SELANDIA BARU, humaniora.id – Tari bukan hanya seni tubuh. Melainkan juga ekspresi pikiran dan perasaan. Media komunikasi nilai-nilai. Tari menjadi media yang kuat menyampaikan nilai-nilai dan keyakinan tentang pengalaman manusia.
Hal ini tercermin pada tarian ‘Topeng Klono’ yang ditampilkan di The HUB Victoria University of Wellington New Zealand, Kamis (09/01/2025).
Tarian dalam rangka mengisi acara The 48th International Council for Traditions of Music and Dance (ICTMD) tersebut, dipersembahkan oleh delegasi Triardhika Production Indonesia, dengan menampilkan seorang master tari dunia Agus Prasetyo S.Sn.
“Tari Topeng Klono menggambarkan salah satu tokoh dalam Hikayat Panji. Yaitu Raja Klono Sewandono yang sedang menimbang kekuatan hati dan keagungannya,” papar Agus Prasetyo mengenai isi pesan tari yang dibawakannya.
Topeng Klono, kata dia, simbol yang merepresentasikan unsur nafsu dalam diri manusia; aspek yang menggerakkan daya keinginan.
Tari sebagai cara menghiasi dan memperkaya kehidupan itu penting. Tari dapat menjadi model yang membantu memahami keterlibatan tubuh yang aktif dengan dunia.
Agus Prasetyo menggambarkan, di dunia kaum sufi ada tari sebagai bentuk ritual suci. Tari sebagai pernyataan puji syukur tanpa kata-kata.
“Tari di sini memanggul konten rohani, ekspresi, ketulusan, dan kejujuran. Sebab kata-kata telah terpolusi, dan tari menggantikannya,” ujar penari yang juga aktor dan sutradara seni pertunjukan wayang orang ini.
Agus Prasetyo berterima kasih kepada publik dan masyarakat New Zealand yang ambil peduli terhadap berbagai aksi budaya yang dipersembahkan Triardhika Production.
Agus Prasetyo juga menyampaikan terima kasih kepada University of Wellington New Zealand selaku penyelenggara, Pemerintah New Zealand, dan wakil Pemerintah RI di Wellington.
“Terima kasih untuk semua pihak, khususnya masyarakat New Zealand. Audience berhikmad, sangat apresiatif. Penyelenggara sangat menghargai keikutsertaan kita dan saya salut hormat. Mereka berharap kelanjutan kerjasama ke depan,” ujar Agus Prasetyo.
Ikut menyaksikan pergelaran tari Topeng Klono tersebut sejumlah pejabat terkait, dan para civitas akademika University of Wellington New Zealand.
Hadir juga Counsellor Fungsi Penerangan dan Sosial Budaya (Pensosbud) Kedutaan Besar Republik Indonesia di New Zealand, Lucky Saud.
“Penonton antusias tepuk tangan semua. Mereka sangat tertarik dengan budaya Negara lain, seperti Indonesia. Sehingga tadi saat tampil hening semua memperhatikan langsung applause semua,” ujar Lucky Saud.
Hal ini, kata Lucky Saud, menandakan bahwa disini budaya Indonesia sangat popular. Walau menurutnya, mungkin tidak semua orang Selandia Baru tahu tentang budaya Indonesia.
“Tapi begitu mendengar ada Indonesian culture show mereka datang untuk menyaksikan music and dance yang ditampilkan oleh delegasi seni dari Indonesia,” ungkap Lucky Saud.
Tentang Tari Topeng Kelono
Sejarah tari Topeng Kelono (Kelana) tidak terlepas dari perkembangan tari topeng di Cirebon. Tari topeng merupakan kesenian rakyat yang hidup di desa-desa di Cirebon.
Versi lain menyebutkan tari topeng berasal dari Jawa Timur yang tersebar ke Cirebon pada masa pemerintahan Kerajaan Jenggala di abad 10 hingga 11 M.
Kesenian topeng tumbuh dan berkembang dengan bentuk dan penyajian yang spesifik. Menampilkan jenis tarian yang berbeda sesuai dengan kedok atau topeng yang digunakan.
Tentang Agus Prasetyo sang Penari
Tak banyak seniman panggung, khususnya seni tradisi Wayang Wong (Wayang Orang) yang mumpuni. Salah satunya adalah Agus Prasetyo S.Sn.
Seniman lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta ini, tidak hanya piawai menari, berperan sebagai aktor, melainkan juga memiliki kemampuan menyutradarai.
Terlahir dari lingkungan seniman. Ayahnya adalah seorang Dalang, serta ibunya seorang guru yang juga seorang Sinden.
Sejak tahun 2002 hingga sekarang, Agus Prasetyo aktif menggelar karya tari, serta mendukung pergelaran wayang orang Sekar Budaya Nusantara.
Selama kurun waktu itu pula hingga kini, ia banyak terlibat dalam sejumlah produksi pementasan Wayang Wong, baik sebagai tim kreatif, penari, penata tari, aktor, maupun sutradara.
Pementasan tersebut tidak hanya di dalam negeri, melainkan juga di berbagai mancanegara. Antara lain, terlibat dalam pementasan ’Wayang Orang Master Piece Mahabandhana’, serta Sutradara pementasan ‘Wayang Wong’ di Festival Kebudayaan Dunia, yang berlangsung di Maroko.
Koordinator ’Wayang Orang Sriwedari’ Surakarta ini, juga pernah tampil dalam pergelaran Wayang “Kresna Duta” – kolaborasi wayang kulit dan wayang orang, di acara Meeting Program ‘7th General Assembly’ di Paris Prancis.
Agus Prasetyo mempunyai modal lengkap untuk menjadi seorang seniman Wayang Orang. Kemampuannya di bidang tari tak diragukan lagi. Selain dia memiliki wajah tampan dan gandar – tubuh; gestur yang serasi.
Dia mahir dalam mengolah dialog; antawecana, nembang (menari) dan berakting. Karena berbagai kelebihan dan kompetensinya, membuat Agus Prasetyo mampu memerankan beberapa toko sentral. Biasanya ia memerankan tokoh penting, seperti; Arjuna, Karna, Salya, dan peran-peran lainnya.
ICTMD untuk Perdamaian Dunia
International Council for Traditions of Music and Dance (ICTMD), merupakan badan internasional untuk perkara tari dan musik berbasis tradisi. Organisasi saintifik bertujuan memajukan studi, praktik, dokumentasi, pelestarian, dan penyebaran musik dan tari di semua Negara.
ICTMD organisasi non-pemerintah yang memiliki hubungan konsultatif formal dengan UNESCO. Bertindak sebagai penghubung antara masyarakat dari budaya yang berbeda, dan berkontribusi untuk kedamaian umat manusia.
Delegasi Triardhika Production terdiri dari seniman berbagai unsur, terutama tari; Eny Sulistyowati, Agus Prasetyo, S.Sn, Suyani, Titing Widyastuti, Martini, Umi Khulsum, Wahyu Listyaningsih, Fina Augustine Ardhika Putri, Theresia Puji Suryanti, beserta tim produksi dan tim artistik./*