GARUT, humaniora.id – Ageng Kiwi, aktor film, penyanyi, dan musisi rela potong rambut hingga pendek demi peran dalam film “Menjelang Magrib 2”.
Film “Menjelang Magrib 2” produksi Helroad film ini disutradarai sutradara senior Helfi Kardit. Mengambil lokasi shooting di pedesaan di wilayah pegunungan Papandayan Garut Jawa Barat.
Saat ini film tersebut tengah menjalani masa shooting sudah sekitar satu minggu. Di bawah suhu udara dingin dan curah hujan yang tinggi.
Menurut Ageng Kiwi, untuk menjadi aktor memang tidak pada posisi memilih. Sebab menurut dia, peran itu merupakan subjektivitas; penafsiran yang didasarkan pada pendapat, pemahaman produser dan sutradara.
“Kalau mau jadi aktor harus siap peran apa saja. Enggak bisa milih-milih. Sebab peran itu merupakan hak dan otoritas produser dan sutradara. Kebetulan di film ini aku didapuk menjadi seorang Kepala Desa yang berpenampilan rambut pendek. Makanya demi peran aku potong rambut,” tegas Ageng Kiwi.
Potong rambut bagi Ageng Kiwi tentu merupakan satu pengorbanan. Pasalnya selain membutuhkan totalitas peran di film, Ageng Kiwi masih seorang penyanyi yang menutut performanya di panggung menarik. Termasuk stylish rambut yang wajib dijaga ketika dia didapuk menyanyi.
“Ungkapan rambut adalah mahkota pria menurutku itu benar. Inilah yang juga sering dikatakan orang untuk menggambarkan betapa pentingnya penampilan rambut,” tegasnya.
Sadar penampilan, lanjut Ageng Kiwi, harus menjadi salah satu modal karier di industri entertainmen. Baginya menjadi publik figur yang dituntut untuk tampil di depan kamera, menjaga penampilan fisik merupakan hal penting. Termasuk penampilan rambut sebagai mahkota.
“Di dunia artis penampilan itu nomor satu, selain bakat dan attitude. Bersyukur Alhamdulillah masih bisa berkarier di sini. Di film diterima, di musik diterima dan apalagi gitu. Aku rasa itu juga karena kerja keras, dedikasi, pengorbanan, dan tentu karena Allah. Balik lagi jaga penampilan, juga koneksi; hubungan yang baik; silaturrahim dengan teman-teman di dunia yang sama,” ungkap Ageng Kiwi.
Saintifik dan Fenomena Mistik
Di lokasi shooting film “Menjelang Magrib 2,” sutradara film ini Helfi Kardit menjelaskan, bahwa film ini mengisahkan peristiwa di zaman Hindia Belanda tahun 1923.
Seorang dokter pribumi lulusan kedokteran dari Sekolah Pendidikan Dokter Bumiputra, School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) menangani seorang gadis yang dipasung. Dokter tersebut bernama Giandra diperankan Aditya Zoni.
STOVIA merupakan sekolah kedokteran pertama di Indonesia yang didirikan pada masa kolonial Hindia Belanda.
Giandra menolak pasien dipasung dan dengan bantuan mistis sebagaimana kepercayaan masyarakat pada masa itu. Dia ingin menyembuhkan gadis yang dipasung dengan sistem pengobatan ilmu kedokteran.
“Benturan kultural saintifik berdasarkan kaidah keilmuan yang membuat film ini menarik. Bagaimana science berbenturan dengan kultur masyarakat yang sangat dekat dengan mistis dan tahayul,” papar Helfi Kardit mengenai cerita film yang disutradarainya.
Belasan judul film layar lebar lahir dari sutradara kelahiran tahun 1974 ini. Dia tidak hanya menyutradarai, namun juga seorang produser, aktor, dan penulis skenario.
Karyanya yang cukup menonjol diantaranya film “Hantu Bangku Kosong” dan film “Lantai 13” produksi Starvision Plus. Kedua film tersebut menjadi salah satu box office film horor Indonesia. Helfi Kardit memang lebih banyak melahirkan karya film bergenre horor.
Untuk film “Menjelang Magrib 2” dia tidak hanya bertindak sebagai sutradara, melainkan juga produser, dan penulis cerita.
Selain Ageng Kiwi, film ini juga dibintangi aktris senior Muthia Datau, Aditya Zoni, Fendi Perdana, Valdi Mulia dan pemain lainnya./*