebuah majalah remaja ternama di Indonesia.
Dari capaian dan konsistensi skill ini ia pun kerap diundang sebagai narasumber di berbagai kegiatan seminar, workshop dan pelatihan seputar proses kreatif kepenulisan maupun dunia seni rupa.
“Pameran kali ini menjadi bagian dari dedekasi untuk sanggar yang pernah memberi pembelajaran banyak tentang bagaimana saya mengolah daya hidup dan berkesenian,” ujar Putra Gara.
Urban Humanity, kata Gara, menjadi topik penting terkait dengan ruang perkotaan dan urban. Hubungan manusia, lingkungan, ekspresi kreatif pengalaman manusia yang kompleks dan beragam.
“Pameran lukisan Urban Humanity menjadi bingkai penciptaan seni yang terfokus pada fenomena kemiskinan kota. Khususnya kondisi sosial para pemulung binaan kami,” ujar Putra Gara kembali menegaskan.
Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan membina sekitar 229 pemulung. Sebagian diantaranya adalah janda-janda lanjut usia, dan ada yang usianya 97 tahun. Menyantuni kaum dhua’fa, fakir miskin, dan 40 anak yatim dan dhua’fa non-panti yang tersebar di dua rumah singgah, Bekasi (Jakarta), dan di Baleendah Kabupaten Bandung.
Pameran Lukisan “Urban Humanity” Refleksi Kehidupan Pemulung ini menurut rencana akan digelar di Sanggar Humaniora Perumahan Kranggan Jatisampurna Kota Bekasi, Jum’at, 5 s/d 12 Januari 2024 mendatang.
I Gusti Made Ardikabudi, S.E, selaku Fasilitator Bidang Kreatif dan Usaha Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan menjelaskan, acara Pameran Lukisan “Urban Humanity” akan dimeriahkan dengan berbagai karya instalasi seni.
“Klaim kami ini untuk pertama kali sebuah perhelatan seni yang melibatkan para awam, yaitu; pemulung dalam proses kreatif dengan pendekatan instalasi seni. Termasuk juga akan melibatkan para artis, selebritis, budayawan, politisi, pejabat dan birokrat,” papar I Gusti Made.
Pameran Lukisan “Urban Humanity” akan mengkontruksi sejumlah benda milik pemulung seperti gerobak, karung, gancu, dan alat mencari rongsok (sampah) lainnya.
“Benda-benda ini nantinya akan dikonstruksi menjadi karya instalasi seni yang memiliki kesadaran makna tertentu,” terang I Gusti Made./*