humaniora.id – Nasib kearifan lokal mirip pusaka warisan leluhur yang setelah sekian generasi lapuk dimakan rayap.
“Sekarang pun tanda pelapukan kearifan lokal makin kuat terbaca,” ujar Ageng Kiwi, kepada wartawan di Jakarta, Senin (11/09/2023).
Menurut Ketua DPW Badan Budaya Partai NasDem Jawa Tengah Priode 2022/2024 ini, kearifan lokal acap kali terkalahkan oleh sikap masyarakat yang makin pragmatis.
“Seniman juga manusia. Mereka semakin realistis, butuh makan, butuh hidup, yang akhirnya lebih berpihak pada tekanan dan kebutuhan ekonomi,” papar politisi Partai NasDem bernama asli Ageng Wahono ini.
Dua bulan terakhir public figur kelahiran Desa dan Kecamatan Jeruk Legi Cilacap Jawa Tengah ini, rajin menyambangi para seniman di daerahnya. Upaya tersebut tak lain sebagai bentuk sambung rasa serta ingin melihat kondisi faktual para seniman dan kesenian di daerah.
Ageng Kiwi mendatangi para seniman di beberapa komunitas seni di Kabupaten Cilacap Jawa Tengah, antara lain ke Desa Slarang Kecamatan Kesugihan, Kecamatan Kawunganten, Kecamatan Gandrungmangu, Kecamatan Jeruklegi, dan beberapa kantong budaya lainnya.
Kearifan lokal, kata Ageng Kiwi, juga harus terimplementasikan dalam kebijakan Negara. Misalnya dengan menerapkan kebijakan ekonomi.
“Jangan sampai kearifan lokal cuma jadi aksesoris budaya yang tidak bermakna,” kata aktor film, musisi, dan penyanyi yang kerap tampil menjadi host tamu di tayangan infotainment Silet RCTI ini.
Di Desa Jeruklegi, tempat dia dilahirkan dan dibesarkan, Ageng Kiwi sempat nanggap pertunjukan Sintren di halaman rumahnya. Ageng Kiwi mengaku memiliki ikatan emosional dengan kesenian ini.
“Ini budaya asli kita. Kalau tidak di uri-uri generasi kita bisa lupa. Jadi perlu kita lestarikan sambil sambung rasa; silaturrahmi,” ujarnya.
Tidak hanya kesenian Sintren, kata Ageng. Masyarakat di kabupaten Cilacap juga memiliki puluhan ragam jenis kesenian tradisional. Namun yang masih akrab dan sering dimainkan sampai saat ini adalah Sintren. Sebagian besar yang lain telah punah dan tak dikenal oleh generasi masa kini.
Sintren merupakan salah satu tarian tradisional yang terkenal dengan unsur mistis karena adanya ritual khusus untuk pemanggilan roh.
Tarian ini sebenarnya tidak hanya ada di daerah Cilacap, Banyumas, dan sekitarnya. Tersebar juga di beberapa tempat di Jawa Tengah dan Jawa Barat, seperti di Cirebon, Majalengka, Indramayu, Brebes, Pemalang, dan Pekalongan.
Ageng kiwi berkomitmen untuk tetap menjaga dan melestarikan kesenian tradisi, khususnya di Jawa Tengah. Kearifan lokal menurutnya, akan efektif berfungsi sebagai senjata—tidak sekadar pusaka—yang membekali masyarakatnya dalam merespons dan menjawab arus zaman.
Di akhir penjelasannya, Ageng Kiwi, mengatakan bahwa komunitas seni sejatinya punya hak yang sama untuk mendapat stimulus ekonomi. Dia akan berjuang agar Pemerintah Pusat maupun Kabupaten Kota lebih memberi perhatian pada komunitas seni dan pelakunya.
“Para pelaku seni tradisi perlu didorong agar tetap bisa berekspresi. Perlu distimulus untuk tetap bisa berkarya dan roda perekonomiannya tetap jalan,” ujar Calon Anggota Legislatif (Caleg) Dapil 11 Jawa Tengah, meliputi Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap ini menutup./*